cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
ISSN : 14116618     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI adalah wadah menghimpun dan mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian dan konsep-konsep ilmiah serta pengetahuan dalam bidang arsitektur dan lingkungan buatan berwujud artikel yang ditulis berdasarkan penelitian: artikel hasil penelitian, artikel tentang ide-ide (gagasan konseptual), tinjauan tentang proses penelitian, tinjauan buku-buku baru, paparan tokoh arsitek dan pemikirannya, serta karya ilmiah lain yang berhubungan dengan fenomena arsitektur.
Arjuna Subject : -
Articles 13 Documents
Search results for , issue "Vol 12, No 2 (2018): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI" : 13 Documents clear
MEMBACA DAN MEMAKNAI RUH KEBERLANJUTAN DALAM ARSITEKTUR VERNAKULAR Octavia, Linda; Prawoto, Eko
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 12, No 2 (2018): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (802.162 KB) | DOI: 10.24002/jars.v12i2.2046

Abstract

Abstract: The human view of nature is infinite creating an exploitative attitude like industry towards the natural world and causing chronic damage to nature. Modern humans need to learn more to live in peace with nature and the tradition of society is the entrance to peace with nature. Traditions in modern Indonesian life are somewhat dubious, tend to be interpreted as a loose past and a burden of cultural identity and uselessness. Seeing tradition is basically deeper in finding and identifying true spirits. This paper seeks to find the concept of balance between nature, humans and culture so that humans live in harmony with nature. The thought of vernacular architecture was appointed as a foothold in finding alternative solutions to natural exploitation. Vernacular architecture is expected to answer a big challenge or problem about the sustainability of the earth. This research is a qualitative research by presenting case examples analyzed descriptively using the concept of vernacular architecture as the basis of analysis. As a result, the notion of the spirit of sustainability is in vernacular architecture to protect the preservation of the culture as a whole to reduce the preservation of the earth. Thoughts in vernacular architecture can be a reference for realizing architectural works that value nature and reduce the burden and pressure on nature. Keywords: vernacular architecture, spirit of sustainability, sustainability, traditionAbstrak: Pandangan manusia terhadap alam yang tidak terbatas menimbulkan sikap eksploitatif ala industri terhadap alam dan menimbulkan kerusakan alam yang kronis. Manusia modern perlu belajar lagi untuk hidup berdamai dengan alam dan tradisi masyarakat adalah pintu masuk berdamai dengan alam. Tradisi dalam kehidupan Indonesia modern agak diragukan, cenderung dimaknai sebagai masa lalu yang lepas dan beban identitas budaya serta tidak berguna. Melihat tradisi hakekatnya lebih dalam mencari dan menemukenali ruh yang sejati. Tulisan ini berusaha menemukan konsep keseimbangan antara alam, manusia dan budaya agar manusia hidup harmonis dengan alam. Pemikiran dari arsitektur vernakular diangkat sebagai pijakan menemukan solusi alternatif eksploitasi alam. Arsitektur vernakular diharapkan menjawab tantangan atau permasalahan besar tentang sustainabilitas bumi. Studi ini merupakan kajian kualitatif dengan menyajikan contoh-contoh kasus yang dianalisis secara deskriptif menggunakan konsep arsitektur vernakular sebagai dasar analisis. Hasilnya, pemikiran tentang ruh keberlanjutan ada dalam arsitektur vernakular untuk menjagai keterjagaan budaya secara utuh dalam rangka mengurangi melestarikan bumi. Pemikiran dalam arsitektur vernakular dapat menjadi acuan untuk mewujudkan karya arsitektur yang menghargai alam dan mengurangi beban serta tekanan terhadap alam.Kata Kunci: arsitektur vernakular, ruh keberlanjutan, sustainabilitas, tradisi
CONSTRUCTION RIPPLE PHENOMENON AND THE RISE OF ‘GENERIC BUILDINGS’ IN YOGYAKARTA Mahendarto, Trias
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 12, No 2 (2018): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1121.1 KB) | DOI: 10.24002/jars.v12i2.2040

