cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
ISSN : 14116618     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI adalah wadah menghimpun dan mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian dan konsep-konsep ilmiah serta pengetahuan dalam bidang arsitektur dan lingkungan buatan berwujud artikel yang ditulis berdasarkan penelitian: artikel hasil penelitian, artikel tentang ide-ide (gagasan konseptual), tinjauan tentang proses penelitian, tinjauan buku-buku baru, paparan tokoh arsitek dan pemikirannya, serta karya ilmiah lain yang berhubungan dengan fenomena arsitektur.
Arjuna Subject : -
Articles 124 Documents
PENATAAN RUANG HALTE TRANS JOGJA DI BANDARA ADISUCIPTO YANG BERBASIS ERGONOMI DENGAN PROGRAM THE SIMS 3 Anggraeni, Dhita Wahyu
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 1 (2012): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1074.912 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i1.1050

Abstract

Trans Jogja Shelter in Yogyakarta Adisucipto airport is one of the shelters, which is in great public demand, because it integrates with other transport modes. The airport bus shelter is full of passengers with different human dimensions and their luggage. Based on initial observations about movement circulation during rush hour, it was found such difficulties in movement system and led to insecurity for the passengers. The purpose of this study is to analyze the circulation layout based on ergonomic needs at the Trans Jogja shelter in Adisucipto Airport area, which may contributes to the circulation moving system. Criteria of the study are four aspects, i.e the anthropometric, kinetic, physiology, and psychology. This study used behavioral mapping and simulation methods. The Sims 3 program is used for the simulation of human movement in the shelter. The analysis found that the shelter does not meet the need of standard dimensional human motion. In order to improve the quality of a better layout of the shelters, the ergonomic movement system is indispensable to be taken into consideration.Keywords: circulation space, ergonomics, The Sims 3 programAbstrak: Halte Trans Jogja di Bandara Adisucipto Yogyakarta adalah salah satu halte yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat karena terintegrasinya berbagai jalur tranportasi yang memberi kemudahan bagi masyarakat dalam memilih tujuan perjalanan. Halte bandara dipenuhi oleh calon penumpang bus dengan bermacam dimensi ukuran tubuh dan barang bawaan. Berdasarkan pengamatan awal ditemukan permasalahan sirkulasi dan gerak terutama pada saat kondisi jam sibuk, banyaknya pengguna halte menyebabkan kesulitan bergerak dan mengakibatkan rasa tidak aman bagi calon penumpang bus. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji permasalahan ergonomi pada tata ruang sirkulasi Halte Trans Jogja di Bandara Adisucipto melalui studi gerak sesuai ergonomi. Hasil kajian memberi konstribusi terhadap kenyamanan gerak bagi pengguna halte khususnya masyarakat Yogyakarta. Tolok ukur dalam penelitian ada empat aspek yaitu anthropometri, kinetik, fisiologi dan psikologi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode pemetaan perilaku (behavioral mapping) dan metode simulasi dengan menggunakan program The Sims 3 yaitu simulasi alur pergerakan manusia di dalam halte. Dari hasil  analisis ditemukan bahwa halte yang sekarang tidak memenuhi standar kebutuhan dimensi gerak manusia, maka untuk meningkatkan kualitas halte yang ergonomis dibutuhkan penataan sirkulasi yang lebih baik.Kata kunci: tata ruang sirkulasi, ergonomi, program The Sims 3
TEMPLATE ARTIKEL ILMIAH Purbadi, Djarot
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 11, No 1 (2015): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.08 KB) | DOI: 10.24002/jars.v11i1.1159

Abstract

PENERAPAN KONSEP TRIAS POLITICA PADA MORFOLOGI DAN TIPOLOGI KOTA WASHINGTON, D. C. DAN CANBERRA Herliana, Emmelia Tricia
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 4 (2013): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2008.712 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i4.1101

