cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta timur,
Dki jakarta
INDONESIA
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
ISSN : 23388528     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Ranah: Journal of Language Studies is published by the National Agency for Language Development and Cultivation. It is a research journal which publishes various research reports, literature studies and scientific writings on phonetics, phonology, morphology, syntax, discourse analysis, pragmatics, anthropolinguistics, language and culture, dialectology, language documentation, forensic linguistics, comparative historical linguistics, cognitive linguistics, computational linguistics, corpus linguistics, neurolinguistics, language education, translation, language planning, psycholinguistics, sociolinguistics and other scientific fields related to language studies. It is published periodically twice a year in June and December. Each article published in Ranah will undergo assessment process by peer reviewers.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 8, No 2 (2019): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa" : 8 Documents clear
Proses Material dalam Klausa Bahasa Inggris Pada Teks Asuransi Jiwa: Pendekatan Tata Bahasa Fungsional Ponia Mega Septiana; Eva Tuckyta Sari Sujatna; Rosaria Mita Amalia
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 8, No 2 (2019): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v8i2.884

Abstract

This research focuses on the material processes that are applied in the text of Life Insurance. The data is obtained from the brochures of Life Insurance in several companies. The collected data are taken randomly. This research discusses two main points: 1) the lexical verb describes the type of material process, and 2) the role of participants are used in the material process within the text. They are analyzed based on the theory of systemic functional linguistic focus on transitivity (material process) by Halliday (2014). This research applies the descriptive qualitative method that uses two techniques. First, selects and collects the clauses. Second, analyze and describes the clause based on the research questions. The result of the research reveals that the lexical verb describes the type of material processes in the text of life insurance. The verbs are an offer, receive, protect, provide, customize, request, access, earn, allow, decrease, increase, lock, change, add, choose, take, pay, buy, build, work, help, and give. Then, the roles of participants are involved in the text such as actor, goal, and recipient. ABSTRAKPenelitian ini merupakan penerapan proses material dalam teks tentang asuransi jiwa. Data dari penelitian ini diperoleh dari brosur – brosur asuransi jiwa dari berbagai perusahaan asuransi. Pengumpulan data diambil secara acak. Penelitian ini membahas dua poin utama yaitu 1) verba leksikal yang menggambarkan tipe material proses. 2) peran partisipant yang digunakan dalam material proses dalam teks tersebut. Teks dianalisis berdasarkan teori Systemic Fuctional Linguistik yang berfokus pada transitivity (material process) dari Halliday (2014). Penelitian ini juga menerapkan metode kualitatif deskripitf dengan menggunakan dua teknik analisis. Pertama, memilah dan mengumpulkan data klausa, dan yang kedua menganalisis dan menggambarkan klausa berdasarkan pertanyaan. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa verba leksikal yang menggambarkan tipe material proses dalam teks asuransi jiwa adalah offer, receive, protect, provide, customize, request, access, earn, allow, decrease, increase, lock, change, add, choose, take, pay, buy, build, work, help, dan give. Selanjutnya, peran partisipant yang terlibat dalam teks seperti actor, goal dan recipient.
Ketegaran Konstruksi Katek dan Variannya dalam Bahasa Melayu Palembang NFN Houtman
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 8, No 2 (2019): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v8i2.863

