cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Aqlam: Journal of Islam and Plurality
ISSN : 25280333     EISSN : 25280341     DOI : -
Core Subject : Social,
AQLAM: Journal of Islam and Plurality (P-ISSN 2528-0333; E-ISSN: 2528-0341) is a journal published by the Ushuluddin, Adab and Dakwah Faculty, State Islamic Institute of Manado, Indonesia. AQLAM published twice a year and focused on the Islamic studies especially the basic sciences of Islam, including the study of the Qur’an, Hadith, Islamic Philosophy, Islamic History and Culture, Theology, Mysticism, and Local Wisdom in Indonesia. It is intended to communicate original research and current issues on the subject. This journal warmly welcomes contributions from scholars of related disciplines. Every article submitted and will be published by AQLAM will review by two peer review through a double-blind review process | Address: Jl. Dr. S.H. Sarundajang Kompleks Ring Road I, Kota Manado, Sulawesi Utara, 95128 | E-Mail; aqlam@iain-manado.ac.id | Phone: +62431860616 | AQLAM has become a CrossRef Member since the year 2018. Therefore, all articles published by AQLAM will have unique DOI number.
Arjuna Subject : -
Articles 13 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 2 (2020)" : 13 Documents clear
CULTURAL DAKWAH AND MUSLIM MOVEMENTS IN THE UNITED STATES IN THE TWENTIETH AND TWENTY-FIRST CENTURIES Mark Woodward
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/ajip.v5i2.1252

Abstract

Abstract: There have been Muslims in what is now the United States since tens of thousands were brought as slaves in the 18th and early 19th centuries. Very few maintained their Muslim identities because the harsh conditions of slavery. Revitalization movements relying on Muslim symbolism emerged in the early 20th century. They were primarily concerned with the struggle against racism and oppression. The Moorish Science Temple of American and the Nation of Islam are the two most important of these movement. The haj was a transformative experience for Nation of Islam leaders Malcom X and Muhammad Ali. Realization that Islam is an inclusive faith that does not condone racism led both of them towards mainstream Sunni Islam and for Muhammad Ali to Sufi religious pluralism.Keywords: Nation of Islam, Moorish Science Temple, Revitalization Movement, Malcom X, Muhammad Ali. Abstract: Sejarah Islam di Amerika sudah berakar sejak abad ke 18 dan awal 19, ketika belasan ribu budak dari Afrika dibawa ke wilayah yang sekarang bernama Amerika Serikat. Sangat sedikit di antara mereka yang mempertahankan identitasnya sebagai Muslim mengingat kondisi perbudakan yang sangat kejam dan tidak memungkinkan. Di awal abad 20, muncul-lah gerakan revitalisasi Islam. Utamanya, mereka berkonsentrasi pada gerakan perlawanan terhadap rasisme dan penindasan. The Moorish Science Temple of American dan the Nation of Islam adalah dua kelompok terpenting gerakan perlawanan tersebut. Perjalanan ibadah haji memberikan pengalaman transformatif bagi pimpinan kedua kelompok gerakan tersebut, yaitu Malcom X dan Muhammad Ali. Pemahaman Islam yang inklusif yang tidak sejalan dengan rasisme mendekatkan mereka dengan ajaran-ajaran mainstream Islam sunni, dan (terutama) Muhamad Ali yang condong ke pluralisme ajaran kaum Sufi.Kata Kunci: Nation of islam, Moorish Science Temple, Gerakan revitalisasi, Malcom X, Muhammad Ali.
TIPOLOGI DAN SIMBOLISASI RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA RAWALO BANYUMAS Akhmad Roja Badrus Zaman
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/ajip.v5i2.1375