Abstract

Abstract: City planning is intended to create better living environment for its residents. A city is ‘a living laboratory’ that can be learned by people from different nations and cultures or even by the next generation, particularly by the next city planners. The morphology and typology of Washington, D.C. and Canberra, as federal capital cities of the central government, are determined by the early phase of planning, in which the planners interpreted the concept of the power system that each government has and implemented it to the structure of city. This study has an aim to oversee and compare the implementation of governmental power system in USA and Australia to the urban structure of their civic center. Both of them are democratic nations, which apply the concept of “Trias Politica”, and this concept is implemented within the morphological and typological structure of the capital cities. The method to discuss this topic is, firstly, by describe the history of city planning and design of the two cities. Secondly, the difference of the implementation of “Trias Politica” concept to the basic concept of planning and to the elements of morphology and typology of each city is analyzed. Thirdly, the conclusion of previous discussion is configured. The result of this study is a comparison of the implementation of the concept in differentiating power of legislative, executive, and judicative to the city planning which applied Baroque and Beaux-Arts ideas on Washington, D.C. and Canberra.Keywords: Morphology, typology, capital city, civic center, “Trias Politica”Abstrak: Perencanaan kota bertujuan untuk menciptakan lingkungan bermukim yang lebih baik bagi penduduk kota. Kota yang direncanakan dengan baik diharapkan akan dapat berfungsi dengan baik pula. Morfologi dan tipologi Kota Washington, D.C. dan Canberra, yang berfungsi sebagai ibukota pusat pemerintahan, sangat ditentukan oleh bagaimana para perencana dan perancang kota sejak awal menterjemahkan sistem kekuasaan yang dianut oleh pemerintah negara tersebut ke dalam struktur kota. Studi ini bertujuan untuk melihat dan membandingkan bagaimana konsep yang dianut oleh kedua negara, yaitu United State of America dan Australia, di dalam menjalankan kehidupan bernegara yang menerapkan paham demokrasi, yaitu konsep “Trias Politica”, diterapkan pada struktur morfologi dan tipologi ibukota kedua negara. Metoda pembahasan yang digunakan adalah dengan menguraikan sejarah perencanaan dan perancangan kota Washington, D. C. dan Canberra, menganalisis perbedaan penerapan konsep “Trias Politica” pada konsep dasar perancangan dan unsur-unsur morfologi dan tipologi masing-masing kota, serta menarik kesimpulan dari pembahasan tersebut. Hasil dari studi ini berupa perbandingan penerapan konsep pembagian kekuasaan pada paham demokrasi melalui perancangan kota yang menerapkan gagasan Baroque dan Beaux-Arts pada kota Washington, D.C. dan Canberra. Studi ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan dapat diambil maknanya apabila para perencana dan perancang kota dihadapkan pada permasalahan di dalam merencana dan merancang kota atau mengevaluasi perencanaan dan perancangan yang sudah ada.Kata kunci: Morfologi, tipologi, ibukota, pusat pemerintahan, “Trias Politica”
PENGEMBANGAN KONSEP PARIWISATA SUNGAI BERBASIS MASYARAKAT ; Studi Kasus: Kawasan Bantaran Sungai Gadjah Wong Yogyakarta Tisnawati, Endah; Ratriningsih, Desrina
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 11, No 5 (2017): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1476.595 KB) | DOI: 10.24002/jars.v11i5.1293

Abstract

Abstract: Gajah Wong River is one of three rivers that pass through the city of Yogyakarta in the east, the length is 20 km. This river entered the city of Yogyakarta through the District Umbulharjo and Kotagede District. Gajah Wong riverside region has great potential as a river tourism area. This paper describes the effort to develop the river area into a community-based tourism area. The method used is qualitative. As a result, the diversity of river attractions, access to the area, and community participation has the potential to increase the attractiveness of the riverside area as a riverside tourism area to create community welfare.Keywords: river tourism, community-basedAbstrak: Sungai Gajah Wong merupakan salah satu dari tiga sungai yang melintas di Kota Yogyakarta di bagian timur, panjangnya 20 km. Sungai ini menembus Kota Yogyakarta melalui Kecamatan Umbulharjo dan Kecamatan Kotagede. Kawasan bantaran sungai Gajah Wong menyimpan potensi besar sebagai wisata sungai. Tulisan ini memaparkan upaya pengembangan kawasan sungai menjadi kawasan wisata berbasis masyarakat. Metode yang digunakan adalah kualitatif. Hasilnya, keragaman aktraksi sungai, akses ke kawasan, dan partisipasi masyarakat berpotensi meningkatkan daya tarik kawasan sebagai kawasan wisata sungai untuk menciptakan kemakmuran masyarakat.Kata Kunci: wisata sungai, berbasis masyarakat.
FENG SHUI PADA TATA LETAK MASSA BANGUNAN DI KELENTENG SAM POO KONG Marcella, Benedicta Sophie
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 2 (2012): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (862.706 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i2.1039

