cover
Contact Name
Novita Kamaruddin
Contact Email
novita.trivita@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jkp.fkep@unpad.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Keperawatan Padjadjaran
ISSN : 23385324     EISSN : 24427276     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Jurnal Keperawatan Padjadjaran (JKP) or The Padjadjaran Nursing Journal is a peer review journal providing an open access facility for scientific articles published by the principles of allowing free research available for public to support global scientific exchange. Padjadjaran Nursing Journal (JKP) is published three times a year, specifically in April, August, and December.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran" : 7 Documents clear
Kualitas Hidup berdasarkan Karekteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Yuli Wahyuni; Nursiswati N; Anastasia Anna
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (635.916 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v2i1.79

Abstract

Karekteristik pasien diabetes melitus (DM) tipe 2 yang dapat memengaruhi kualitas hidupnya meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, lama menderita DM, dan status pernikahan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran kualitas hidup berdasarkan karekteristik pasien DM tipe 2. Penelitian deskriptif kuantitatif ini melibatkan 89 responden yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner karekteristik responden dan Quality of Life Instrument for Indian Diabetes Patients (QOLID)yang terdiri dari 34 pertanyaan. Data yang terkumpul dikategorikan menjadi kualitas hidup tinggi/rendah berdasarkan nilai mean. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup (QoL) pasien DM tipe 2 secara keseluruhan adalah tinggi (56,18%). Berdasarkan umur, QoL tinggi terbesar adalah lansia (65,9%) dan QoL rendah terbesar adalah dewasa madya (53,84%). Jenis kelamin, QoL tinggi terbesar adalah laki-laki (58,97%) dan QoL rendah terbesar adalah perempuan (46%). Tingkat pendidikan, QoL tinggi terbesar berada pada perguruan tinggi (78,26%) dan QoL rendah terbesar berada pada SD (65%). Berdasarkan sosial ekonomi, QoL tinggi terbesar adalah penghasilan lebih dari >5 juta (87,5%) dan QoL rendah terbesar adalah <1 juta (66,67%). Berdasarkan lama menderita, QoL tinggi terbesar adalah >10 tahun (66,67%) dan QoL rendah terbesar adalah < 1 tahun (53,33%). Berdasarkan status pernikahan QoL tinggi terbesar adalah menikah (56,16%) dan QoL rendah terbesar adalah janda/duda (46,67%). Perawat diharapkan dapat membantu pasien dengan karekteristik tingkat pendidikan SD, usia dewasa madya, penghasilan <1 juta dan lama menderita <1 tahun dengan cara mengembangkan aktivitas yang dapat mendukung peningkatan QoL pasien DM tipe 2.Kata kunci:DM tipe 2, karekteristik pasien, kualitas hidup AbstractAges, sex, education levels, economic status, marital status, and the length of life with diabetes mellitus are characteristics of patient with type 2 DM that can affect to their quality of life. The purpose of this study was to describe type 2 diabetes mellitus patients’ quality of life based on patients’ characteristics. Descriptive quantitative approach with purposive sampling was applied to 89 respondents. Data were collected using Quality of Life Instruments for Indian Diabetes Patients (QOLID), which consists of 34 questions. Data were analyzed using means scores. The result showed that quality of life (QoL) of patients with type 2 diabetes were high (56.18%). Based on age categories, the highest QoL was the elderly group (65.9%) and the lowest was the middle adulthood group (53.84%). Men had higher QoL than women with (58.97%) and (46%), respectively. This study also found that university graduates had the highest QoL (78.26%) and the lowest were elementary school graduates (65%). Based on the economic status, people with income >5 million (50%) had the highest QoL and the lowest was people with income <1 million (35.90%). Diabetic patients who suffering for more than 10 years (66,67%) had the highest QoL and the lowest was people who suffer of type 2 DM for less than a year (53.33%). Based on marital status, the highest QoL was married people (56.16%) and the lowest was widow (46.67%). Nurses are expected to help patients with low level of QoL and develop some activities to enhance the QoL of patient with type 2 DM.Key words: Patient’s characteristic, quality of life, type 2 DM
Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unitterhadap Perawatan Pasien Menjelang Ajal Meilita Enggune; Kusman Ibrahim; Hana Rizmadewi Agustina
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.266 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v2i1.80