Abstract

Abstract: The Qur'an is actually a holy book that contains moral teachings to guide man to the straight path. Only, when the Qur'an in consumption by the public, the book is undergoing a paradigm shift so treated, diresepsi, and expressed vary according to the knowledge and belief respectively. The expression, of a concrete indicator that the Koran is a holy book that is always in tune with the situation and the condition (s}a>lih{ li kulli zama>n wa maka>n). The reception-style models and even now continues to be expressed and preserved by a large family of Miftahul Huda Islamic Boarding School Rawalo Banyumas. This study aims to find out the reception of the Qur'an in the boarding school, as well as trying to understand the meaning inherent in it. This study was designed with qualitative method and included in the research field. In obtaining the data, the researchers use an instrument that is in-depth interviews, observation, and study of the relevant documents. The analysis used by researchers is, as submitted by Mohd. Soehadha, ie the reduction of data, display of data, and conclusion. In clarifying the validity of the data, researchers conducted the extension of participation, and triangulation of sources and methods. From the research conducted, the results obtained are: (1) diversity reception of the Qur'an in Miftahul Huda Islamic Boarding School Rawalo Banyumas, among others: (a) reception exegesis of the Qur'an in the recitation Book Jalalain; (b) the aesthetic reception of the Qur'an contained in calligraphy at the hostel students and ndalem caregivers; (c) functional reception of the Qur'an manifested in the tradition of the reading of Al-Wa> qi'ah and Ya>si>n; and (d) reception eternalitas Qur'an embodied in various practices of preservation of the Qur'an, such as deposit bi al-naz{ri and bi al-hifz{i, sima'an, and mura> ja'ah. (2) The meanings inherent in the diversity reception, among others: objective meaning, the meaning of expressive and documentary meaning. Objective meaning conclude that behavioral diversity reception in the boarding school is as a symbol of obedience and reverence to the rules cottage. Expressive meaning is as a form of internalization yourself with positive things through the process of learning the Qur'an continuity and meaning to his documentary is a form of local contextualization of the cultural system overall.Keywords: Reception, Al-Quran and Miftahul Huda Islamic Boarding school.Abstrak: Al-Qur’an sejatinya merupakan kitab suci yang berisi ajaran-ajaran moral sebagai huda—petunjuk—bagi manusia ke jalan yang benar. Hanya saja, ketika Al-Qur’an sampai dan dikonsumsi oleh masyarakat, kitab suci tersebut mengalami pergeseran paradigma sehingga diperlakukan, diresepsi, dan diekspresikan secara berbeda-beda sesuai dengan pengetahuan dan ideologinya masing-masing. Fenomena tersebut nampaknya dapat dijadikan indikator konkret bahwasannya Al-Qur’an merupakan kitab suci yang senantiasa relevan dengan segala situasi dan kondisi (s}a>lih{ li kulli zama>n wa maka>n).  Ragam resepsi tersebut bahkan kini terus diekspresikan dan dilestarikan oleh keluarga besar Pondok Pesantren—kemudian disebut Ponpes—Miftahul Huda Rawalo Banyumas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ragam resepsi Al-Qur’an di Ponpes tersebut, serta berusaha memahami makna yang melekat di dalamnya. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode kualitatif dan termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research). Dalam memperoleh data, peneliti menggunakan berbagai instrument, seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi atau studi atas dokumen terkait. Analisis yang peneliti gunakan adalah sebagaimana yang disampaikan Mohd. Soehadha, yaitu dengan reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Di dalam mengklarifikasi keabsahan data, peneliti melakukan perpanjangan keikutsertaan, serta triangulasi sumber maupun metode. Dari penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa: (1) ragam resepsi Al-Qur’an yang ada di Ponpes tersebut antara lain: (a) resepsi eksegesis; (b) resepsi estetis; (c) resepsi fungsional; dan (d) resepsi eternal. Resepsi eksegesis mewujud dalam kajian kitab tafsir Jalalain, resepsi estetis mewujud dalam kaligrafi di asrama dan ndalem pengasuh, resepsi fungsional mewujud dalam pembacaan surat-surat “idaman,” dan resepsi eternal terejawantahkan dalam pelbagai praktik preservasi Al-Qur’an, seperti setoran bi al-naz{ri dan bi al-ghaib, sima’an, dan mura>ja’ah. (2) Makna-makna yang melekat dalam ragam resepsi tersebut, antara lain: makna objektif, makna ekspresif, dan makna dokumenter. Makna objektif menyimpulkan bahwa ragam perilaku resepsi di ponpes tersebut adalah sebagai simbolisasi kepatuhan dan ketakziman terhadap peraturan pondok. Makna ekspresifnya adalah sebagai wujud internalisasi diri dengan hal-hal positif melalui proses pembelajaran Al-Qur’an yang berkelanjutan, dan makna dokumenternya adalah sebagai bentuk kontekstualisasi lokal dari sistem kebudayaan yang menyeluruh.Kata Kunci: Resepsi, Al-Qur’an, dan Ponpes Miftahul Huda Banyumas.
IMPLEMENTASI Al-MASYAQQOH Al-TAJLIBU Al-TAISYIIR DI TENGAH PANDEMI COVID-19 Sahari Sahari
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/ajip.v5i2.1367