Abstract

Abstract: Starting from the past decade, Indonesia is growing rapidly in the construction of infrastructures that are being fully supported by the government in order to reach the goal of becoming one of the leading countries in the future. Such development created the construction ripple phenomenon that was instigated by the private sector to fill the construction voids left by the rapid development of infrastructure, and it pressurizes cities to grow or change in order to coup with the infrastructure advancements. This phenomenon has affected the cities in Indonesia, even those that are not considered as the planned centers of developments, such as Yogyakarta. Yogyakarta is experiencing the effects of the ripple in the form of the rising number of generic buildings that are spreading fast around the city. This will, in turn, dictate the future of Yogyakarta’s ever-evolving Genius Loci. This research will see how much the construction ripple phenomenon has affected the city of Yogyakarta by conducting surveys on the generic buildings that have been built or in the planning stage of construction. A thorough analysis will be then made, also by conducting literature studies, to conclude the ways and steps to try maintaining Yogyakarta’s unique characteristic as a city in the ever-growing pressure of economic modernization that is currently spreading throughout Indonesia. If these steps are being done correctly, then Yogyakarta can become one of the examples of how cities in Indonesia coup with the construction ripple phenomenon without can losing its unique urban characteristics. Keywords: construction ripple phenomenon, Yogyakarta, Generic buildings, Genius LociAbstrak: Semenjak decade terakhir, Indonesia sedang mengalami perkembangan signifikan di bidang pembangunan infrastuktur yang didukung penuh oleh Pemerintah agar dapat mengejar target untuk menjadi salah satu negara maju di masa depan. Perkembangan tersebut memunculkan fenomena ‘construction ripple’, yang didorong oleh sektor swasta untuk mengisi kekosongan pembangunan karena pemerintah hanya berkonsentrasi pada pembangunan infrastuktur, dan hal tersebut menekan kota-kota untuk berkembang atau berubah. Fenomena ini telah terjadi di berbagai kota di Indonesia, bahkan di kota yang tidak menjadi pusat perkembangan infrastuktur, seperti kota Yogyakarta. Yogyakarta sedang mengalami efek dari fenomena ini dalam bentuk munculnya bangunan generik yang tersebar luas di seluruh kota. Perkembangan ini akan mempengaruhi masa depan Genius Loci kota Yogyakarta, yang terus berevolusi. Penelitian ini melihat sejauh mana bangunan generik mempengaruhi kota Yogyakarta, melalui survey bangunan generik yang terbangun atau sedang dalam proses pembangunan. Analisis mendalam dilakukan, dengan disertai studi literatur, untuk melihat cara menjaga keunikan kota Yogyakarta terhadap tekanan pembangunan yang terus terjadi. Diharapkan kota Yogyakarta menjadi contoh kota-kota di Indonesia menerima efek fenomena ‘construction ripple’ tanpa kehilangan kekhasan.Kata kunci: construction ripple phenomenon, Yogyakarta, bangunan generik, Genius Loci
PERAN ELEMEN ALAM PADA SEQUENCE RUANG IBADAH STUDI KASUS MASJID BAHRUL ULUM, TANGERANG SELATAN Hendola, Feby; Safitri, Ratna; Purisari, Rahma
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 12, No 2 (2018): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (825.472 KB) | DOI: 10.24002/jars.v12i2.2047