Abstract

Tingginya angka kematian yang terjadi di unit perawatan intensif, menuntut peningkatan pelayanan perawatan paliatif termasuk perawatan pasien menjelang ajal, yang melibatkan perawat perawatan kritis. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran persepsi perawat terhadap perawatan pasien menjelang ajal di ruang Neurosurgical Critical Care Unit(NCCU). Delapan perawat pelaksana di ruang NCCU RSHS Bandung dilibatkan dalam penelitian deskriptif kualitatif ini dengan rentang usia antara 27– 43 tahun, dan bekerja selama 3–20 tahun. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive samplingdan jumlah informan dibatasi setelah data jenuh. Pengumpulan data dengan melakukan wawancara semi terstruktur, dan analisis yang digunakan adalah content analysis. Hasil penelitian didapatkan 4 tema dan 15 subtema yaitu: (1) Pemahaman perawat tentang perawatan pasien menjelang ajal yaitu: membantu pasien meninggal dengan tenang, menghadirkan keluarga untuk memberikan dukungan, dan lebih berfokus pada bimbingan spiritual; (2) Cara menghadapi kematian yang sering terjadi yaitu: adaptasi perawat terhadap kondisi pasien menjelang ajal, kesulitan menentukan fase menjelang ajal pasien kritis, dilema dalam pengambilan keputusan, dan empati; (3) Peran perawat dalam mempersiapkan pasien menjelang ajal yaitu: pembimbing spiritual pasien, komunikator, fasilitator, dan pemberi dukungan emosional keluarga; (4) Hal-hal yang perlu diperbaiki dalam perawatan menjelang ajal yaitu: diperlukan pelatihan perawatan paliatif pada pasien kritis, diperlukan ruangan khusus pasien menjelang ajal, diperlukan pembimbing rohani khusus, dan diperlukan standar operasional prosedur (SOP) perawatan pasien menjelang ajal. Perawat perlu memberikan perawatan yang membantu pasien meninggal dengan tenang, memberikan dukungan untuk keluarga, dan lebih difokuskan untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien.Kata kunci: Intensive Care Unit, perawatan akhir hidup, persepsi perawat AbstractThe high number of death that occurred in the Intensive Care Unit, strive to improve palliative care services including the provision of care of dying patients by critical care nurses. The purpose of this study was to obtain a perception of nurses toward the care of dying patients in the Neurosurgical Critical Care Unit ( NCCU ). Eight nurses who work at NCCU were involved in this study, age between 27- 43 and have been working from 3 to 20 years. The sampling technique used the purposive sampling method and a limited number of informants after data saturated. Data collection was done by conducting semi- structured interviews, content analysis was used to analyse the data. There are four themes with 15 sub-themes include: 1) Nurse understanding about caring for dying patients: help the patients to die peacefully, presenting the family to provide supports, and more focused on spiritual guidance. 2) Way of handling the frequent of death occurance: adaptation of nurses to dying condition, difficulty determining the critical phase of the dying patient, dilemmas in decision-making, and empathy. 3) The role of nurses in preparing for the dying patient: the patient spiritual guides, communicators, facilitators, and providers of family emotional support. 4) The Things that need to be improved in end of life care: the palliative care training is required in critically ill patients as well as separate unit for dying patients, exclusive spiritual guide, and standard operating procedures (SOP) of care for the dying patients. It can be concluded that nurses need to provide treatment that helping patients to die peacefully, and providing support for the family, which is focused on meeting the spiritual needs of patients.Key words:Intensive Care Unit, end of life care, nurses perception
Pengaruh Dukungan Keluarga dalam Meningkatkan Perilaku Adaptif Remaja Pubertas Endang Triyanto; Rahmi Setiyani; Rahmawati Wulansari
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (624.004 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v2i1.76

