cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Aqlam: Journal of Islam and Plurality
ISSN : 25280333     EISSN : 25280341     DOI : -
Core Subject : Social,
AQLAM: Journal of Islam and Plurality (P-ISSN 2528-0333; E-ISSN: 2528-0341) is a journal published by the Ushuluddin, Adab and Dakwah Faculty, State Islamic Institute of Manado, Indonesia. AQLAM published twice a year and focused on the Islamic studies especially the basic sciences of Islam, including the study of the Qur’an, Hadith, Islamic Philosophy, Islamic History and Culture, Theology, Mysticism, and Local Wisdom in Indonesia. It is intended to communicate original research and current issues on the subject. This journal warmly welcomes contributions from scholars of related disciplines. Every article submitted and will be published by AQLAM will review by two peer review through a double-blind review process | Address: Jl. Dr. S.H. Sarundajang Kompleks Ring Road I, Kota Manado, Sulawesi Utara, 95128 | E-Mail; aqlam@iain-manado.ac.id | Phone: +62431860616 | AQLAM has become a CrossRef Member since the year 2018. Therefore, all articles published by AQLAM will have unique DOI number.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2018)" : 10 Documents clear
MUHAMMAD SAW DAN PELETAKAN DASAR PERADABAN ISLAM Ismail Suardi Wekke; R H Tamimi; Budy Sugandi
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.459 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v3i1.629

Abstract

Abstract. The history of pre and post of Islamic civilization in Arabia is certainly bipolar condition. In one side, pre-Islamic civilization occurred worst behaviors such as hostility, discord, injustice, and the suppression which deconstructed tradition in the Arab nation. Of course, it was different when Muhammad (Arabic descent) was born, there was a very significant changes from the scientific case, social, economic, and other aspects. Overall, all of aspects above has been reconstructed by the miracles of the Prophet, i.e. that is holy Qur'an as a basic guidelines and in the form of Prophet behaviors, sayings and way of life which accumulated in the Hadith was capable of shifting civilization that backward into a very advanced civilization in any lines. This research tries to construct and compare the Arab civilization, pre-prophets born to Prophets had been born and brought revolutionary mission with the emergence of a new civilization, the Islamic civilization. Keywords: Arabia pre-Islamic, the life of Muhammad, Islamic Civilization Abstrak. Sejarah pra-Islam dan pasca datangnya nabi Muhammad di tengah peradaban bangsa Arab tentunya merupakan suatu kondisi yang sangat bipolar. Di satu sisi, peradaban pra-Islam banyak terjadi perilaku buruk seperti permusuhan, perselisihan, ketidakadilan, penindasan bahkan pembunuhan merupakan suatu tradisi dekonstruktif dalam tatanan bangsa Arab. Tentunya, hal ini sangat berbeda ketika Muhammad saw. (keturunan Arab) lahir, terjadi perubahan tatanan yang sangat signifikan mulai dari konsteks keilmuan, sosial, ekonomi, dan aspek-aspek lainnya. Secara kompeherensif, aspek tersebut di atas direkonstruksi dari mukjizat nabi, yakni Alquran sebagai pedoman dasar dan berupa dari tata cara berperilaku nabi, ucapan dan way of life nabi yang terakumulasi dalam hadits mampu menggeser peradaban yang terbelakang menjadi perabadan yang sangat maju di berbagai lini. Penelitian ini mencoba untuk mengkonstelasikan dan mengkomparasikan peradaban bangsa Arab pra Nabi hingga Nabi dilahirkan dan membawa misi revolusioner dengan munculnya peradaban baru, peradaban Islam.                         Kata Kunci: Arab pra-Islam, kehidupan Muhammad, Peradaban Islam
RITUAL BUDAYA MANDI SAFAR DI DESA TANJUNG PUNAK PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU Muhammad Ashsubli
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.911 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v3i1.634