Abstract

Abstract: Sacred places are often characterized by architectural elements and arrangement of certain landscapes to form a different impression from the surroundings. Architecture is able to form space symbolically sacred through the arrangement that directs the congregation in worship. The natural elements in the landscape have an important function in forming the beauty that reminds human relations with the universe. Writing shows an understanding of the relationship between elements of nature (land, water, air, and light) with elements of architectural design in a place of worship. The case is Masjid Bahrul Ulum (MBU) in South Tangerang. MBU has a beautiful landscape, which supports the atmosphere from outside to inside the building. The researcher analyzed the role of natural elements in worship activities which were felt starting from the entrance of the mosque, the courtyard, the terrace, the place of ablution to the main worship hall. The search results show, the role of significant natural elements in the worship space sequence becomes a symbol as well as forming an atmosphere.Keywords: religious architecture, landscapes, mosques, prayer rooms, sacred.Abstrak: Tempat sakral sering ditandai dengan elemen arsitektur dan penataan lanskap tertentu hingga membentuk kesan yang berbeda dengan sekitarnya. Arsitektur mampu membentuk ruang menjadi sakral, secara simbolik melalui penataan yang mengarahkan jemaah dalam beribadah. Elemen-elemen alam pada lanskap memiliki fungsi penting dalam membentuk keasrian yang mengingatkan hubungan manusia dengan semesta. Tulisan ini merupakan upaya memahami keterkaitan antara elemen alam—tanah, air, udara, dan cahaya—dengan elemen perancangan arsitektur pada tempat ibadah yang mengarahkan umat dalam beribadah. Kasus peneliti adalah Masjid Bahrul Ulum (MBU) di Tangerang Selatan. MBU memiliki lanskap yang asri, sehingga mendukung suasana tentram hingga ke dalam bangunan. Peneliti menganalisis peran elemen alam dalam kegiatan peribadatan yang dirasakan mulai dari masuk lingkungan masjid, pelataran, teras, tempat wudu hingga ruang peribadatan utama. Hasil penelusuran menunjukkan, peran elemen alam dalam sequence ruang ibadah menjadi simbol sekaligus pembentuk suasana.Kata Kunci: arsitektur religius, lanskap, masjid, ruang ibadah, sakral.
Halaman Dalam Purbadi, Yohanes Djarot
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI Vol 12, No 2 (2018): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (89.029 KB) | DOI: 10.24002/jars.v12i2.2041

Abstract

Daftar Isi Purbadi, Yohanes Djarot
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI Vol 12, No 2 (2018): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.24 KB) | DOI: 10.24002/jars.v12i2.2054

Abstract

PENILAIAN KONDISI FISIK RUMAH TRADISIONAL JOGLO DI KELURAHAN JAGALAN, KOTAGEDE Kusuma, Gianny Angger; Cahyandari, Gerarda Ida Orbita
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 12, No 2 (2018): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2376.528 KB) | DOI: 10.24002/jars.v12i2.2048

Abstract

Abstract: Kotagede is the capital of the First Mataram Kingdom and the cultural heritage area in Yogyakarta. In the Kotagede area there are several traditional houses, namely Javanese houses, Kalang houses, and Colonial houses. In Jagalan Village, Kotagede found Joglo houses that still exist today. Joglo houses have a diverse history of ownership. Some houses are added with the arrangement of the space layout, the development of the times and the development of the activities of their owners. Joglo houses in Kotagede were mostly earthquakes due to the tectonic earthquake in 2006. An assessment of the physical condition of traditional buildings is the focus of this study. The method used is the method in this study. This study uses primary data and secondary data at three Joglo Houses in Jagalan Village, Kotagede. The three joglo houses have been subjected to repeated excavations. This study aims to maintain and preserve Joglo Traditional Houses in the Kotagede Cultural Heritage Area, precisely the Jagalan Village. Keywords: Joglo House, Jagalan, Kotagede, conservationAbstrak: Kotagede adalah ibukota Kerajaan Mataram pertama dan kawasan cagar budaya di Yogyakarta. Di dalam kawasan Kotagede terdapat beberapa rumah tradisional yaitu rumah Jawa, rumah Kalang, dan rumah Kolonial. Pada Kelurahan Jagalan, Kotagede terdapat rumah-rumah Joglo yang masih ada hingga saat ini. Rumah-rumah Joglo memiliki sejarah kepemilikan yang beragam. Beberapa rumah mengalami perubahan dan penambahan tata letak ruang, mengikuti perkembangan zaman dan perkembangan aktivitas pemiliknya. Rumah-rumah joglo di Kotagede sebagian besar direnovasi akibat gempa tektonik tahun 2006. Penilaian kondisi fisik bangunan-bangunan tradisional yang mengalami renovasi menjadi fokus penelitian ini. Metode kualitatif adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder pada tiga Rumah Joglo di Kelurahan Jagalan, Kotagede. Ketiga rumah joglo sudah mengalami renovasi berulang kali. Penelitian ini bertujuan untuk mempertahankan dan melestarikan Rumah tradisional Joglo pada Kawasan Cagar Budaya Kotagede, khususnya Kelurahan Jagalan.Kata kunci: Rumah joglo, Jagalan, Kotagede, konservasi
PENERAPAN ETIKA EKOSENTRISME PADA DESA ADAT RAGI HOTANG MEAT DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR, SUMATERA UTARA Saraswati, Titien; Pinem, Feby Astrid br.
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI Vol 12, No 2 (2018): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (50.092 KB) | DOI: 10.24002/jars.v12i2.2049