Abstract

Periode pubertas merupakan masa kritis bagi remaja. Perubahan akibat pubertas sering menimbulkan berbagai perilaku maladaptive seperti membolos, membangkang, dan tawuran. Keluarga sebagai lingkungan utama remaja memegang peranan penting dalam membentuk perilaku remaja. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi pengaruh optimalisasi dukungan keluarga terhadap perilaku adaptif pada usia pubertas. Desain quasi experimentaldengan pendekatan pre-post test without control group design. Responden dipilih secara purposive samplingdi Rempoah Baturaden. Perilaku adaptif remaja meningkat dari 60% menjadi 97% setelah diberikan perlakuan dukungan keluarga. Kesulitan orang tua dalam memberikan dukungan adalah ketika mengarahkan untuk belajar, menjalin komunikasi terbuka, dan menghadapi emosi remaja. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh optimalisasi dukungan keluarga yang signifikan terhadap peningkatan perilaku adaptif remaja (p value0.001). Orang tua hendaknya selalu meningkatkan pengetahuan untuk melaksanakan dukungan keluarga kepada anak remaja.Kata kunci:Dukungan, keluarga, perilaku, pubertas, remaja Abstract The period of puberty is a critical period for adolescents. The consequence of changing puberty is often arise a dis-adaptif behaviour such as a shirker, protester, gang fighter. Family as the primary environment teenager plays an important role in shaping adolescent behavior. The research objective was to identify the influence of family support for adaptive behavior of adolescent puberty. Quasi-experimental design approach without pre-posttest control group design was applied. Respondents was selected by purposive sampling in Baturaden. Adaptive behavior that increased from 60% to 97% after optimization family support. Difficulties of parents in providing family support when directed to learn, to establish open communication, and teenagers emotional. There is the influence of family support optimization significantly to the increase of adaptive behavior adolescents with p value of 0.001. Parents should always increase their knowledge to implement family support to teenagers.Key words: Behavior, family, puberty, support, teenagers
Dukungan Keluarga pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dalam Menjalankan Self-Management Diabetes Sisca Damayanti; Nursiswati N; Titis Kurniawan
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (637.084 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v2i1.81

Abstract

Penyakit diabetes melitus tipe 2 (DMT2) memerlukan pengontrolan untuk meminimalisir komplikasi melalui penerapan self-managementyang baik. Efektifitas penerapan self-managementdipengaruhi banyak faktor salah satunya dukungan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien DM sehingga diharapkan dapat membantu, mengontrol dan membentuk perilaku pasien DM termasuk dalam hal ini perilaku self-management. Penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan potong lintang ini bertujuan untuk menggali dukungan keluarga dalam konteks pasien DM di Indonesia. Sebanyak 78 responden dilibatkan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode concecutive sampling. Dukungan keluarga diukur menggunakan instrumen yang di modifikasi dari The Diabetes Social Support Questionnaire-Family Version (DSSQ-Family) dengan skor Alpha Cronbach 0,973 dan korelasi inter-item0.386-0.859. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis deskriptif, dan dukungan keluarga dikategorikan menjadi favorable(bila skor total individu > nilai mean kelompok 69,62). Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah responden (55,1%) melaporkan dukungan keluarga favorable. Dari analisis domain dukungan keluarga, dimensi dukungan lingkungan sosial secara umum menunjukkan persentase terendah (48,71%) dibandingkan domain dukungan keluarga yang lainnya. Dengan demikian menjadi penting bagi perawat untuk meningkatkan keterlibatan keluarga dalam perawatan DMT2 serta meningkatkan aspek dukungan lingkungan sosial. Kata kunci: Diabetes melitus, dukungan keluarga, perilaku self-managementAbstractType 2 diabetes mellitus (T2DM) must be controlled to reduce complications through good self-management behaviour (SMB). The effectiveness of SMB is influenced some factors, one of them is family support. family is the closest social enviroment for patients of DM, thus it is hoped to help, control, and create patient of DM behaviour includes self management behaviour. This study was descrition quantitative with cross sectional approach purposed to determine the level of patients’ perceived of family support in Indonesia. Seventy-eight respondents were included for this study by using concecutive sampling methode. The questionnaire for family support was modified from The Diabetes Social Support Questionnaire-Family Version (DSSQ-Family) with Chronbach Alpha 0,973 and inter-itemcorrelation 0,386-0,859. The data collected were analyzed using descriptive analysis, where family support categorized into favorable (if individual score > the respondents mean score = 69.62) and oppositely. The results showed that more than half of respondents (55,1%) reported favorable family support. Regarding family support domains, social network support noted as the lowest percentage (48.71%). Therefore, it is important for nurses and other healthcare professional to improve family involvement in diabetes care especially improving network support aspect.Key words:Diabetes mellitus, family support, self-management behaviour
Kualitas Hidup Pasien Pascaintervensi Koroner Perkutan Remita Ully Hutagalung; F Sri Susilaningsih; Ai Mardiyah
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (623.156 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v2i1.77