Abstract

Abstract: “Klenteng” is an Indonesian term for place of worship for Chinese traditional faiths in Indonesia. Sam Poo Kong temple is a heritage building located in Semarang. Chinese temple building is part of the China building architecture, thus Chinese temple apply the feng shui principals, so that people get the fortune, peace, and prosperity from the perfect balance with nature. In this research, to be conducted a review of the use of feng shui principles contained in the layout of the building mass. The research question that arises is "How the application of feng shui to the layout of the building mass in the Sam Poo Kong temple?" This research aims to determine the influence of feng shui contained in the layout of the building mass Sam Poo Kong temple in Semarang. This research use structuralizes qualitative methodology. Analysis process was done by comparing the theory of feng shui with field observations. The building layout, planes, and the filler elements apply the principles of feng shui and it has a good meaning, leads to happiness and welfare in life. Cultural influence of Islam, Buddhist, Hindu, and Chinese cultures convey the meaning and message to the user of the building, all for good purpose in human life. Based on the analysis it can be concluded that the meaning of the layout of the building mass on the Sam Poo Kong temple in accordance with feng shui theory and it brings prosperity.Keywords: feng shui, Sam Poo Kong Temple, the layout of the building massAbstrak: Kelenteng atau Klenteng adalah sebutan untuk tempat ibadah penganut kepercayaan tradisional Tionghoa di Indonesia pada umumnya. Kelenteng Sam Poo Kong merupakan bangunan cagar budaya yang terdapat di kota Semarang. Bangunan kelenteng termasuk dalam bangunan Cina, sehingga dalam tatanan bentuk bangunannya masih mempergunakan kaidah feng shui. Konsep feng shui adalah seni hidup dalam keharmonisan dengan alam, sehingga seseorang mendapatkan keuntungan, ketenangan, dan kemakmuran dari keseimbangan yang sempurna dengan alam. Dalam penelitian ini, akan dilakukan peninjauan penggunaan kaidah feng shui yang terdapat pada tata letak massa bangunannya. Pertanyaan penelitian yang muncul adalah “Bagaimana penerapan fengshui pada tata letak massa bangunan di kawasan Kelenteng Sam Poo Kong?” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh feng shui yang terdapat pada tata letak massa bangunan Kelenteng Sam Poo Kong di Semarang. Metodologi yang digunakan adalah strukturalis kualitatif. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan teori feng shui dengan hasil observasi lapangan. Tata letak massa bangunan menerapkan kaidah feng shui serta memiliki makna yang baik, mengarahkan pada kebahagiaan serta keselamatan dalam kehidupan. Pengaruh budaya Islam, Buddha, Hindu, serta Kebudayaan Cina telah bercampur, menyampaikan makna serta pesan kepada pengguna bangunan, semua untuk tujuan kebaikan dalam hidup manusia. Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa tata letak massa bangunan pada kawasan Kelenteng Sam Poo Kong sesuai dengan feng shui aliran bentuk dan mendatangkan kebaikan.Kata Kunci: feng shui, Kelenteng Sam Poo Kong, tata letak massa bangunan
PERKEMBANGANKAWASAN PECINAN SEMARANG Melati, Monica Latu; Nataya, Ariadne Kristia; Wibowo, Alfonsus Arianto
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 6 (2014): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1968.784 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i6.1095

Abstract

Abstract:Semarang Chinatown  is a special  district in Semarang City  known with its chineese culture, where chineese citizen of Semarang have been living  for centuries. The sustained chineese culture in this area makes Semarang Chinatwon as an urban heritage and cultural artefact in Semarang City. The aims for this paper are to investigate the factors shaping Chinatown Semarang, the development of Chinatown Semarang from time  to time, the urban form elements in Semarang Chinatown, and the correlation between morphological components of Semarang Chinatown. This writing use some review methods, first theoritical overview to get secondary data about physical or non-physical factors forming city, second observation area such as collecting photos and interviewing to get primary data. Data review analysis use qualitative data analysis which is configure with the problems and aims that have been appointed.Keywords:elements of urban form, morphological components, history of Semarang ChinatownAbstrak: Kawasan Pecinan Semarang adalah sebuah kawasan di kota Semarang yang sangat kental dengan budaya Tionghoa. Di sinilah warga keturunan Tionghoa sejak berabad-abad silam menetap di Semarang. Adanya budaya Tionghoa yang masih sangat terjaga menjadikan Kawasan Pecinan Semarang ini sebagai kawasan urban heritage dan artefact budaya di kota Semarang. Tujuan penulisan adalah untuk menemukan faktor pembentuk Kawasan Pecinan Semarang, mengetahui perkembangan Kawasan Pecinan Semarang dari masa ke masa, mengetahui pola bentuk dan elemen kawasan pada Kawasan Pecinan Semarang, serta mengetahui kaitan antara faktor pembentuk kawasan terhadap perkembangan Kawasan Pecinan Semarang. Penulisan ini menggunakan metode kajian berupa tinjauan teori untuk memperoleh data sekunder mengenai faktor-faktor pembentuk kota baik secara fisik maupun non fisik, serta observasi lapangan berupa pengumpulan foto yang dilengkapi dengan wawancara untuk memperoleh data primer. Analisis data kajian dilakukan dengan menggunakan analisis data kualitatif yang disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan yang telah ditetapkan.Kata kunci:Elemen Kawasan, Faktor Pembentuk Kawasan, PerkembanganSejarah Kawasan Pecinan Semarang
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM REKONSTRUKSI RUMAH PASCA GEMPA YOGYAKARTA 2006 DI DUSUN NGIBIKAN, BANTUL Setyonugroho, Gregorius Agung
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 3 (2013): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (687.859 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i3.1113

Abstract

Abstract: Ngibikan Village is located approximately 10 kilometers from the Yogyakarta 2006 earthquake’s epicenter. Through design development by Eko Prawoto ̶ a professional architect who has a concern in humanitarian relief ̶ compromised by beneficiaries agreements and also “Kompas” Humanitarian Funds as the funding donor, they started the Ngibikan Village houses reconstruction one week after earthquake and finished only in four months. Flexibility design in structure module configuration and layout allowed community to decide their needs with their own initiatives. Ngibikan Village reconstruction brought a new experience in reconstructing a timber structure house by their community. This new ‘knowledge’ contributed to the sustainability development of their houses. There are many houses’ improvements that visible in five years post-reconstruction at this village. These improvements are in the transformation of their existed core houses’ structure module configurations, extension or additional buildings that added, and other additional developments. All these improvements were built in order to accommodate their additional needs since the priority need of a core house as their permanent shelter has been completed. Nowadays, houses physical condition and its various transformations are still in a progress of sustainability development for present time and in the future.Keywords: reconstruction, transformation, design development, core houseAbstrak: Dusun Ngibikan berlokasi kurang lebih 10 kilometer dari pusat gempa besar yang pernah terjadi di Yogyakarta pada tahun 2006 yang lalu. Melalui pengembangan desain yang dilakukan oleh Eko Prawoto ̶ seorang arsitek profesional yang peduli dalam hal kemanusiaan̶   bersama-sama dengan para korban gempa penerima bantuan serta melalui donasi dari Dana Kemanusiaan Kompas, dimulailah proses rekonstruksi rumah warga Dusun Ngibikan yang dimulai seminggu setelah terjadinya gempa bumi hingga selesai dalam kurun waktu empat bulan. Fleksibilitas desain pada konfigurasi modul struktur dan pengaturan “layout” keruangan memberikan kesempatan bagi para penduduk untuk berinisiatif mengembangkan desain “layout” serta tampak rumah mereka masing-masing. Proses rekonstruksi rumah warga Dusun Ngibikan telah memberikan pengalaman baru bagi para warganya dalam hal membangun rumah dengan menggunakan struktur kayu sebagai material rangka utamanya. Pengalaman baru ini telah memberikan kontribusi yang positif dalam konsep pengembangan rumah yang berkelanjutan. Dalam kurun waktu lima tahun pasca rekonstruksi, dapat dijumpai beberapa kondisi rumah yang telah berkembang dari kondisi morfologi awalnya. Transformasi yang terjadi pada dasarnya ditujukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan-kebutuhan utama dari anggota penghuni rumah warga Dusun Ngibikan tersebut. Kondisi saat ini pun masih merupakan suatu proses pengembangan berkelanjutan yang memungkinkan adanya transformasi-transformasi lain pada masa yang akan datang.Kata kunci: rekonstruksi, transformasi, pengembangan desain, core house 
ANALISIS POLA TATA RUANG TERBUKA TEPIAN SUNGAI WINONGO DI KAMPUNG BUDAYA BANGUNREJO Pramudito, Sidhi
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 4 (2013): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1331.505 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i4.1088

Abstract

Abstract: Open space is one of a supporting lives the city. Its presence has an important role for the people living surrounding it. Along with development process, the quality and quantity of  open space can be degraded especially when its located  in kampong. It happens because of an uncontrollable spatial layout. Yogyakarta is a city that also has a kampong, one of them is kampong Bangunrejo which crossed by Winongo River. The character and local potentials of this riverbank kampong makes the government of Yogyakarta and Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) to plan a open space revitalization. It aims to improve the image a kampong through open space that located on riverbank. The aim of this research is to get a spatial layout of open spaces in kampong Bangunrejo. This spatial layout is expected to give an idea of how the open space works. The results are expected to guide open space design recommendations, corresponds to its performance. The analysis process utilised a quantitative technique using Depthmap program. By using this method, which focused on spatial layout of open spaces, would strengthen its qualitative analysis to be more real. Public open spaces were selected to represents different typologies of open space, Bangunrejo. The result of the discussion found that in general there is a relationship between the active space used as a public open space and a performance space. Performance space is influenced by aspects of connectivity (global and local integration), visual quality (visual integration), and movement patterns of people. Moreover, in a system of kampong, diversity of open space variations also affect the performance of the space.Keyword: spatial layout, public open space, space performanceAbstrak: Ruang terbuka merupakan salah satu pendukung kehidupan dalam kawasan. Keberadaan ruang terbuka memiliki peran dan fungsi penting bagi masyarakat di sekitarnya. Seiring dengan perkembangan kota, kualitas dan kuantitas ruang terbuka dapat  menurun, khususnya pada kawasan kampung kota. Hal ini terjadi karena pola tata ruang yang tidak terkontrol. Di Yogyakarta juga terdapat kawasan kampung kota salah satunya kampung Bangunrejo yang dilalui oleh Sungai Winongo. Karakter kampung kota dan potensi lokal yang dimiliki kampung Bangunrejo membuat pemerintah kota Yogyakarta bersama Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) melakukan revitalisasi ruang terbuka tepian sungai. Program ini bertujuan untuk meningkatkan citra sebuah kampung kota melalui ruang terbuka tepian sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pola tata ruang terbuka di kampung Bangunrejo yang dapat memberi gambaran bagaimana ruang terbuka tersebut bekerja. Hasilnya diharapkan dapat menjadi arahan rekomendasi desain ruang terbuka yang sesuai. Proses analisis dibantu dengan teknik kuantitatif menggunakan program Depthmap. Dengan metode deskriptif kuantitatif yang memfokuskan pada pola tata ruang terbuka akan memperkuat analisis kualitatif secara lebih nyata. Dalam proses analisis dipilih beberapa ruang terbuka publik yang dapat mewakili tipologi yang berbeda pada lokus terpilih di kampung Bangunrejo. Hasil pembahasan, secara umum menjelaskan bahwa ada hubungan antara ruang yang aktif dimanfaatkan sebagai ruang terbuka publik dengan kinerja ruang. Kinerja ruang tersebut dipengaruhi oleh aspek konektivitas (integrasiglobal danlokal), kualitas visual (integrasi visual), dan pola pergerakan. Selain itu, dalam sebuah sistem ruang kampung variasi keragaman bentuk ruang terbuka mempengaruhi kinerja ruang tersebut.Kata kunci: pola tata ruang, ruang terbuka publik, kinerja ruang
TATA BANGUNAN PADA JALAN DI.PANJAITAN DAN JALAN ALI MAKSUM DI YOGYAKARTA Sanitha, Onie Dian
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 5 (2014): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1172.515 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i5.1090

