cover
Contact Name
Yahya Wijaya
Contact Email
gemateologika@staff.ukdw.ac.id
Phone
+62274563929
Journal Mail Official
gemateologika@staff.ukdw.ac.id
Editorial Address
Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin no 5-25 Yogyakarta 55225
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
GEMA TEOLOGIKA : Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
ISSN : 25027743     EISSN : 25027751     DOI : https://doi.org/10.21460/gema.2020.52.614
GEMA TEOLOGIKA receives articles and book reviews from various sub disciplines Theology, particularly contextual theology Divinity Studies in the context of socio cultural religious life Religious Studies Philosophy of Religion Received articles will be reviewed through the blind review process. The submitted article must be the writers original work and is not published in another journal or publisher in any language. Writers whose articles are accepted and have account in google scholar profile will be requested to participate as peer reviewers.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol. 3 No. 2 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian" : 5 Documents clear
Resensi: Seni Memahami—Hermeneutik dari Schleiermacher sampai Derrida Haleluya Timbo Hutabarat
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 3 No. 2 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ketuhanan yang Berkebudayaan: Memahami Pancasila sebagai Model Interkulturalitas Stella Yessy Exlentya Pattipeilohy
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 3 No. 2 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2018.32.363

Abstract

AbstractInterculturality is the awareness of cultural diversity in a communication in which all parties intend to communicate effectively with one another. This study considers the potential of the first sila of Pancasila as a healthy interculturality by virtue of its open concept of divinity, namely “cultured divinity”. The finding is that the first sila of Pancasila can be defined as an open and active intercultural hermeneutics. The fluidic, accommodative, and open nature of the first sila of Pancasila, makin it possible to values contributed from anywhere, is the advantage of Pancasila that makes it acceptable to anyone living in Indonesia. In the localcontext of Tembilahan, this study captures the interculturality, and retrospectively confirms that the intercultural meeting point constructed in Pancasila has been estabished. Abstrak Interkulturalitas merupakan kesadaran akan kepelbagaian budaya dari masing-masing pihak yang terlibat dalam komunikasi dan adanya keinginan dari setiap pihak itu untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan pihak lainnya. Studi ini bermaksud melihat kemampuan sila pertama Pancasila sebagai sebuah interkulturalitas yang sehat melalui konsep ketuhanannya yang terbuka, yaitu konsep “ketuhanan yang berkebudayaan”. Hasilnya bahwa secara hermeneutis, sila pertama Pancasila adalah sebuah hermeneutikinterkultural yang terbuka dan aktif. Sifatnya yang cair, akomodatif, dan terbuka menerima nilai-nilai yang disumbang dari mana saja merupakan “kecerdasan” Pancasila yang membuatnya dapat diterima oleh siapa saja yang hidup di Indonesia. Di konteks lokal, Tembilahan, studi ini memotret interkulturalitas di Tembilahan dan secara retrospektif menegaskan bahwa apa yang Pancasila konstruksi tentang titik temu antarbudaya sudah terbangun di sini.
Penerjemahan sebagai Media Pekabaran Injil Middelkoop Ditinjau dari Perspektif Hermeneutika Hans Georg Gadamer Jear Nenohai
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 3 No. 2 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2018.32.352

Abstract

Abstract This paper is a hermeneutical approach to Peter Middelkoop's Bible translation in West Timor, East Nusa Tenggara. By way of Gadamer's hermeneutical thought, the author deduced that evangelism is always impacting either the mission activities or the site of mission. Since any achievement of evangelism, which implicated the local languages is not a sole accomplishment of mission institutions, such as Netherland Zending Genotschaf (NZG), but an outcome of the engagement between the missionaries and the existing culture.   Abstrak Tulisan ini adalah pendekatan hermeneutik untuk penerjemahan Alkitab yang dilakukan oleh Peter Middelkoop di Timor Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penulis menganalisis terjemahan Alkitab oleh Middelkoop melalui pemikiran hermeneutis Hans Geoge Gadamer. Dalam analisis ini, penulis memiliki sebuah gagasan bahwa penginjilan selalu memengaruhi, baik misi penginjilan atau daerah tujuan misi. Karena setiap pencapaian penginjilan yang melibatkan bahasa daerah tidak hanya dikembangkan oleh usaha lembaga misi, misalnya oleh Netherland Zending Genostfcahf (NZG) saja, tetapi perpaduan antara misionaris dan budaya tujuan misi.
Apakah Aku Penjaga Saudaraku?: Mencari Etika Ekologis Kristiani yang Panentheistik dan Berkeadilan Paulus Sugeng Widjaja
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 3 No. 2 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2018.32.395