Abstract

Abstract. This research aims to show up the local islamic society tradition named ritual mandi safar which get focus from various community of islam itself. Ritual mandi safar represents one of local area ancestor heritage assumed can refuse misfortunes (accident, disaster and disease epidemic). However as the local tradition which is related to islam, it generate pros and contra among the society that support and also refuse it. Relating to that reason, this research aims tofind the meaning of symbol and function of ritual mandi safar for the society that support it. How far their understanding to this rittral and the adtantages for their daily life and also the role of local government to remain this tradition.Keywords : Ritual Mandi Safar, Tradition, Islamic LawAbstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menampilkan tradisi masyarakat Islam lokal yang dikenal dengan nama ritual mandi safar yang mendapatkan fokus dari berbagai komunitas Islam itu sendiri. Ritual mandi safar merupakan salah satu warisan leluhur yang dianggap dapat menolak kemalangan (kecelakaan, bencana dan wabah penyakit). Namun sebagai tradisi lokal yang terkait dengan Islam, itu menghasilkan pro dan kontra di antara masyarakat yang mendukung dan juga menolaknya. Berkaitan dengan alasan itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna simbol dan fungsi mandi mandi Ritual bagi masyarakat yang mendukungnya. Seberapa jauh pemahaman mereka terhadap rittral dan kecakapan ini untuk kehidupan sehari-hari mereka dan juga peran pemerintah daerah untuk mempertahankan tradisi ini.Kata Kunci: Ritual Mandi Safar, Tradisi, Hukum Islam
AHMADIYAH DALAM LINGKAR TEOLOGI ISLAM (Analisis Sosial atas Sejarah Munculnya Ahmadiyah) Moh Muhtador
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.618 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v3i1.630

Abstract

Abstrac. This paper specifically discusses the Islamic sects from the social aspect, given the birth of the religious school can not be separated from the social environment. Social behavior has shaped the character in understanding the teachings of religion, thus giving birth to religious streams adapted to the local social context. Therefore, the growth of Islam is part of social interaction and religious teachings that become the repertoire of Islamic theological thought, such as Ahmadiyah. As a religious organization, the birth of Ahmadiyah is not much different from the birth of Shia, Sunni and Khawarij. Given that each sect has a different social character at the beginning of its birth, so does the Ahmadiyya. the sociologically Ahmadiyya is a portrait of the Islamic struggle in India with the surrounding theological character. This study is a research library that aims to analyze the history of Islamic theological thought by using social approach. Hopefully, it can open Islamic discourse related to the birth of sect in Islam, especially Ahmadiyah. Given the birth of a sect is not a religious teaching that comes from God, but part of one's ijtihad in answering social problems in a time. Keywords: Ahmadiyah, Islamic theologi, social Abstrak. Tulisan ini secara khusus mendiskusikan sekte-sekte Islam dari aspek sosial, mengingat lahirnya aliran keagamaan tidak bisa lepas dari lingkungan sosial. Perilaku sosial  telah membentuk karakter dalam memahami ajaran agama, sehingga melahirkan aliran-aliran keagamaan yang disesuaikan dengan konteks sosial setempat. Oleh sebab itu, tumbuhnya aliran Islam adalah bagian dari interaksi sosial dan ajaran agama yang menjadi khazanah pemikiran teologi Islam, seperti Ahmadiyah. Sebagai sebuah organisasi keagamaan, lahirnya Ahmadiyah tidak jauh berbeda dengan lahirnya Syiah, Sunni dan Khawarij. Mengingat masing-masing sekte memiliki karakter sosial berbeda pada awal kelahirannya, begitu juga Ahmadiyah. secara sosiologis Ahmadiyah adalah potret dari pergulatan Islam di India dengan karakter teologis yang melingkupi. Kajian ini merupakan library research yang bertujuan untuk menganalisa sejarah pemikiran teologi Islam dengan menggunakan pendekatan sosial. Diharapkan, dapat membuka wacana keislaman terkait dengan lahirnya sekte dalam Islam, terutama Ahmadiyah. Mengingat lahirnya sekte bukan ajaran agama yang datang dari Tuhan, tetapi bagian dari ijtihad seseorang dalam menjawab problem sosial dalam suatu masa. Kata Kunci: Ahmadiyah, teologi Islam, sosial
REAKTUALISASI DAKWAH WALI SONGO: GERAK DAKWAH KH SAID AQIL SIROJ DALAM MENEBAR ISLAM RAḤMATAL LIL ĀLAMIN Lufaefi Lufaefi
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.967 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v3i1.635

Abstract

Abstract. Dakwah in the modern era, not a bit actualized by the ways of force, even up to spread hatred and rudeness. The hoax issues were made into a spear to 'legalize' the da'wah which he regarded as a very noble teaching. Because the meaning of such da'wah, as a result Islam is often blamed as a religion of terrorism. In the other, there is also a group of people who are afraid of Islam (Islamophobia). This is where the need to reconstruct da'wah models that seem radical. KH. Said Aqil Siroj, a national religious figure who now occupies the chair position of the Chairman of PBNU, has a distinctive model and movement of da'wah as actualized by Wali Songo when spreading Islam. The re-actualization of Wali Songo's teachings is echoed by KH. Said Aqil Siroj through persuasive approach, not force, keep the traditions, persistence of da'wah and reconstruct the meaning of Ahlussunah Wal Jama'ah as social values. Such a form of dakwah proved to have a devastating effect on the growth of Islamic values rahmatal lil 'alamin.Keywords: Wali Songo, KH. Said Aqil Siroj, Peace Da'wah, Islam Rahmatal Lil 'AlaminAbstrak. Dakwah di era modern sekarang, tidak sedikit diaktualisasikan dengan cara-cara memaksa, bahkan sampai dengan menebar kebencian dan kekasaran. Isu-isu hoax dijadikan tombak untuk ‘melegalkan’ dakwah yang dianggapnya sebagai ajaran yang sangat mulia. Karena pemaknaan dakwah yang demikian, akibatnya Islam sering dituding sebagai agama terorisme. Selain itu, muncul juga sekelompok orang yang takut akan Islam (Islamophobia). Di sinilah perlunya merekontruksi model-model dakwah yang terkesan radikal. KH. Said Aqil Siroj, tokoh agama Nasional yang kini menduduki kursi jabatan Ketua Umum PBNU, memiliki model dan gerak dakwah yang khas sebagaimana diaktualisasikan oleh Wali Songo ketika menyebarkan agama Islam. Reaktualisasi ajaran Wali Songo digemakan kembali oleh KH. Said Aqil Siroj melalui pendekatan persuasif, tidak memaksa, menjaga tradisi-budaya, kegigihan berdakwah dan merekonstruksi pemaknaan Ahlussunah Wal Jama’ah sebagai nilai-nilai sosial. Wujud dakwah demikian terbukti memberi efek dahsyat terhadap tumbuhnya nilai-nilai Islam rahmatal lil ‘alamin.Kata Kunci: Wali Songo, KH. Said Aqil Siroj, Dakwah Perdamaian, Islam Rahmatal Lil ‘Alamin.
KESULTANAN TERNATE DAN TIDORE Rusdiyanto Rusdiyanto
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.48 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v3i1.631

Abstract

Abstract. The history of Islam in Maluku including the history of the entry and development of Islam among various other countries up to now is still very interesting to be studied, given the history or history agreed by researchers and observers of Islamic history. This paper describes Islam in Maluku in the framework of two major sultanates of its time namely the Sultanate of Ternate and Tidore Sultanate. Based on the search on the limited this paper shows: First, the Sultanate of Ternate and Tidore is a great Islamic kesulturasi in Maluku which intersect with a major sultanate in the archipelago that has a major role in the process of Islamization in Maluku. Second, the success of Islamization in Maluku mostly uses the term through Islamization culture in Java. Third, the Islamization Process begun from the elite accounts of the kingdom/sultanate, followed by the people. Keywords: Maluku, the Sultanate of Ternate, Tidore, dan Islamization Abstrak. Sejarah Islam di Maluku sebagaimana sejarah masuk dan berkembangnya Islam di belahan wilayah Nusantara lain hingga kini masih menarik untuk diteliti, mengingat belum adanya titik terang atau rumusan sejarah yang disepakati oleh peneliti dan pemerhati sejarah Islam. Paper ini memaparkan tentang Islam di Maluku dalam bingkai dua kesultanan besar pada masanya yaitu Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore. Berdasarkan penelusuran pada sumber yang terbatas tulisan ini menunjukkan bhwa: Pertama, Kesultanan Ternate dan Tedore merupakan kesultan besar Islam di Maluku yang setara dengan kesultanan besar lain di Nusantara yang memiliki peran besar dalam proses islamisasi di Maluku. Kedua, Keberhasilan Islamisasi di Maluku banyak dipengaruhi karena ditempuh melalui pendekatan budaya sebagaimana Islamisasi di Jawa. Ketiga, Proses Islamisasi itu dimulai dari kalangan elit kerajaan/kesultanan yang selanjutnya diikuti oleh rakyat. Kata Kunci: Maluku, Kesultanan Ternate, Tidore, dan Islamisasi
METODE PENDIDIKAN KAJIAN AGAMA DI UNIVERSITAS: SEBUAH ALTERNATIF Ubed Abdilah Syarif; Rahman Mantu
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.773 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v3i1.636

Abstract

Abstract. This paper offers “Religous Studies” approach as an alternative in religious education within universities in Indonesia that emphasized discussing religions from the various perspective of social sciences. Goals of this approach are preparing students to have more diverse knowledge on religions not limited on his or her own belief, encouraging dialogue between people of different religious beliefs, sharing spiritual experiences and engaging in religious pluralism. This approach is applied in a class that is attended by students whatever religious affiliations. Instead of applying religious education term of the government (Ministry of research, technology and Higher Education) which is insisting religious education in particularistic method, religious studies approach is more relevant prior to current Indonesia’s social and political situation. This paper argues that students  need to be introduced into more inclusive views and attitudes in their religious life. Keywords: Religious Studies, Education, PluralismAbstrak. Artikel ini membahas sebuah alternatif dari salah satu mata kuliah pendidikan karakter yang wajib diambil oleh mahasiswa di Perguruan Tinggi yang berada di bawah naungan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), yaitu Pendidikan Agama. Melalui metode penelitian tindakan (action research), penulis mengaplikasikan pengajaran Pendidikan Agama dalam bentuk pendekatan Kajian Agama (Religious Studies). Sementara, kurikulum yang disusun oleh Kemenristek Dikti menganjurkan agar Pendidikan Agama dijalankan secara partikularistik, yaitu mengajarkan agama sesuai dengan agama yang dianut oleh mahasiswa sesuai dengan Undang-Undang mengenai Pendidikan Nasional. Pendekatan kajian agama  menggabungkan mahasiswa dari berbagai latar belakang agama dan mempelajari agama (agama-agama) secara umum dalam satu kelas dengan tujuan membuka wawasan tentang keagamaan di luar agama yang dianut, berbagi pengalaman spiritual dan pemahaman konsepsi nilai universal agama, serta mendapatkan keterampilan dialog lintas iman (interfaith dialogue). Hasil dari aplikasi pendekatan ini tercermin dari refleksi para mahasiswa yang banyak mengalami transformasi ke arah pemahaman agama yang lebih inkusif.Kata Kunci: Kajian Agama, Toleransi, Pluralisme
SEMIOTIKA SIGNIFIKANSI: ANALISIS STRUKTUR DAN PENERAPANNYA DALAM ALQURAN Zainuddin Soga; Hadirman Hadirman
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.873 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v3i1.632

Abstract

Abstract. This study aimed to discuss the Semiotics in the Quran, foccused in: 1) the concept of semiotic significance in the study of the Quran; 2) the history of the application of semiotics on scripture; 3) the characteristics of the Qurani’s semiotics.  This research is a literature research (library research), that is the research conducted research of various literature related to the problem under study. The results of this study indicate that: 1) Semiotic approach in the Quran contains a meaning that is an attempt to study and interpret the Quran with the workings and functions of signs in the text of the Quran as the orientation of the study; 2) Saint Augustinus is the first founder of the sign system in the study of the Bible; 3) the characteristics of semiotics in the Quran contains the concept of ma'rifah and nakirah, the addition of letters has implications for the change of meaning; one word has many meanings. The implication of this research is that a Muslim, especially Muslim academic, is always eager to learn the Quran. Because the success of a Muslim in expressing semiotics in the Quran have a positive impact for success in the world and in the afterlife. Keywords: Semiotic of significance, structure analysis, dan Quran Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang semiotika dalam Alquran, yang difokuskan pada  1) konsep semiotik signifikansi dalam studi Alquran; 2) sejarah penerapan semiotika pada kitab suci; 3) dan karakteristik semiotika  Alquran. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui riset berbagai literatur yang berkaitan dengan  masalah yang  diteliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Pendekatan semiotika dalam Alquran mengandung arti sebagai upaya mengkaji dan menafsirkan Alquran dengan cara kerja dan fungsi tanda-tanda dalam teks Alquran sebagai orientasi kajiannya; 2) Saint Augustinus adalah peletak pertama dasar sistem tanda dalam mengkaji al-Kitab; 3) karakteristik semiotika  dalam Alquran di antaranya; memiliki konsep ma’rifah dan nakirah, penambahan huruf berimplikasi pada perubahan makna; satu kata memiliki banyak makna. Implikasi dari penelitian ini,  yaitu hendaknya seorang muslim terutama akademisi muslim senantiasa bersemangat untuk mempelajari Alquran. Karena keberhasilan seorang muslim dalam mengungkapkan semiotika dalam Alquran, bisa berdampak positif untuk keberhasilan di dunia maupun di akhirat. Kata kunci: Semotika signifikasi, Analisis Stukktur, dan Alquran
GERAKAN ORGANISASI BERBASIS KEAGAMAAN MELAWAN HIV/AIDS DI INDONESIA: PENILAIAN PADA WILAYAH JAWA TENGAH DAN BALI Anna Marie Wattie; Nono S. A. Sumampouw
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.974 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v3i1.637