Abstract

Abstrac: The purpose of this study is to explain the meaning of “al-masyaqqoh al-tajlibu al-taisyiir”, the implementation of these principles during the Covid-19, to find out the understanding of the Manado people about these principles and finally to describe the response of the Manado Muslim community to the MUI fatwas, especially Friday prayers. 'at the time of the Covid-19 pandemic. The research used an exploratory case study method and the research approach was qualitative. The informants who were interviewed were 15 people from 5 mosques consisting of imams, ta'mir, and congregation of mosques, interviews were conducted by telephone, because they were worried about contracting the virus when interviewing face to face. Research results: People are still not familiar with the rules of al-masyaqqoh al-tajlibu al-taisyiir, what they know is the term 'emergency', but the term emergency is too narrow and has very limited meaning, which is only limited to life-threatening things that result. by the absence of food. In practice, al-masyaqqah must be adapted to the conditions and situations, at least there are two conditions, namely al-masyaqqah al-'Azhimmah, and al-masyaqqah al-Khafifah. Regarding the MUI fatwa, there are agree and disagree in the community, some have responded positively and some have refused.Key words: Understanding, Perception, Al-Masyaqqoh Al-Tajlibu Al-Taisyiir, MUI Fatwa, Covid-19 Pandemic. Abstrak:Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan makna al-masyaqqoh al-tajlibu al-taisyiir, implementasi kaedah tersebut pada masa pandemi covid-19, mengetahui pemahaman masyarakat Manado tentang kaedah tersebut dan yang terakhir  untuk mendeskripsikan respon masyakat muslim Manado terhadap fatwa MUI khususnya shalat jum’at di masa pendemi covid-19. Penelitian menggunakan metode studi kasus eksplorasi dan pendekatan penelitiannya menggunakan kualitatif. Informan yang diwawancarai sebanyak 15 orang dari 5 mesjid terdiri dari imam, ta’mir, dan jama’ah masjid, wawancara dilakukan melalui telepon, pertimbangannya karena kekhawatiran terjangkit virus apabila wawancara dengan tatap muka. Hasil penelitian:  Masyarakat masih belum mengenal kaedah al-masyaqqoh al-tajlibu al-taisyiir, yang mereka tau adalah istilah ‘darurat’, tetapi istilah darurat pun terlalu sempit dan sangat terbatas dimaknainya, yaitu hanya terbatas pada hal-hal yang mengancam jiwa yang diakibatkan oleh ketiadaan makanan. Dalam prakteknya, al-masyaqqah harus disesuaiakan dengan kondisi dan situasi, minimal ada dua keadaan yakni al-masyaqqah al-‘Azhimmah, dan al-masyaqqah al-Khafifah. Terkait dengan fatwa MUI terjadi pro dan kontra di masyarakat ada yang menanggapi positif dan ada yang menolak.Kata Kunci: Pemahaman, Persepsi, Al-Masyaqqoh Al-Tajlibu Al-Taisyiir, Fatwa MUI, Pandemi Covid-19.
WARNA DALAM AL-QUR’AN PERSPEKTIF FAKHR AL-DIN AL-RAZI Khairunnas Jamal; Najamuddin Siraj Harahap; Derhana Bulan Dalimunthe
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/ajip.v5i2.1368