Abstract

Abstract The damage caused by humankind to nature is an undebatable fact. This article challenges the discriminative attitude that has allowed humans to place ourselves apart from nature and to claim a higher dignity over nature. The belief that humankind is imago Dei who has the right to dominate nature for the sake of their interests has worsened the situation. Faced by the problems, this article proposes a panentheistic and just Christian ecological ethics. It starts from the belief that the universe is one union coherent with and in Christ, in creation, in its history, and in its continuous transformation toward the fullness of that union with and in Christ. Incarnation is not mainly God’s salvific work to save humans, but God’s ethical act embracing and being embraced by nature. In incarnation God is not only present in the world, but is also united in and for the material world in the form of an embodied human, Jesus Christ. Hence human identity is always a perichoresis within which the existence of humans and the existence of nature mutually permeate each other. Neither is ontologically higher than the other, even though each has different function, because the two are sisters/brothers. In this light, a just relationship between  humankind and nature must be worked out.   Abstrak Kerusakan alam adalah fakta tak terbantahkan. Tulisan ini mengkritisi sikap diskriminatif yang menyebabkan manusia menempatkan dirinya terpisah dari alam dan merasa memiliki derajat lebih tinggi. Pandangan tentang manusia sebagai imago Dei yang dipahami sebagai pemberian hak kepada manusia untuk mendominasi alam demi kepentingan manusia memperparah situasinya. Berhadapan dengan persoalan tersebut maka tulisan ini menawarkan etika ekologis Kristiani yang panentheistik dan berkeadilan. Alam semesta dipahami sebagai satu-kesatuan yang koheren dengan dan di dalam Kristus pada saat penciptaan, dalam perjalanan sejarahnya, dan dalam transformasinya menuju kepenuhan kemanunggalan dengan dan di dalam Kristus. Inkarnasi bukanlah terutama karya penyelamatan Allah atas manusia, melainkan tindakan etis Allah untuk merengkuh dan direngkuh oleh alam. Dalam inkarnasi Allah tidak hanya hadir di dunia, tetapi juga manunggal dengan dan bagi dunia material di dalam diri manusia yang mewujud, Yesus Kristus. Identitas manusia dengan demikian merupakan identitas perichoresisdi mana keberadaan manusia dan keberadaan alam saling merasuki satu ke dalam yang lain. Tidak ada yang derajatnya secara ontologis lebih tinggi dari yang lain, meskipun masing-masing memiliki fungsi yang berbeda, karena keduanya bersaudara. Dalam terang ini, maka relasi yang berkeadilan antara manusia dan alam harus diupayakan.
Mendekonstruksi Ciptaan: Sebuah Tafsir Ayub Pasal 3:1-26 Emanuel Gerrit Singgih
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 3 No. 2 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2018.32.362

Abstract

Abstract In this article the conventional image of the character of Job as patient and trusting in face of a series of calamities, and such receives back all that he has lost before as can be found in the prologue (chapters 1-2) and the epilogue (chapter 42) of the Book of Job, is contrasted with the character of Job in chapter 3, in which Job is pictured as facing the end of everything, including the end of his life himself. For him it is the end of the world, the collapse of creation, or better, the return of creation to chaos. That is why the title contained the term “deconstruction”, and by employing the theory of deconstruction, the stages where Job is deconstructing creation are described and analysed.   Abstrak Pemahaman yang agak umum mengenai karakter Ayub yang sabar dan tawakal sebagaimana dihayati berdasarkan pendahuluan (prolog) dan penutup (epilog) kitab Ayub, dan karena itu pada akhirnya mendapat pemulihan, dipertentangkan dengan karakter Ayub dalam pasal 3, yang sungguh-sungguh menggambarkan sedang menghadapi akhir dari segala-galanya bagi dirinya, bagaikan sebuah kiamat. Dunia ciptaan baginya sudah berakhir, atau lebih baik, ciptaan telah kembali menjadi khaos. Maka di sini dipergunakan istilah "dekonstruksi", dan berdasarkan teori dekonstruksi akan diperlihatkan tahap-tahap tokoh Ayub ini mendekonstruksikan ciptaan.  

Page 1 of 1 | Total Record : 5


Filter by Year

2018 2018


Filter By Issues
All Issue Vol. 8 No. 2 (2023): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 8 No. 1 (2023): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 7 No. 2 (2022): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 7 No. 1 (2022): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 6 No 2 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 6 No 1 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 6 No. 1 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 5 No 2 (2020): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 5 No 1 (2020): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 4 No 2 (2019): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 4 No. 1 (2019): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 4 No 1 (2019): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 3 No 2 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 3 No. 2 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 3 No. 1 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 3 No 1 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 2 No. 2 (2017): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 2 No. 1 (2017): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 1 No. 2 (2016): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 1 No 2 (2016): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 1 No. 1 (2016): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian More Issue