cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Warta Ardhia : Jurnal Perhubungan Udara
ISSN : 02159066     EISSN : 25284045     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Warta Ardhia is an Air Transport Journal containing research, review related to evaluation policy and technological development with the scope of air transport, airport, aircraft, flight navigation, aviation human resources, flight safety and security. Warta Ardhia is managed by Civil Aviation Research and Development Center of Ministry of Transportation of The Republic Indonesia and published 2 (two) times a year, June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 45, No 1 (2019)" : 6 Documents clear
Kajian Potensi Cross Wind Dalam Pembangunan New Yogyakarta International Airport Guna Keselamatan Penerbangan fatkhu royan; Bambang Wijayanto
WARTA ARDHIA Vol 45, No 1 (2019)
Publisher : Research and Development Agency of The Ministry of Transportation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/wa.v45i1.339.49-58

Abstract

Angin merupakan unsur cuaca yang sangat penting dalam keselamatan penerbangan. Penelitian ini bertujuan melakukan analisa profil angin bulanan dan potensi terjadinya Crosswind dalam pembangunan New Yogyakarta International Airport. Metode yang dipakai dengan memasang 4 (empat)buah AWS (Automatic Weather Station) di ujung landasan selama bulan Maret Huingga September 2017. Hasil pengamatan dan analisa menunjukan bahwa pola angin pada periode Maret – Mei memiliki arah yang bervariasi dengan kecepatan rata-rata 5 – 8 knot. Pada Juni – September, pola angin berhembus dari arah Timur – Tenggara dengan kecepatan rata-rata 6 – 9 knot. Selama periode pengamatan kecepatan angin maksimum yang terjadi antara 14 – 20 knot dan tidak ditemukan potensi terjadinya cross wind untuk panjang runway 3.600 meter.
Perbandingan Karakteristik Marshall Gradasi BBA dan Gradasi FAA Untuk Perkerasan Bandara dengan Memanfaatkan Agregat Buatan Gusti Made Bagus Baskara
WARTA ARDHIA Vol 45, No 1 (2019)
Publisher : Research and Development Agency of The Ministry of Transportation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/wa.v45i1.340.59-66

Abstract

One important part of the asphalt mixture is the aggregate gradation. Characteristics of concrete asphalt mixtures such as stability and flow are strongly influenced by aggregate gradations. The purpose of this study is to obtain the Marshall characteristics of asphalt concrete mixtures using artificial aggregates with BBA (Bitumineux pour chausées Aéronautiques) gradation and FAA (Federal Aviation Administration) gradation. Artificial aggregates that have been obtained in previous studies are the materials that will be used in this study. From the results experiment it was found that the asphalt concrete mixture using BBA gradation had the highest stability compare to the stability of FAA gradation with value of 2055,9 Kg and 2039,1 Kg respectively. The highest flow value in the BBA gradation mixture was 3.63 mm while the FAA gradation mixture was 3.60 mm. For Marshall Quotient values, the mixture of BBA gradation is 566.8 Kg / mm and FAA gradation mixture is 571.8 Kg / mm. Salah satu bagian penting dalam campuran beraspal adalah gradasi agregat. Karakteristik campuran aspal beton seperti stabilitas dan flow sangat dipengaruhi oleh gradasi agregat. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan karakteristik Marshall campuran aspal beton yang menggunakan agregat buatan dengan gradasi BBA (Beton Bitumineux pour chausées Aéronautiques) dan gradasi FAA (Federal Aviation Administration). Agregat buatan yang sudah diperoleh dalam penelitian sebelumnya menjadi bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini. Dari hasil pemeriksaan didapat bahwa campuran aspal beton yang menggunakan gradasi BBA mempunyai nilai stabilitas tertinggi yaitu sebesar 2055,9 Kg, sedangkan nilai stabilitas campuran gradasi FAA sebesar 2039,1 Kg. Nilai flow tertinggi pada campuran gradasi BBA yaitu sebesar 3,63 mm sedangkan campuran gradasi FAA sebesar 3,60 mm. Untuk nilai Marshall Quotient campuran gradasi BBA sebesar 566,8 Kg/mm dan campuran gradasi FAA sebesar 571,8 Kg/mm.
Pengaruh Steep Approach Terhadap Operasional Runway Faisal Esa Arighi; Ervina Ahyudanari
WARTA ARDHIA Vol 45, No 1 (2019)
Publisher : Research and Development Agency of The Ministry of Transportation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/wa.v45i1.341.1-12