Abstract

Abstract: Colour has a very important role in human communication with the outside world, even more in the function of memory and brain development. Therefore, comprehension and recognition of an event is strongly influenced by the colours which exist. The focus of this research is the thematic character. It is a discussion that takes a certain theme in the Qur'an and will only be limited by mufassir (a figure). By conducting research on the figures of his work, taking his thoughts and understanding comprehensively, namely Imam Fakhr al-Din al-Razi. A step that will be taken is to collect the verses of the Qur’an which talks about colour, then thoroughly explore how the interpretation is made by Imam al-Razi related to these verses.Keywords: Colour, interpretation. Fakhr al-Din al-Razi  Abstrak: Warna memiliki peran yang sangat penting dalam komunikasi manusia dengan dunia luar, terlebih lagi dalam fungsi daya ingat, dan perkembangan otak. Oleh karena itu, pemahaman dan pengenalan sebuah peristiwa sangat dipengaruhi oleh warna yang ada. Fokus kajian penelitian ini adalah tematik tokoh, tematik tokoh merupakan pembahasan yang mengambil tema tertentu dalam Al-Qur’an kemudian hanya akan dibatasi oleh mufassir (tokoh). Dengan cara melakukan penelitian tokoh dari karyanya, mengambil pemikiran dan pemahamannya secara komprehensif, yaitu Imam Fakhr al-Din al-Razi. Langkah yang akan dilakukan adalah dengan mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara mengenai warna, kemudian mengupas tuntas bagaimana penafsiran yang dilakukan oleh Imam al-Razi terkait ayat-ayat tersebut.Kata Kunci: Warna, Tafsir, Fakhr al-Din al-Razi
SEJARAH KAMPUNG PONDOL DAN KOMUNITAS EKSIL MUSLIM DI KOTA MANADO Roger Allan Christian Kembuan
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/ajip.v5i2.1370

Abstract

Abstract: This research discusses the process of forming and developing of Pondol village in Manado as a location for exile along with the Dutch colonial government policy that placed exiles who came from several sultanates in Java in the Manado Residency during the 19th century. The discussion includes, first, the background of the exile of the Javanese aristocrats in Manado. Second, the process of establishing Pondol as a location for exile and its development during the XIX century, and third, the adaptations made by the exiles to adjust to their exile and the impact of their arrival on the Manado-Minahasa community. The historical method is used in this research, using colonial archives from the XIX century which are stored in the National Archives of the Republic of Indonesia, and local sources, especially manuscripts stored by their descendants in Manado and Java. The findings in this study are; Kampung Pondol was formed due to the isolation of Kanjeng Ratu Sekar Kedaton and Pangeran Suryeng Ingalaga and some of his followers originated from political intrigue that occurred in the Sultanate of Yogyakarta. Second, the reason why Kampung Pondol was chosen as the new location for exile by the Dutch colonial government for Javanese royal officials was different from the exile of other figures in Tondano and Tomohon. Third, the form of adaptation carried out by the exiles in Kampung Pondol Manado was marriage with women from Manado and relationships with Dutch people who lived around them.Keywords : Exile, Javanese Noble, Pondol Village, Adaptation. Abstrak: Penelitian ini membahas tentang proses terbentuk dan perkembangan kampung Pondol di Manado sebagai lokasi pengasingan seiring dengan kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang menempatkan para eksil yang berasal dari beberapa kesultanan di Jawa di Karesidenan Manado pada sepanjang abad 19.  Pembahasannya meliputi; Pertama, Latar belakang pengasingan para bangsawan Jawa di Manado. Kedua, proses terbentuknya Pondol sebagai lokasi pengasingan dan perkembangannya selama abad XIX, dan Ketiga, adaptasi yang dilakukan para eksil untuk menyesuaikan diri di pengasingan serta dampak kedatangan mereka pada masyarakat Manado-Minahasa. Metode sejarah dipergunakan dalam penelitian ini, dengan mempergunakan sumber Arsip Kolonial kurun waktu abad ke XIX yang tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia,  dan sumber lokal terutama manuskrip yang tersimpan oleh keturunannya di Manado dan Jawa. Temuan dalam penelitian ini adalah; Kampung Pondol terbentuk karena Pengasingan Kanjeng Ratu Sekar Kedaton dan Pangeran Suryeng ingalaga dan beberapa pengikutnya berawal dari intrik politik yang terjadi di Kesultanan Yogyakarta. Kedua, alasan Kampung Pondol dipilih sebagai lokasi baru pengasingan Pemerintah Kolonial Belanda bagi pembesar kerajaan Jawa yang berbeda lokasi dengan pengasingan tokoh-tokoh lainnya di Tondano dan Tomohon. Ketiga, bentuk adaptasi yang dilakukan oleh para eksil di Kampung Pondol Manado dilakukan pernikahan dengan wanita dari Manado dan relasi dengan orang-orang Belanda yang tinggal disekeliling mereka.Kata Kunci : Eksil, Bangsawan Jawa, Kampung Pondol, Adaptasi.
ORGANISASI KEAGAMAAN DAN PENANGANAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT): Studi tentang Peran Biro Nuurus Sakiinah dalam KDRT di Yogyakarta Rahmania Nader Wambes; Mega Hidayati; Aris Fauzan
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/ajip.v5i2.1374