Abstract

Abstract. This article aims to understand the approach used by Faith Based Organization (FBO) in the tackling and handling program of HIV and AIDS, in relation to the  prevention, infection, as well as the treatment in social-cultural perspective. The data collecting is done through profound interview and observation in two research areas: North-Beach Areas (Pantai Utara), Central Java and Denpasar, Bali. Both locus were chosen and compared based on the differences in socio-cultural formation, particularly in the religious background majority which in control of the social life. It is found that the involvement of both the institution and religious leaders in the countermeasures of HIV and AIDS has a strategical value either directly or indirectly. The involvement of religious organizations in these two areas, even though differ in effectiveness, scale of implementation, problems encountered, value approach, intervention and organizational attachment, and the social-cultural construction of the society has adduced changes in discourse and practices related to the HIV and AIDS issues, either in the circle of the religious leaders and the community in general. The North-Beach area in Central Java which only for the past five years go through with the countermeasures program of HIV and AIDS formally, structurally, direct, and organizational by FBO in this case Nahdlatul Ulama (NU), has the effectivity and acceptance for different people and slower that what has happened in Bali, where the FBO tends to be involved through non-organizational network.Keywords: HIV, AIDS, ODHA, Religion, Moslem, Hindu-Bali, FBO, NU, BanjarAbstrak. Artikel ini bertujuan memahami pendekatan yang dilakukan Lembaga Berbasis Keagamaan atau Faith Based Organization (FBO) dalam program penanggulangan dan penanganan HIV dan AIDS, baik terkait dengan pencegahan, penularan maupun perawatan dalam perspektif sosial-budaya. Pengumpulan data dilakukan lewat wawancara mendalam dan observasi di dua wilayah penelitian, yaitu: daerah Pantai Utara, Jawa Tengah dan Denpasar, Bali. Kedua lokus dipilih dan dibandingkan dengan alasan memiliki formasi sosio-kultural berbeda terutama dalam latar belakang agama mayoritas penduduk yang mengatur kehidupan bermasyarakat. Ditemukan bahwa pelibatan lembaga dan tokoh keagamaan dalam penanggulangan HIV dan AIDS punya nilai strategis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pelibatan organisasi keagamaan di dua daerah ini, sekalipun berbeda dalam hal efektifitas, skala pelaksanaan, masalah yang dihadapi, pendekatan nilai, intervensi dan keterikatan organisasional serta konstruksi sosial-budaya masyarakat telah menunjukkan adanya perubahan wacana dan praktek terkait dengan isu HIV dan AIDS, baik di kalangan pemuka agama dan masyarakat luas. Daerah Pantai Utara Jawa Tengah yang kurang-lebih baru saja lima tahun melaksanakan program penanganan HIV dan AIDS secara formal, struktural, langsung dan organisasional oleh FBO dalam hal ini Nahdlatul Ulama (NU), memiliki efektifitas dan penerimaan di kalangan masyarakat yang berbeda serta lebih lambat daripada yang terjadi di Bali, dimana FBO cenderung dilibatkan lewat jejarang non-organisasional.Kata Kunci: HIV, AIDS, ODHA, Agama, Islam, Hindu-Bali, FBO, NU, Banjar
ISLAMISME: KEMUNCULAN DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA Siti Mahmudah
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.401 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v3i1.628