Abstract

Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang dapat mengancam kehidupan seseorang. Pelaksanaan tindakan non bedah intervensi koroner perkutan pasien masih memiliki risiko terjadinya serangan berulang, stenosis dan ancaman kematian. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kualitas hidup pasien pascatindakan intervensi koroner perkutan. Desain penelitian ini adalah potong lintang. Pengambilan sampel secara consecutive samplingdidapatkan 50 responden yaitu pasien yang sedang kontrol pascaintervensi coroner per kutan di Poliklinik Spesialis Jantung RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, penelitian ini dilakukan pada 1-14 November 2013. Kualitas hidup diukur dengan instrumen WHOQOL-BREFdengan empat domain kualitas hidup yaitu domain fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan. Analisis menggunakan statistik deskripsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki kualitas hidup baik sebesar 50%. Perawat memiliki peran dalam membantu pasien mencapai kualitas hidup yang optimal, diantaranya melalui peningkatan efikasi diri pasien melalui pendampingan dan pemberian informasi dalam usaha mencapai kualitas hidup.Kata kunci:Intervensi koroner perkutan, kualitas hidup, WHOQOL-BREF AbstractCoronary heart disease is a disease that can threaten person’s life, and can lead to the change of the quality of life. This coronary heart disease can be solved with non-surgical called percutaneous coronary intervention. This action will be normalized the quality of perfusion in the coronary arteries, which would certainly have an impact on the quality of life of patients. The research objective was to observe the patient of quality of life after treatment on intervention percutaneous coronary. The research design was cross sectional. There were 50 respondents taken by consecutive sampling. Data were collected in outpatient room in RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, who have came with treatment routine schedule after percutaneous coronary intervention during November 1st–14th 2013. The questionnaire use WHOQOL-BREF format with 26 questions that consisting of 4 domains of quality of life: physical domain, psychological domain, social domain, and environment domain. Majority of patients were male (74 %), with the range of age mostly 56-66 years ( 34 % ), married ( 96 % ), college education was the highest ( 66 % ), the majority had not a primary job like as housewife , retired, student, etc. ( 26 % ). Data were collected using the questionnaire WHOQOL – BREF. The result have shown that rates of quality of life was good ( 50 % ) and health condition after percutaneous coronary intervention neither satisfied nor dissatisfied ( 44 % ). Nurses have a role in helping patients achieve optimal quality of life like giving information to patient correctlyKey words: Percutaneous coronary intervention, quality of life, WHOQOL – BREF
Metode Barbeau Test dalam Menilai Keutuhan Arteri Radialis Pascaintervensi Koroner Perkutan Nurhusna N; F Sri Susilaningsih; Purwo Suwigjo
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (666.558 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v2i1.82

Abstract

Radial artery occlusion merupakan salah satu komplikasi vaskular postkateterisasi jantung trans radial. Kompresi lokal menggunakan alat kompresi setelah tindakan kateterisasi jantung trans radial dapat menurunkan angka kejadian komplikasi vaskular Radial Artery Occlusion(RAO). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara metode Barbeau test dan metode pengamatan klinik dalam menilai keutuhan arteri radialis selama proses kompresi pada pasien postprosedur kateterisasi jantung trans radial. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi komparatif. Subjek penelitian adalah 20 pasien yang menjalani prosedur kateterisasi jantung dengan akses arteri radialis. Pengukuran dilakukan secara bertahap menit ke-15 dan setelah tiga jam menggunakan alat kompresi stepty-p. Uji komparasi menggunakan uji McNemar. Data univariat dianalisis menggunakan distribusi frekuensi. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan penilaian keutuhan arteri radialis antara metode Barbeau testdengan metode pengamatan klinik pada menit ke-15 (p=0.035) dan ke-30 (p=0.035). Namun secara keseluruhan hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam menilai kepatenan arteri pada setiap waktu pengamatan dari kedua metode. Kata kunci:Arteri radialis, Barbeau test, kateterisasi jantung, keutuhan, pengamatan klinik AbstractRadial artery occlusion is one of the trans radial vascular complications post cardiac catheterization. The local compression using compression methods after cardiac catheterization can be reduced the vascular complication such as radial artery occlusion (RAO). This research was conducted to determine the comparison between the Barbeau test method and the clinical observation method carried out by the researcher in order to examine the patency of radial artery during compression, post procedure cardiac catheterization at the Angiography Coroner Unit and the Cardiac Intensive Care Unit, Hasan Sadikin Bandung General Hospital, Indonesia. This research was a quantitative research using the comparative study design. The subjects were 20 patients who took cardiac catheterization procedure using radial artery access and checked in pairs. The measurement divided into two periods: the fifteenth minute and the third hour using the stepty-p compression tool. The statistical test used the McNemar test to analyze the comparison, and the single variable data were analyzed using the distribution frequency. There were a significant difference in radial artery evaluation during compression period between two methods, in which at the first fifteen minutes (p=0.035) and the first thirty minutes (p=0.035), respectively. Overall, the result shows that there were no significant difference in comparison of two methods. Key words:Barbeau test, cardiac catheterization, clinical observation, patency, radial artery
Hubungan antara Lama Tidur dengan Akumulasi Kelelahan Kerja pada Dosen Gurdani Yogisutanti; Hari Kusnanto; Lientje Setyawati Maurits
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (602.928 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v2i1.78