Abstract

This research is a morphosemantic study that observes the power of form and meaning from katek lingual unit and its variants, i.e. dak katek, katek idak, katek-katek, tek-katek, dak katek-katek, and dak katek idak, that derived from Palembang-Malay language. This research category is qualitative, based its analysis upon the equivalences between adaptations of linguistic, social, and meaning. This equivalence concept is applied to notice the form and meaning of communication from local language users, in this case is Palembang language speech-act in their utterances. The technique used in collecting data is note taking and interview. The data analysis method used is analytical method, prevalently used in syncronical linguistics research. Data analysis used is method of equivalent with corresponding comparative linking technique and differentiating comparative linking technique. Research result showed that for Palembang people, the derivative of dak katek, katek idak, katek-katek, tek-katek, dak katek-katek, and dak katek idak which came from the same root, that is katek which means ‘nothing’, experienced development and reinforcement of meaning in accordance with the given language phenomenon. These derivatives experienced meaning adaptation based on the pace of the social changing of the users. ABSTRAKPenelitian ini merupakan kajian morfosemantik yang melihat daya bentuk dan makna satuan lingual katek dan variannya, yaitu dak katek, katek idak, katek-katek, tek katek, dak katek-katek, dan dak katek idak, yang berasal dari bahasa Melayu Palembang. Kategori penelitian ini adalah kualitatif yang mendasarkan kajiannnya pada kesepadanan antara adaptasi linguistik, sosial, dan makna. Konsep kesepadanan diterapkan untuk melihat bentuk dan makna komunikasi pengguna bahasa tempatan, dalam hal ini adalah tindak tutur bahasa Palembang. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik catat dan wawancara. Dalam analisis data digunakan metode padan dengan teknik hubung banding menyamakan dan teknik hubung banding membedakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagi masyarakat Palembang, bentukan dak katek, katek idak, katek-katek, tek katek, dak katek-katek, dan dak katek idak yang berasal dari akar kata yang sama, yakni katek yang bermakna ‘tidak ada’ mengalami perkembangan dan penguatan makna sesuai dengan fenomena bahasa yang ada. Bentukan tersebut mengalami adaptasi makna berdasarkan laju perubahan sosial penggunanya.
Inovasi Leksikal Bahasa Wotu NFN Suparman
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 8, No 2 (2019): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v8i2.1282

Abstract

The purpose of this study is to describe the lexical innovation of Wotu dialect, namely describing a list of words that experience innovation by using qualitative methods or a direct approach to linguistic phenomena that occur in Wotu District, East Luwu District through an observation, interview, note taking technique and data reduction. The data obtained includes phonetic innovations consisting of substitution of vowel and consonant sounds, addition of vowel and consonant sounds, vowel sounds and consonants and consonant groups in the right position, meaning innovation, morphological innovations consisting of prefixes, suffixes, affixes and reduplications and lexical innovation consisting of lexical innovation, partial lexical innovation and full lexical innovation. ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan inovasi leksikal bahasa Wotu, yaitu mendeskripsikan daftar kata yang mengalami inovasi dengan menggunakan metode kualitatif atau pendekatan secara langsung terhadap fenomena kebahasaan yang terjadi di Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur melalui proses observasi, wawancara, teknik catat, dan reduksi data. Data yang diperoleh mencakup inovasi fonetis yang terdiri atas penggantian bunyi vokal dan konsonan, penambahan bunyi vokal dan konsonan, penghilangan bunyi vokal dan konsonan serta gugus konsonan pada posisi kanan, inovasi makna, inovasi morfologi yang terdiri atas prefiks, sufiks, afiks dan reduplikasi, serta inovasi leksikal yang terdiri atas inovasi leksikal, inovasi leksikal parsial, dan inovasi leksikal penuh.
Sistem Prosidi Suara Mahasiswa Multietnis di Surakarta Fahmi Gunawan
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 8, No 2 (2019): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v8i2.1123

Abstract

This study aims to examine the prosody system of multiethnic student in Surakarta. The prosodic system includes the duration, frequency and intensity of multiethnic student’s voice based on gender and ethnicity variables. This research is an experimental study using Praat software and then analyzed using SPSS 16. The results showed that (1) women's voice duration is faster, the frequency is higher, and the intensity is louder than men based on gender variables. (2) based on ethnic variables, students from Sulawesi have a faster speaking duration and higher voice frequency than students from Java and Sumatra. For issues of volume, student voices vary. For the initial intensity, the voice of students from Sulawesi is louder than students from Java and Sumatra. For the final intensity, i.e. highest intensity and lowest intensity, students from Java speak louder than students from Sumatra and Sulawesi.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengkaji sistem prosodi suara mahasiswa multietnis di Surakarta. Sistem prosodi itu meliputi durasi, frekuensi, dan intensitas suara mahasiswa multietnis berdasarkan pada variabel sosial jenis kelamin dan etnisitas. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan perangkat lunak Praat dan kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS 16 dalam kajian fonetik akustik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) berdasarkan variabel jenis kelamin, durasi suara perempuan lebih cepat dengan frekuensi yang lebih tinggi dan intensitas yang lebih lantang daripada laki-laki dan (2) berdasarkan variabel etnis, mahasiswa asal Sulawesi memiliki durasi bicara lebih cepat dan frekuensi suara lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa asal Jawa dan Sumatra. Berkaitan dengan kelantangan, suara mahasiswa bervariasi. Untuk intensitas awal, suara mahasiswa asal Sulawesi lebih lantang daripada mahasiswa asal Jawa dan Sumatra. Berkaitan dengan intensitas akhir, yaitu intensitas tertinggi dan terendah, mahasiswa asal Jawa lebih lantang daripada mahasiswa asal Sumatra dan Sulawesi.
Representasi Terhadap Tukang Parkir dalam Petisi “Malang Darurat Parkir” (Sebuah Analisis Wacana Kritis) Devi Kurniasari Riyadi
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 8, No 2 (2019): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v8i2.984

Abstract

This research is aimed to find the language style used to represent how the figure of parking attendants in the Petition of “Malang Darurat Parkir” and show why those language styles are used by the writer of petition. Petition “Malang Darurat Parkir” is available in petisionline.net and becomes top three petitions on that webpage. This research is qualitative research by using model of critical discourse analysis by Van Dijk (2008) that has three aspects: text analysis, social cognition, and social context. The results reveal that the types of language style based on theory of Keraf (2006) used are diction, sentence structure, and direct and indirect meaning and all of those dominated by bad representation or negative connotation called marginalization. This language style used because Helmy can be inferred if he lives or ever stayed in Malang city and the confition of social or people around him also use that kind of words or connotation.  ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menemukan gaya bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan bagaimana tukang parkir dalam petisi “Malang Darurat Parkir” dan menunjukkan mengapa gaya bahasa tersebut digunakan oleh penulis petisi. Petisi “Malang Darurat Parkir” tersedia di laman petisionline.net dan masuk dalam deretan tiga teratas di laman tersebut. Penilitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan model analisis wacana kritis oleh Van Dijk (2008) yang memiliki tiga aspek yaitu analisa teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tipe gaya bahasa berdasarkan teori Keraf (2006) yang digunakan adalah diksi, struktur kalimat, dan langsung tidaknya makna dan didominasi dengan representasi buruk atau konotasi negatif, yang disebut juga marginalisasi. Gaya bahasa tersebut digunakan karena dapat diduga Helmy tinggal atau pernah tinggal di Malang, dan kondisi sosial atau orang-orang disekitarnya juga menggunakan jenis kata atau konotasi tersebut.
Penggunaan Umpatan Thelo, Jidor, Sikem, Sikak sebagai Wujud Marah dan Ekspresi Budaya Warga Temanggung Hamidulloh Ibda
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 8, No 2 (2019): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v8i2.1293

Abstract

This study aims to describe the utterances of thelo, jidor, sikem, and sikak as typical curses of Temanggung Regency, Central Java. This study chose Temanggung Regency as the location for data collection aimed at revealing the meaning of thelo swear, jidor, sikem, sikak in citizens' communication behavior. This study uses qualitative methods to maximize data collection by interview and observation. From the results of the study, researchers found the form of swear in Temanggung, which is in the form of words and inscriptions in the form of phrases. There are two purposes for using the utterances of thelo, jidor, sikem, sikak. First, as a form of anger or resistance to crime, anomalies, or kazaliman that afflict the citizens of Temanggung. When someone commits a crime on one of the residents, the citizen spontaneously pronounces thelo, jidor, sikem, or sikak based on his crime rate. Second, as a cultural expression to express pleasure, admiration, surprise, and wonder. The thelo, jidor, sikem, or sikak speeches are not spoken for committing a crime, instead as a form of protest against crime. When someone steals, people usually say thelo, jidor, sikem or sikak for the incident. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan ujaran thelo, jidor, sikem, dan sikak sebagai umpatan khas Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Penelitian ini memilih Kabupaten Temanggung sebagai lokasi pengambilan data ini bertujuan untuk mengungkap makna umpatan thelo, jidor, sikem, sikak dalam perilaku komunikasi warga. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk memaksimalkan pengumpulan data dengan wawancara dan observasi. Dari hasil penelitian, peneliti menemukan bentuk umpatan di Temanggung, yaitu berupa kata dan makian berbentuk frasa. Ada dua tujuan penggunaan ujaran thelo, jidor, sikem, sikak. Pertama, sebagai bentuk marah atau perlawanan atas kejahatan, anomali, atau kazaliman yang menimpa warga Temanggung. Ketika ada orang melakukan kejahatan pada salah satu warga, maka warga secara spontanitas mengucapkan thelo, jidor, sikem, atau sikak berdasarkan tingkat kejahatannya. Kedua, sebagai ekpresi budaya untuk mengekspresikan rasa senang, kagum, terkejut, dan heran. Ujaran thelo, jidor, sikem, atau sikak tidak diucapkan untuk melakukan kejahatan, justru sebagai bentuk protes terhadap kejahatan. Ketika ada orang mencuri, maka warga biasa mengucap thelo, jidor, sikem, atau sikak atas kejadian tersebut.
Pemerolehan Kosakata Bahasa Korea Pada Pembelajar Dewasa Indonesia Amanda Vira Maharani
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 8, No 2 (2019): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v8i2.962

Abstract

This study aims to find out the effects of Korean songs and videos on vocabulary size of adult Korean language learners through one-way communication. To collect the data, three respondents participated in a picture-naming task in Korean and questionnaire is used to know the frequency of the participants in listening to Korean songs and watching Korean videos. The result showed that acquiring vocabularies on adult learners is difficult because of motivation and age factors. All participants of this study have exposed to Korean content media for more than five years, yet none of them got a perfect score on vocabulary test, but they got different motivations for learning Korean. It can be concluded, the higher the motivation on learner is the better result the learner’s got. Korean vocabulary acquisition by listening to Korean songs and watching Korean videos is possible yet not easily acquired by adult learners. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lagu dan video Korea pada kosakata pembelajar Bahasa Korea dewasa melalui komunikasi satu arah. Untuk mengumpulkan data, tiga responden berpartisipasi dalam penamaan gambar dalam Bahasa Korea dan kuesioner digunakan untuk mengetahui frekuensi peserta dalam mendengarkan lagu Korea dan menonton video Korea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memperoleh kosakata pada pelajar dewasa sulit karena motivasi dan faktor usia. Semua peserta penelitian ini telah terpapar ke media berkonten Korea selama lebih dari lima tahun, namun tidak satupun dari mereka mendapat nilai sempurna pada tes kosakata, tetapi mereka mendapat motivasi yang berbeda untuk belajar Bahasa Korea. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi motivasi pada pelajar adalah hasil yang lebih baik pelajar dapatkan. Pemerolehan kosakata Bahasa Korea dengan mendengarkan lagu-lagu Korea dan menonton video Korea adalah mungkin namun tidak mudah diperoleh oleh pembelajar dewasa.
Akomodasi Bahasa di Napan, Nusa Tenggara Timur, Wilayah Perbatasan Indonesia-Timor Leste Wati Kurniawati
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 8, No 2 (2019): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v8i2.1119