Abstract

Abstract. This study examines the origin,  existence, and development of Islamism group in Indonesia since pre-independence until now. Islamism is a group of Muslims who are obedient to the teachings of Islam, but they are very extreme, literal,  static and rigid in understanding the teachings of Islam (Alquran), and reject to the other Muslims who disagree with Islamic ideology that they have embraced. The group of Islamism existed and emerged in Indonesia, it was not apart from the influence of the spread of Islamic teachings from al-Ikhwan al-Muslimun that was founded by Hasan al-Banna in Egypt in 1928. The group of Islamism was the first Muslim group before the other Muslim groups in Indonesia; such as the Pos-Islamism group, the Liberal Islam Group, the Moderate Islamic Group, the Progressive Islam Group. The group of Islamism in Indonesia—as al-Ikhwan al-Muslimun in Egypt who aspires to spread the ideology of Islam for all of the world—seeks  to spread  their ideology with the movement of "creeping up" for all of the area in Indonesian, since before independence until now. Islamist groups succeeded in spreading Islam and Sharia through mosques, schools, ta'lim majlis. The existence and development of Islamist groups in Indonesia today are flattered. They have very much support from the political elite. However, they are not aware that their hands are being borrowed or exploited by political elites to seize or get the  power in irrational ways. Keywords: Islamism, Emergence, Existence, Development, Indonesia. Abstrak. Studi ini membahas tentang asal usul, eksistensi dan perkembangan kelompok Islamisme di Indonesia sejak pra-kemerdekaan sampai sekarang. Kelompok Islamisme adalah kumpulan Muslim yang patuh terhadap ajaran Islam, namun mereka sangat ekstrem, literal, statis dan kaku dalam memahami ajaran Islam (Alquran), serta menolak golongan Muslim lain yang berbeda dengan faham Islam yang sudah mereka anut. Kelompok Islamisme ada dan muncul di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh penyebaran ajaran Islam ala  al-Ikhwan al-Muslimun yang didirikan oleh Hasan al-Banna di Mesir pada tahun 1928. Kelompok Islamisme merupakan kelompok Muslim yang pertama ada sebelum adanya kelompok-kelompok Muslim lain di Indonesia; seperti kelompok Pos-Islamisme, Kelompok Islam Liberal, Kelompok Islam Moderat, Kelompok Islam Progresif. Kelompok Islamisme di Indonesia –sebagaimana al-Ikhwan al-Muslimun di Mesir yang bercita-cita menyebarkan faham berislam ke seluruh dunia—berupaya menyebarkan paham Islamisme dengan gerakan “merayap” ke seluruh bumi Indonesia sejak sebelum Indonesia merdeka sampai sekarang. Kelompok Islamisme berhasil menyebarkan faham Islam dan Syariah melalui, antara lain:  masjid-masjid, sekolah-sekolah, majelis-majelis taklim. Eksistensi dan perkembangan kelompok-kelompok Islamisme di Indonesia zaman ini sedang merasa tersanjung, karena banyak mendapat dukungan dari para elit politik. Namun sebaliknya, mereka tidak sadar bahwa tangan-tangan mereka sedang dipinjam atau pun dimanfaatkan oleh para elit politik untuk merebut atau pun mendapatkan sebuah kekuasaan dengan cara-cara yang tidak rasional. Kata Kunci: Islamisme, Eksistensi, Kemunculan,  Perkembangan, Indonesia.
HADITS PEREMPUAN MELAKUKAN PERJALANAN TANPA MAH̱RAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR Ahmad Rajafi; Ummi Hasanah
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.362 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v3i1.633

Abstract

Abstract: Hadits about Mahram which related to women traveling is one of argueable social phenomenon in Islam. There are those who do textual approach and contextual approach in seeing this. Therefore, a new alternate of seeing this as responsive as in the contextual concept in discussing the hadits is required with the outline topic; how Paul Ricoeur hermeunetics sees the hadits about women traveling without mahram? The result is that the mahram role in the hadits is a concrete form of prevention to women in order to protect them from any kind of violences and harassments. The practice of prevention is done by the instruments provided by the country out of the women family member called mahram, this approach result is summarized the contextual meaning without neglecting the textual meaning of mahram. Keywords: Hadits, Mahram, Hermeunetics Paul Ricoeur Abstrak. Hadits tentang maẖram bagi perjalanan seorang perempuan merupakan salah satu fenomena sosial yang diperdebatkan di dalam Islam. Ada yang membacanya melalui pendekatan tekstual dan ada pula yang membacanya dalam kerangka kontekstual. Untuk itu, dibutuhkan alternatif bacaan baru yang dirasa responsif dalam ranah kontekstual ketika membahas hadits tersebut, dengan inti pembahasan yakni; bagaimana hermeneutika Paul Ricoeur membaca tentang hadits perempuan melakukan perjalanan tanpa maẖram? Hasilnya adalah, bahwa peran maẖram dalam hadits tesebut merupakan bentuk pencegahan secara konkrit bagi perempuan atas segala kekerasan yang akan menimpanya. Pencegahan tesebut tidak hanya dilakukan oleh keluarga dekat perempuan tapi juga oleh instrumen-instrumen yang diciptakan oleh negara dan dapat disebut pula sebagai maẖram, sehingga pendekatan ini merangkum pemaknaannya secara kontekstual namun tidak melepaskan ati maẖram  secara tekstual. Kata Kunci: Hadits, Maẖram, Hermeneutika Paul Ricoeur

Page 1 of 1 | Total Record : 10