Abstract

Fatigue merupakan fenomena normal bagi setiap orang sehat, yang dapat dikurangi dengan istirahat maupun tidur. Kurang tidur (sleepiness) telah menjadi fokus masalah dalam isu kesehatan kerja. Penelitian kelelahan kerja pada dosen masih sangat terbatas dan belum menjadi perhatian. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan lama waktu tidur dengan akumulasi kelelahan kerja pada dosen. Desain potong lintang digunakan dalam penelitian terhadap 236 partisipan berasal dari delapan sekolah tinggi ilmu kesehatan swasta di Jawa Barat. Lama waktu tidur per hari diukur menggunakan kuesioner dan akumulasi kelelahan kerja diukur menggunakan instrumen self-diagnosis check list for assessment of worker’s accumulated fatigue. Rerata waktu tidur adalah 6,23±1,1 jam per hari. Hasil uji statistik menggunakan uji korelasi product moment didapatkan lama waktu tidur berkorelasi negatif dengan gejala kelelahan subjektif (r=-0.132; p<0.05), kondisi kerja (r=-0.169; p<0.05), dan akumulasi kerja (r=-0.173; p<0.05). Semakin tinggi lama tidur, maka semakin rendah kelelahan kerja yang terjadi. Kurangnya waktu tidur dalam jangka waktu yang lama dapat berakibat pada kualitas hidup dosen dan dapat menyebabkan sakit. Perlunya mengurangi akumulasi kelelahan kerja agar cukup waktu tidur dan beristirahat bagi dosen. Kata kunci:Dosen, fatigue, kelelahan kerja, makan pagi, waktu tidur AbstractFatigue is a normal phenomenon for everybody, it can be reduced by rest and sleep. Sleepiness is a health issue in the occupational health and safety. However, a study related to job burnout in the lecturer community is limited. The aims of this study was to uncover the relationship between lecturers’ sleep duration and their job burnout. The cross sectional design was applied to 236 participants who came from eight different private Health Sciences School in West Java. Sleep durations were measured by a questionnaire and Self-diagnosis Check List for Assessment of Worker’s accumulated fatigue was used to measure lecturers’ job burnout. Results have shown that rates of the sleep duration in a day were around 6,23±1,1 hours. Product moment test has shown that the sleep duration had negative correlation with subjective fatigue (r=-0.132; p<0.05), working conditions (r=-0.169; p<0.05), and working accumulation (r=-0.173; p<0.05). The more sleep duration the lower job burnout. Long term sleepiness can be affected to lecturers’ quality of live. Enough rest and sleep are the best way to deal with job burnout problems.Key words:Breakfast, fatigue, job burnout, lecturer, sleep duration

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2014 2014


Filter By Issues
All Issue Vol. 11 No. 2 (2023): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 11 No. 1 (2023): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 10 No. 3 (2022): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 10 No. 2 (2022): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 10 No. 1 (2022): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 9 No. 3 (2021): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 9 No. 2 (2021): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 9 No. 1 (2021): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 8 No. 3 (2020): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 8 No. 2 (2020): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 8 No. 1 (2020): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 7 No. 3 (2019): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 7 No. 2 (2019): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 7 No. 1 (2019): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 6 No. 3 (2018): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 6 No. 2 (2018): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 6 No. 1 (2018): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 3 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 2 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 1 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 3 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 3 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 2 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 1 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 3 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 2 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 3 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 2 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 1 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran More Issue