Abstract

Abstract: Domestic violence (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) is understood as violence related to gender. This concept refers to the subordinative position because the relationship between men and women reflects powerless and powerful or the inequality of power between the two. This paper aims to understand how the Nuurus Sakiinah Bureau owned by 'Aisyiyah and Nasyi'atul' Aisyiyah Yogyakarta Special Region handles domestic violence cases in Yogyakarta and analyze the weaknesses and strengths of handling these cases. This type of research is qualitative with interview data collection methods and secondary data documentation. The findings of this study explain that there are four types of domestic violence cases that have been handled by the Nuurus Sakiinnah Family Consultation Bureau, namely psychological violence, economic neglect; physical and verbal abuse. Therefore, the handling given varies according to the case that occurs. For cases of Psychic violence, the Bureau tends to provide counseling and self-reinforcement. For cases of economic neglect, the Bureau deals with economic independence counseling and training. For cases of Physical and Verbal violence, counseling and self-strengthening are usually given to face the next life and therapy if needed. Meanwhile, the absence of open houses, difficulties in mediation, and the absence of complete counseling data to support administration are the weaknesses of this bureau. However, this Bureau makes victims who have successfully passed the treatment process as volunteers to deal with other victims and also provides spiritual counseling, legal assistance and follow-up therapy when the victim is still in need.Keywords: Domestic Violence, ‘Aisyiyah Nasyi’atul, ‘Aisyiyah, Nuurus Saqinnah Bureau. Abstrak: Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dipahami sebagai kekerasan yang berhubungan gender. Konsep ini mengacu pada posisi subordinatif karena relasi antara laki-laki dan perempuan mencerminkan powerless dan powerful atau ketimpangan kekuasaan antara keduanya. Tulisan ini bertujuan untuk memahami bagaimana Biro Nuurus Sakiinah milik ‘Aisyiyah dan Nasyi’atul ‘Aisyiyah Daerah Istimewa Yogyakarta menangani kasus KDRT di Yogyakarta serta menganalisa kelemahan dan kelebihan dari penanganan kasus tersebut. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode pengambilan data wawancara dan data sekunder dokumentasi. Temuan penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat empat jenis kasus KDRT yang telah ditangani oleh Biro Konsultasi Keluarga Nuurus Sakiinnah, yaitu kekerasan Psikis, penelantaran ekonomi; kekerasan fisik dan kekerasan verbal. Oleh karena itu, penanganan yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan  kasus yang terjadi. Untuk kasus kekerasan Psikis, Biro cenderung memberikan konseling dan penguatan diri. Untuk kasus penelantaran ekonomi, