cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Aqlam: Journal of Islam and Plurality
ISSN : 25280333     EISSN : 25280341     DOI : -
Core Subject : Social,
AQLAM: Journal of Islam and Plurality (P-ISSN 2528-0333; E-ISSN: 2528-0341) is a journal published by the Ushuluddin, Adab and Dakwah Faculty, State Islamic Institute of Manado, Indonesia. AQLAM published twice a year and focused on the Islamic studies especially the basic sciences of Islam, including the study of the Qur’an, Hadith, Islamic Philosophy, Islamic History and Culture, Theology, Mysticism, and Local Wisdom in Indonesia. It is intended to communicate original research and current issues on the subject. This journal warmly welcomes contributions from scholars of related disciplines. Every article submitted and will be published by AQLAM will review by two peer review through a double-blind review process | Address: Jl. Dr. S.H. Sarundajang Kompleks Ring Road I, Kota Manado, Sulawesi Utara, 95128 | E-Mail; aqlam@iain-manado.ac.id | Phone: +62431860616 | AQLAM has become a CrossRef Member since the year 2018. Therefore, all articles published by AQLAM will have unique DOI number.
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 2 (2016)" : 5 Documents clear
ISLAM NUSANTARA; STRATEGI KEBUDAYAAN NU DI TENGAH TANTANGAN GLOBAL Taufik Bilfagih
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1039.546 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v1i2.505

Abstract

The collapse of Communism in the 1990s, marked the raise of the Global era; the era when nations are liberated from the essence and existence of local ethnics, language, culture and religion. This means local and national identities will be degraded by globalisation processes and replaced by global identity which contains transnational ideas. They consists of views, ideas, suggestions, topics, concepts, and values which are contracted on the basis of new paradigms, dogmas, doctrines for a global community that has no identity, open, and freeto take choices. This community focusses on attitudes that put forward to respect values and idolised money as the center of life dinamies.NU with its archipelagoic Islam tries to protect Islamic communities (ummah) from the globalisation bombardment. NU realizes the extent of responsibility to preserve and mantain the continuity of national culture as heritage from the thread of globalisation. This article aims to discuss the archipelagoc islam which becomes NU’s ultimate weapon in the cultural strategy.Keywords: Archipelagoc Islam, NU, Globalisation.Pasca runtuhnya komunisme pada dasawarsa 1990-an yang ditandai kehadiran era global, yaitu era pembebasan bangsa-bangsa dari esensi dan eksistensi etnis, bahasa, budaya dan agama bersifat lokal dan sektarian. Ini berarti, identitas lokal dan nasional bangsa-bangsa di seluruh dunia akan terhapus oleh proses globalisasi untuk diganti dengan identitas masyarakat global yang bersifat trans-nasional, di mana pandangan-pandangan, gagasan-gagasan, ide-ide, wacana-wacana, konsep-konsep, dan nilai-nilai ditegakkan di atas paradigma, dogma dan doktrin baru masyarakat global yang tanpa identitas, terbuka, bebas, menentukan pilihan, yang kiblat jiwa dan pikirannya terfokus dan berorientasi kepada sikap mengutamakan, menghormati, memuliakan, dan memuja uang sebagai inti dari dinamika kehidupan.NU dengan konsep Islam Nusantaranya, mencoba membentengi umat dari gempuran globalisasi tersebut. NU menyadari beratnya tugas menjaga kelestarian, keterpeliharaan, kontinuitas kebudayaan nasional warisan leluhur dari terjangan gelombang globalisasi. Maka tulisan ini bermaksud untuk membahas tentang Islam Nusantara yang belakangan menjadi “senjata” pamungkas NU sebagai strategi kebudayaan. Kata Kunci; Islam Nusantara, NU, Globalisasi
TRANSFORMASI NILAI NILAI SENI DALAM DAKWAH Studi terhadap Dialektik Dakwah dalam Kesusastraan Irawan Paputungan
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1039.548 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v1i2.512

Abstract

Islam as a religion of dakwah. In the call for God’s pathway, one not only needs strategies  but also knowledge as a long process that must be followed. Various ways are followed with full of wisdom, gentleness, and consistence (bil himah wa mauizhotil hasanah). A strategy and media are required  to maintain the holiness of the message that bless the whole world and its nature (rahmatan lilalamin), in order that message is received wholly (kaffah), impartially, to give effect to attitude and behavior of Islamic communities. As a religion of dakwah, Islam is easily penetrated and accepted by various peoples, when it is inclusive, open to social cultural and social political. Due to the openness social cultural value and the holy message merge without significant obstacles or friction.The two way attention and movement of dakwah actually enable Islam inscribe golden lines along human civilisation and spread through different continents and countries including Indonesia. This is because the message of Islam contains piety which transcendental, and scaral as well as  humanism which profane and worldly in the society. The transformation of sacred values has inhuman spirit that can go beyond human barrier and partition and make the person full of faith and beliefs. Moreover, dakwah shows historical social reality. The massive sympathy people show to the transformation of the value often produce ideas and movement supported by the transcendental power.Keywords: dakwah, inclusive, transformation Islam adalah agama dakwah. Seruan atau ajakan kepada “jalan Tuhan” (sabili rabb) menempuhnya tidak hanya membutuhkan strategi tapi juga ilmu sebagai bagian dari proses panjang yang mesti harus dilalui. Beragam jalan ditempuh, tentunya dengan kearifan, penuh bijaksana lemah-lembut dan teguh pendirian (bil hikmah wal mauizhotil hasanah). Kesucian pesan yang mengandung rahmat bagi seluruh alam dan segala isinya (Rahmatan lil ‘taalamin) agar senantiasa terjaga dan tertransformasikan baik secara langsung atau tidak langsung pada ummat dibutuhkan strategi dan media. Hal ini agar “pesan suci” tersebut diterima secara utuh (kaaffah), tidak potong-sepotong karena akan berdampak pada sikap dan perilaku ummat. Sebagai agama dakwah, Islam lebih mudah masuk di semua kalangan dan diterima ketika bersifat inklusif, senantiasa membuka diri, dalam ruang dialektika sosial budaya, bahkan sosial politik. Berangkat dari keterbukaan inilah sehingga antara nilai sosial budaya di satu tempat dan “pesan suci” yang menjadi misi dakwah menemukan titik temu, tanpa ada gesekan dan benturan yang signifikan.Perhatian dan gerakan dakwah dari dua sisi inilah yang sesungguhnya menjadikan Islam mampu menorah tinta emas sepanjang sejarah peradaban manusia dan menyebar di berbagai belahan benua dan dunia hingga Indonesia. Karena selain kesholehan ibadah transcendental sacral dan melangit, hal lain yang tak kalah penting dan perannya adalah kesholehan sosial, profane dan membumi di tengah masyarakat sosial. Transformasi nilai-nilai seni suci ini memiliki “ruh ghoib” mampu melampaui batas dan sekat manusia hingga menjadikannya penuh keimanan dan keyakinan dari pesan suci tersebut. Lebih dari itu dakwah juga menampakkan ruang realitas sosial yang mensejarah, masifinya simpatik masyarakat pada transformasi nilai tersebut tak jarang menjadi sebuah gagasan dan gerakan yang ditimbulkan dari kekuatan transendental.Kata kunci : Dakwah, Inklusif, Transformasi
UCAPAN SELAMAT NATAL MENURUT QURAISH SHIHAB DALAM TAFSIR AL MISBAH Studi Analisis Terhadap Q.S. Maryam ayat 33 Juhra Muhammad Arib
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1039.527 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v1i2.502

Abstract

Every year, approaching Chrismas celebration, a polemic always emerges on whether wishing someone a merry Chrismas for Muslim is lawful. Basically, there are two points of controversy; namely the law of wishing someone a Merry Chrismas and involving in a Chrismas celebration. The ulama do not have any contradicted opinion on wishing someone a merry Chrismas except that there are reasoning sharih or qathi in nature on unlawfulness. Should any verse or shahi hadits clearly ban on wishing a Merry Chrismas the ulama would have agreed and there would not be any disagreement on it. Keywords:  Wishing a Merry Chrismas, Quraish Shihab, Sura maryam: 33. Setiap tahun menjelang natal selalu saja terjadi polemik seputur hukum mengucapkan selamat natal bagi umat Islam. Pada dasarnya ada dua hal yang menjadi kontroversi, yakni hukum mengucapkan selamat natal dan mengikuti perayaan natal. Persoalan seputar ucapan selamat natal Para ulama tidak berbeda pendapat kecuali karena tidak didapatkan  dalil yang bersifat sharih dan qath’I atas keharamannya.. Seandainya ada ayat atau hadits shahih yang secara tegas menyebutkan larangan ucapan selamat  Natal’, tentu saja ulama akan sepakat dan tidak terjadi ikhtilaf terhadap hukumnya.Kata kunci: Ucapan selamat natal,Qurays Shihab,surah Maryam ayat:33.
KULTUR MASYARAKAT BOLAANG MONGONDOW DENGAN TINGKAT PERSAINGAN YANG TINGGI Musdalifah Dachrud
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1039.647 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v1i2.503

Abstract

Kemajuan suatu daerah sangat ditentukan sumber daya dan kualitas manusianya, di samping sumber daya alam. Kedua sumber daya itu merupakan dua sisi mata uang yang sama pentingnya untuk pembangunan suatu daerah. Sementara sumber daya dan kualitas manusia sangat ditentukan maju mundurnya pendidikan di tiap daerah. Sekarang ini sumber manusia di Bolaang Mongondow tidak lagi jauh tertinggal dengan daerah-daerah tetangga. Sarjana-sarjana dari berbagai disiplin ilmu sudah banyak dan dari tahun ketahun terus bertambah, bahkan sudah menjadi masalah karena setelah menjadi sarjana tidak tahu kemana mereka bekerja dan terpaksa menganggur. Hal ini disebabkan karena bertambah terus lulusan perguruan tinggi belum diimbangi dengan penyiapan lapangan kerja serta penguasaan teknologi. Paper ini akan menguraikan tentang bagaimana masyarakat Bolaang Mongondow melalui pendekatan kultur seperti istilah: Mototompiaan, Mototabian Bo, Mototanoban mampu mendorong kemajuan di daerah. Melalui penelusuran etnografis, hasil paper ini juga menjelaskan banyak hal tentang budaya masyarakat Bolaang Mongondow.Kata Kunci: Bolaang Mongondow, Kultur, Pendidikan, Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban. The development of a region is determined mainly by the quality of its human resources besides its natural ones. Both resources are the two sides of a coin, thus are equally important for the development. The human resource in Bolaang Mongondow is no longer far behind its neighboring regions. Scholars with various expertise are growing in number. The growing number of college graduates even creates new problem; unemployment, for it is not anticipated with jobs availability and technology mastering. This paper will expose how people of Bolaang Mongondow enhance their development through their cultural approaches such as Mototompiaan, Mototabian Bo, Mototonoban. Through an ethnographic investigation, this paper  also explains many aspects of the culture of Bolaang Mongondow people. Keyword: Bolaang Mongondow, Culture, Education, Mototompiaan, Mototabian Bo Mototanoban.  
KONSEP TOLERANSI (AL-SAMAHAH) ANTAR UMAT BERAGAMA PERSPEKTIF ISLAM Salma Mursyid
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1039.457 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v1i2.504

Abstract

Islam as a comprehensive and wholesome system of living and a wisdom foundation is a religion that directs human beings toward a complete life, since the beginning of its introduction (forteen centuries) Islam does not only teach a one dimensional life but also teach a multidimensional one including theology, Worship, muamalah, moral, philosophy, law and many others.Islam is a complete wholly and perfect teachings that directs a Muslim both in worshipping and in social interaction. All teachings are encapsulated in Alquran and hadits both in a form of general and technical concept. During an interaction, a Muslim and a Non-Muslim have restrictions that are arranged and assigned values and concepts of tolerance (al-samahah) in Islam are resourced from Alquran and hadits. Rules on tolerance in islam is restricted to alBaqarah (2): 256.One frequently occured problem on the interreligion tolerance is a friction between tolerance and aqidah norms. Some people think that it is not a problem to wish someone Merry Chrismas or even to participate in the celebration believing that it is part of the interreligion tolerance. As a matter of fact in Islam, the concept of tolerance is cleraly stated that aqidah and ibadah are not to be compromised. Thus no matter of how small it is, a friction should be avoided.Keywords: Tolerance, (al-samahah), IslamIslam adalah agama yang mengatur kehidupan manusia menuju kehidupan yang paripurna. Sebab Islam merupakan suatu sistem kehidupan yang komprehensif dan tuntas serta mengatur pondasi yang bijak hingga pada hal-hal yang terkecil. Jadi, Islam sejak awal kedatangannya (empat belas abad) yang lalu pada hakekatnya telah membawa ajaran yang bukan hanya membahas satu dimensi kehidupan saja, akan tetapi Islam membawa ajaran yang multi dimensi dari kehidupan manusia yaitu dimensi teologi, ibadah, muamalah, moral, filsafat, hukum dan sebagainya.Islam adalah ajaran yang lengkap, menyeluruh dan sempurna yang mengatur tata cara kehidupan seorang muslim baik ketika beribadah maupun berinteraksi dengan lingkungannya. Semua ajaran itu terangkum dalam al-Qur’an dan al-Hadis yang berbentuk konsep-konsep baik yang global maupun yang bersifat teknis.Dalam berinteraksi, antara seorang muslim maupun non muslim mempunyai batasan-batasan tertentu yang telah diatur dan ditetapkan. Telah menjadi suatu ketetapan yang harus diikuti dan menjadi dasar pijakan dalam kehidupan antar umat beragama. Nilai-nilai dan konsep toleransi (al-samahah) dalam Islam bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadis. Kaidah toleransi dalam Islam merujuk pada Q.S. al-Baqarah/2: 256.Masalah yang sering terjadi mengenai penerapan toleransi antar umat beragama ialah ketika toleransi dalam bidang muamalah berhadapan/bersenggolan dengan masalah aqidah dan ibadah. Sebagian orang beranggapan bahwa tidak ada masalah jika mengucapkan selamat natal atau bahkan menghadiri undangan prosesi perayaan hari raya orang non-muslim dengan anggapan bahwa dasar toleransi atau saling menghargai antar pemeluk agama yang berbeda. Padahal dalam Islam, konsep toleransi sungguh sangat jelas bahwa dalam segi aqidah atau ibadah tidak ada toleransi, karena aqidah adalah sesuatu yang mutlak dan tidak dapat dikompromi. Oleh karena itu, sekecil apapun perkara yang dapat merusak dan mencederai aqidah keislaman, maka wajib dijauhi dan dihindari.Kata Kunci: Toleransi (al-Samahah), Islam 

Page 1 of 1 | Total Record : 5