Abstract

Kebutuhan transportasi udara terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan kebutuhan ini juga berdampak pada lingkungan sekitar bandar udara dan salah satunya adalah dampak kebisingan dari operasional pesawat. Dalam penelitian ini, akan dibandingkan kapasitas runway dengan sudut approach standar (3⁰) dengan steep approach (4,5⁰). Dengan data lalu lintas dari peak hour eksisting, akan diketahui kapasitas runway awal menggunakan diagram ruang-waktu yang menghasilkan kapasitas ultimate dari runway tersebut dan dapat diketahui pula kapasitas runway steep approach. Dengan kapasitas runway ultimate dan kapasitas runway steep approach, akan diketahui perbedaan kapasitas dari kedua metode approach dan diketahui pengurangan kapasitas dari steep approach. Hasil analisa menggunakan diagram ruang waktu menunjukkan bahwa tidak terjadi pengurangan kapasitas dengan 34 pergerakan per jam. Jenis pesawat yang memenuhi target kecepatan 137±4kt adalah Airbus A320. Kesimpulan dari penelitian ini adalah steep approach tidak mengurangi kapasitas runway pada peak hour. Pada peak hour, pesawat cenderung homogen dalam tipe wake turbulence yang dihasilkan. Penggunaan ILS akan diperuntukkan bagi standard approach dan steep approach dapat menggunakan Microwave Landing System atau GBAS (Ground Based Augmentation System) Landing System. Terjadi pengurangan kebisingan tingkat 2 dari 1400 m menjadi 1282 m dan pada area perumahan sekitar bandara sebesar 60,5%.
Pengoperasian Bandara Pondok Cabe untuk Penerbangan Jarak Pendek (Airtaxi) Menggunakan Pesawat Udara Jenis Turboprop Lita Yarlina; Evy Lindasari
WARTA ARDHIA Vol 45, No 1 (2019)
Publisher : Research and Development Agency of The Ministry of Transportation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/wa.v45i1.352.21-36

Abstract

Bandar Udara Khusus Pondok Cabe merupakan bandar udara domestik yang beroperasi sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation) tentang Bandar Udara (Aerodrome). Status Bandar Udara Pondok Cabe, Propinsi Banten, adalah milik PT. Pertamina (Persero) yang dikelola oleh PT. Indo Pelita Air Service, anak usaha PT. Pertamina (Persero). Metode analisis yang digunakan dalam pengkajian ini dengan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu mengevaluasi berbagai aspek yakni kesiapan sarana dan prasarana bandara Pondok Cabe menjadi bandar udara yang diusahakan pengoperasiannya untuk penerbangan jarak pendek (airtaxi) dengan menggunakan pesawat udara jenis turbo prop sebagai objek kajian. Bandar udara Pondok Cabe berpeluang menjadi bandar udara yang diusahakan pengoperasiannya untuk penerbangan jarak pendek (airtaxi) dengan menggunakan pesawat udara jenis turbo prop, tetapi untuk penggunaan ruang udara harus disesuikan dengan slot time penerbangan (flight schedule) di Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Selama pesawat udara melakukan approach hingga landing di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, maka pergerakan (take-off/landing) di Bandar Udara Pondok Cabe dikoordinasikan dengan penyelenggara navigasi Airnav Halim dikarenakan berada pada template missed approach segment dan OCA Final Approach Segment adalah 535 ft. Selama terdapat pesawat udara yang melakukan holding di HLM VOR, pergerakan pesawat udara take-off/landing di Bandar Udara Pondok Cabe dibatasi ketinggian maksimum 1500 ft. Pengawasan dan pengendalian terhadap pelayanan navigasi penerbangan (air traffic services) Bandar Udara Pondok Cabe jika menjadi bandar udara yang diusahakan untuk melayani penerbangan jarak pendek (airtaxi) tetap di lakukan Airnav Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Fasilitas navigasi yang terdapat pada Bandar Udara Pondok Cabe berupa Non Directional Beacon (NDB) sehingga prosedur yang dapat dibuat adalah Instrument Approach Procedure (IAP) NDB RWY 36 untuk CategoriA/B.
Evaluasi Pengelolaan General Aviation Terminal (GAT) Ditinjau Dari Regulasi Penerbangan Harry Yanto
WARTA ARDHIA Vol 45, No 1 (2019)
Publisher : Research and Development Agency of The Ministry of Transportation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

General Aviation dan Air Charter menjadi salah satu sektor terobosan yang semakin berkembang. Kebanyakan penumpang di GAT ini merupakan pengguna pesawat carter untuk kebutuhan wisata sekaligus bisnis. Di Indonesia, pengembangan General Aviation Terminal di bandar udara belum secara spesifik diperuntukkan untuk melayani penerbangan General Aviation dan Air Charter yang melayani masyarakat umum. Saat ini Bandar udara Ngurah Rai Bali yang sudah menyediakan terminal khusus bagi penumpang pesawat General Aviation dan Air Charter. Dalam pengelolaan General Aviation Terminal (GAT) harus mengacu terhadap standar. Namun saat ini aturan pengelolaan GAT secara khusus belum ada masih mengacu terhadap standar pengelolaan terminal penerbangan komersil. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan bahwa masih perlu ditingkatkan standar keamanan bagi penumpang dalam pemeriksaan penumpang dan bagasi serta optimalisasi fasilitas dan jumlah petugas dalam meningkatkan pelayanan.
OPTIMALISASI KETERSEDIAAN TEMPAT DUDUK (SEAT CAPACITY) ANGKUTAN UDARA PADA MASA LEBARAN DENGAN PENDEKATAN POTENTIAL DEMAND BERBASIS BIG DATA Eny Yuliawati; Susanti Susanti; Yati Nurhayati; Lita Yarlina
WARTA ARDHIA Vol 45, No 1 (2019)
Publisher : Research and Development Agency of The Ministry of Transportation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/wa.v45i1.351.37-48

Abstract

Trend permintaan angkutan udara menunjukkan kecenderungan meningkat secara signifikan, namun ketersediaan tempat duduk sering tidak terpenuhi terutama pada masa lebaran H-7 s.d H+7. Disisi lain terdapat permasalahan beban angkutan jalan yang sangat tinggi pada masa lebaran khususnya di Pulau Jawa yang berdampak pada lamanya waktu tempuh arus mudik-balik masa lebaran. Moda angkutan udara dapat dimaksimalkan pada koridor tertentu untuk mengurangi beban jalan pada masa arus mudik balik lebaran. Potential demand dengan pendekatan Big Data melalui Maskapai Penerbangan dan Travel Agent Online dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan ketersediaan tempat duduk (seat capacity) pesawat yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Optimalisasi melalaui pendekatan Big Data bersinergi dengan para stakeholders diharapkan dapat memetakan potential demand, sehingga dapat tercapai pemenuhan kebutuhan ketersediaan tempat duduk (seat capacity) pada masa lebaran. Hasil penelitian menunjukan dari 12 rute penerbangan yang diduga merupakan rute terpadat, terdapat 6 rute yang perlu dilakukan penambahan seat capacity mengingat potensi permintaan penumpang angkutan udara yang cukup tinggi. Sementara pengamatan terhadap kemampuan bandar udara, dari enam (6) bandara pengamatan diperoleh hasil bahwa bandara “mampu” melayani lonjakan arus mudik balik lebaran. Penilaian didasari atas variabel yang dijadikan indikator untuk menentukan kesiapan, variabel tersebut adalah fasilitas dan personil sisi udara, sisi darat, ground handling dan ketersediaan slot time. Dari ke-6 bandara tersebut 5 (lima) bandara siap melayani penerbangan extra flight maupun penggantian pesawat menjadi wide body (bigger size), sementara hanya 1 bandara yaitu Bandara Adi Sucipto yang tidak memungkinkan untuk melakukan penambahan kapasitas melalui perubahan type pesawat yang lebih besar (bigger Size), dengan demikian penambahan kapasitas dilakukan melalui penambahan frekwensi penerbangan (extra flight). Sementara berdasarkan capturing terhadap potential demand berbasis big data diperoleh hasil terdapat 64 % hingga 89,5 % penumpang yang tidak dapat memperoleh tiket pada 12 rute pengamatan selama rentang masa lebaran tahun 2018. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan kebijakan para stakeholders dan memberikan impact terhadap ketersediaan kursi (seat capacity) angkutan udara pada masa lebaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta diharapkan pula pada koridor tertentu angkutan udara dapat mengurangi beban jalan sehingga tidak terjadi kemacetan panjang selama masa arus mudik balik lebaran.

Page 1 of 1 | Total Record : 6