Abstract

Napan village is located in the Indonesia-Timor Leste border region whose people speak in Dawan and Indonesian. The problem in this studyare the accommodation of Dawan speakers, what is the direction of their accommodation between languages, and how do speakers’ who accommodate at the syntactic level based on gender and age groupThis study aims to identify the level of syntax used in language accommodation and its frequency based on the characteristics of respondents in Napan Village, the Indonesia-Timor Leste border region, East Nusa Tenggara. The method of the study is the survey method with 72 respondents of Dawan speakers which are divided into 36 men and 36 women as the samples. The results show that speakers of Dawan accommodate the language because of the security, familiarity, and growing trust within the speech participants. Speakers of Dawan are very positive about their language, positive about Indonesian language and quite positive about the languages of the neighboring country, namely Tetun Portu or Tetun Dili. Speakers of the Dawan language accommodate the Tetun Portu or Tetun Dili language at the lexical level, phrases, sentences, and expressions. Based on gender, female speakers of Dawan accommodate the Tetun Portu or Tetun Dili language (9.7%) more than male speakers (8.3%). Meanwhile, male speakers of Dawan (41.7%) are less accommodative to Tetun Portu or Tetun Dili than female speakers (40.3%). Based on age, speakers of Dawan who accommodate the Tetun Portu or Tetun Dili languages dominantly come from the ages of 26--50 years old (8.3%) compared to ages less than 25 years old (5.5%) and more than 51 years old (4, 2%). In addition, speakers of Dawan who do not accommodate the Tetun Portu or Tetun Dili languages are speakers older than 51 years old (29.2%) more dominant than those aged less than 25 years (27.8%) and those aged between 26-50 years (25%). ABSTRAKDesa Napan terletak di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste yang masyarakatnya bertutur dalam bahasa Dawan dan bahasa Indonesia. Permasalahan dalam penelitian ini ialah mengapa penutur bahasa Dawan berakomodasi, bagaimana arah akomodasi antarbahasa, dan bagaimana penutur yang berakomodasi pada tataran sintaksis berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia? Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tataran sintaksis yang digunakan dalam akomodasi bahasa dan frekuensinya berdasarkan karakteristik responden di Desa Napan, wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste, Nusa Tenggara Timur. Dalam penelitian ini digunakan metode survei. Sampel dalam penelitian ini adalah 72 responden penutur bahasa Dawan, yang terdiri atas 36 pria dan 36 wanita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penutur bahasa Dawan di Desa Napan berakomodasi karena kenyamanan, keakraban, dan untuk menumbuhkan rasa percaya mitra tutur. Penutur bahasa Dawan sangat positif terhadap daerahnya (bahasa Dawan), positif terhadap bahasa Indonesia, dan cukup positif terhadap bahasa negara tetangga, yaitu bahasa Tetun Portu atau Tetun Dili. Penutur bahasa Dawan berakomodasi terhadap bahasa Tetun Portu atau Tetun Dili pada tataran leksikal, frasa, kalimat, dan ungkapan. Berdasarkan jenis kelamin, penutur perempuan bahasa Dawan yang berakomodasi terhadap bahasa Tetun Portu atau Tetun Dili (9,7%) lebih dominan daripada laki-laki (8,3%). Sementara itu, penutur laki-laki bahasa Dawan yang tidak berakomodasi terhadap bahasa Tetun Portu atau Tetun Dili (41,7%) lebih dominan daripada perempuan (40,3%). Berdasarkan kelompok usia, penutur bahasa Dawan yang berakomodasi terhadap bahasa Tetun Portu atau Tetun Dili tampak dominan yang berusia 26—50 tahun (8,3%) dibandingkan dengan yang berusia <25 tahun (5,5%) dan > 51 tahun (4,2%). Di samping itu, penutur bahasa Dawan yang tidak berakomodasi bahasa adalah penutur yang berusia >51 tahun (29,2%) lebih dominan daripada yang berusia <25 tahun (27,8%) dan yang berusia 26—50 tahun (25%).

Page 1 of 1 | Total Record : 8