Abstract

Abstract: Ragi Hotang Meat Traditional Village in Tampahan District, Toba Samosir Regency, North Sumatera Province, already inaugurated as a traditional village by the Ministry of Education and Culture's Director General of Culture on 11 February 2017. In the village there were some traditional houses that had been revitalized, some original traditional houses, ulos woven crafts and the typical sarong of the village, as well as traditional dances. After being inaugurated as a traditional village, the community was asked to do the development of the village themselves as a tourist destination. As an academician, it was a must to contribute to the local government and to the villagers about the development of the village. The question was: how to develop Ragi Hotang Meat Traditional Village into a tourist destination that would not be damaging the nature, but could provide benefits to the nature and its inhabitants? The purpose of this study was to contribute to the local government and villagers on how to develop their village that would not be damaging the nature, but could provide benefits to the nature and its inhabitants. Analysis by examining the data related to Tourism theory and Deep Ecology.Keywords: traditional village, tourism, Deep EcologyAbstrak: Desa Adat Ragi Hotang Meat, di Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara, telah diresmikan sebagai desa adat oleh Dirjen Kebudayaan Kemendikbud pada 11 Februari 2017. Di desa itu terdapat beberapa rumah adat yang telah direvitalisasi, rumah adat asli, kerajinan tenun ulos dan sarung khas desa itu, serta tarian adat. Setelah diresmikan sebagai desa adat, masyarakat diminta untuk melakukan sendiri pengembangan desa itu sebagai destinasi wisata. Sebagai akademisi, dituntut untuk bisa memberikan masukan, baik bagi pemerintah setempat maupun bagi penduduk desa itu. Pertanyaannya: bagaimana Desa Adat Ragi Hotang dikembangkan menjadi destinasi wisata yang tidak merugikan, namun bisa memberikan keuntungan bagi alam dan penduduknya? Tujuan studi ini ialah memberikan masukan kepada pemerintah setempat maupun penduduk desa itu cara mengembangkan desanya agar menjadi destinasi wisata yang tidak merugikan alam maupun penduduknya. Analisis dengan mengeksaminasi data dikaitkan dengan teori Pariwisata dan Deep Ecology.Kata Kunci: desa adat, pariwisata, Deep Ecology
DAMPAK REVITALISASI TERHADAP AKTIVITAS VANDALISME DI KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG Analisa, Fabiola Charisma Kirana
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 12, No 2 (2018): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (850.594 KB) | DOI: 10.24002/jars.v12i2.2044