Abstract

Abstract: Building composition is tightly related with functions and activities of users, so it should be able to give expression and information through elements of building. The corridor of  DI. Panjaitan and Ali Maksum’s street has a historical value as special image of the city in Yogyakarta. The purpose of this research is to identify and evaluate the condition of building through the comparison the results through identification with rules of government regulation. Data will obtained through field observations and evaluated in accordance with Government direction to know detail the extent to which a building can be setup to follow government directives and the extent of D.I. Panjaitan and Ali Maksum’s street are capable of expressing the meaning of a historical road that traversed with imaginary axis.Keywords: Identification, evaluation, comparison, building composition, the expressionAbstraksi: Tata bangunan erat kaitannya dengan fungsi dan kegiatan pengguna, sehingga mampu memberi ekspresi dan informasi melalui elemen-elemen sebuah bangunan. Koridor Jalan D.I. Panjaitan dan Ali Maksum di Yogyakarta memiliki nilai historis sebagai pembentuk citra istimewa Kota Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi tata bangunan melalui perbandingan hasil identifikasi dengan aturan regulasi pemerintah. Data diperoleh melalui pengamatan lapangan dan dievaluasi sesuai dengan detail arahan pemerintah untuk mengetahui sejauh mana penataan bangunan dapat mengikuti arahan pemerintah dan sejauh mana koridor Jalan D.I. Panjaitan dan Ali Maksum mampu mengekspresikan makna historis sebuah jalan yang dilalui sumbu imajiner Yogyakarta.Kata Kunci: Identifikasi, evaluasi, perbandingan, tata bangunan, ekspresi
PENINGKATAN KENYAMANAN TERMAL KORIDOR JALAN MELALUI DESAIN TATA VEGETASI BERBASIS SIMULASI, Studi kasus : jalan Supadi, Kotabaru, Yogyakarta Adityo, Adityo
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 11, No 3 (2016): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1380.45 KB) | DOI: 10.24002/jars.v11i3.1189

Abstract

Abstract: The physical change in urban areas caused the urban microclimate and resulted in poor thermal conditions. The best alternative solution to this problem was by designing vegetation landscape. The proposal design of vegetation landscape of this research was created by implementing experimental method supported by a simulation using Envi-MET system. There were three steps in this study. The first step was empirical measurement to show the microclimate condition. The analysis of existing condition was based on data measured in field observation. The second was a simulation conducted using Envi-MET system to understand how the existing landscaping affected the thermal conditions. The third step was simulation for optimization. This study found out that the design of the vegetation landscape could improve the urban thermal conditions. It was indicated by the decline of temperature and the MRT (Mean Radiation Temperature), aa well as the rise of humidity which apparently close to the ideal condition. This research concluded that the design of vegetation landscape affects the wind speed in the urban areas.Keywords: urban vegetation design, urban thermal comfort, and Envi-MET systemAbstrak: Perubahan fisik daerah perkotaan berpengaruh terhadap iklim mikro perkotaan dan menyebabkan buruknya kondisi termal kawasan. Salah satu alternatif terbaik untuk masalah ini adalah dengan merancang lanskap vegetasi. Usulan desain vegetasi dalam penelitian ini didukung oleh simulasi dengan menggunakan Sistem Envi-MET. Ada tiga langkah dalam penelitian ini. Langkah pertama adalah pengukuran empiris untuk menunjukkan kondisi iklim mikro. Analisis kondisi yang ada didasarkan pada data yang diukur dalam observasi lapangan. Langkah kedua adalah simulasi menggunakan sistem Envi-MET untuk memahami bagaimana lansekap yang ada mempengaruhi kondisi termal. Langkah ketiga adalah simulasi optimasi. Studi ini menemukan bahwa kondisi lansekap vegetasi perkotaan dapat memperbaiki kondisi termal perkotaan. Hal ini ditunjukkan dengan turunnya suhu dan MRT (Mean Radiation Temperature), serta kenaikan kelembaban yang mendekati kondisi ideal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perancangan lanskap vegetasi mempengaruhi kecepatan angin di daerah perkotaan.Kata kunci: tata vegetasi, kenyamanan termal kawasan dan Envi-MET system.

Page 1 of 13 | Total Record : 124