Abstract

Abstract: The Uniqueness of Kawasan Kota Lama Semarang is always be an interesting topic to learn. This area has historic buildings as an attraction. However, there are still some buildings that are not well-maintained. This condition could make the nearest street space has a negative image and lead to the emergence of negative activities, such as vandalism. There are pictures and writings as the results of vandalism in several parts of the street space in Kawasan Kota Lama Semarang. Kawasan Kota Lama Semarang with the Blenduk Church as the landmark is become a cultural heritage area that needs to be preserved. The government collaborated with the local community commited to revitalize Kawasan Kota Lama Semarang in an effort to maintain its existence. Since 2013, the revitalization of buildings in Kawasan Kota Lama Semarang has been intensified. This article aims to elaborate on the thinking about the potential of revitalization for tourism development and its impact on vandalism activities that have occurred in Kawasan Kota Lama Semarang. The explaination is done by comparing the vandalism mapping and buildings revitalization mapping. From the mapping, we could found the relationship between the revitalization of the area and the products of vandalism as well as the direction that could be done to enhance the positive image of Kawasan Kota Lama Semarang optimally.Keyword : vandalism, revitalization, kota lamaAbstrak: Kekhasan Kawasan Kota Lama Semarang selalu menjadi topik menarik untuk dipelajari. Kawasan ini memiliki bangunan-bangunan bersejarah yang menjadi daya tarik wisata. Namun masih terdapat bangunan-bangunan yang tidak terawat dan tidak berfungsi. Kondisi ini mengakibatkan terbentuknya ruang jalan yang memiliki kesan kurang baik serta mengundang munculnya aktivitas negatif, salah satunya adalah vandalisme. Terdapat gambar dan tulisan hasil aktivitas vandalisme di beberapa bagian ruang jalan di Kawasan Kota Lama Semarang. Kawasan Kota Lama Semarang dengan ikon Gereja Blenduk ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya yang perlu dijaga kelestariannya. Pemerintah bekerjasama dengan komunitas penggiat kawasan terus melakukan revitalisasi dalam upaya menjaga eksistensi dan peran kawasan sebagai kawasan wisata yang bersejarah. Sejak tahun 2013, revitalisasi bangunan di Kawasan Kota Lama Semarang semakin intensif dilakukan. Artikel ini bertujuan untuk menguraikan pemikiran mengenai potensi revitalisasi terhadap perkembangan pariwisata serta dampaknya terhadap aktivitas vandalisme yang pernah terjadi di Kawasan Kota Lama Semarang. Pemaparan dilakukan dengan cara melakukan pemetaan terhadap lokasi terjadinya vandalisme dan pemetaan bangunan atau ruang publik yang telah mengalami revitalisasi. Dari pemetaan tersebut diperoleh hubungan antara revitalisasi kawasan dengan produk aktivitas vandalisme serta arahan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesan (image) positif terhadap kawasan secara optimal.Kata kunci: vandalisme, revitalisasi, kota lama
Petunjuk Penulisan Purbadi, Yohanes Djarot
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI Vol 12, No 2 (2018): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.019 KB) | DOI: 10.24002/jars.v12i2.2050

Abstract

MAKNA RUANG DALAM BUDAYA MASYARAKAT SIKKA Kian, Donatus Ara; Rayawulan, Robertus M.; Mberu, Yuliana; Lily, Budhi B.
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 12, No 2 (2018): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (793.479 KB) | DOI: 10.24002/jars.v12i2.2045

Abstract

Abstract: The essence of human existence depends on the environment and fellow humans. The activity of human life takes place in space and to show its existence human beings always create space, so that there is a process of human settlement in a certain place. The culture of settling in the people of East Nusa Tenggara creates certain patterned settlements. The phenomenon of living culture-based occurs in the Sikka community. Space philosophy emerged in the process of building houses and villages in the Sikka community. This paper presents the meaning of space in the culture of the settlements of the Sikka community. Research carried out with a qualitative paradigm, presented descriptively and associated with relevant literature. As a result, the culture settled and built the residence of the tribes within the village (Wisung-wagang), kampung, magical concepts (Lero and kala), and Amerta were closely related to the concepts and meaning of space according to the culture of the Sikka community.Keywords:space, culture, house, Sikka communityAbstrak: Hakekat keberadaan manusia bergantung pada lingkungan dan sesama manusia. Aktivitas kehidupan manusia berlangsung dalam ruang dan untuk menunjukkan eksistensinya manusia selalu menciptakan ruang, sehingga terjadi proses bermukim manusia pada tempat tertentu. Budaya bermukim pada masyarakat Nusa Tenggara Timur menciptakan permukiman berpola tertentu. Fenomena bermukim berbasis budaya terjadi di kalangan masyarakat Sikka. Filosofi ruang muncul pada proses pembangunan rumah maupun kampung di kalangan masyarakat Sikka. Tulisan ini memaparkan makna ruang dalam budaya bermukim masyarakat Sikka. Penelitian dilakukan dengan paradigma kualitatif, disajikan secara deskriptif dan dikaitkan dengan pustaka yang relevan. Hasilnya, budaya bermukim dan membangun tempat kediaman suku-suku dalam kampung (Wisung-wagang), kampung, konsep magis (Lero dan kala), dan Amerta berkaitan erat dengan konsep dan makna ruang menurut budaya masyarakat SikkaKata kunci; ruang, budaya, rumah, masyarakat Sikka

Page 1 of 2 | Total Record : 13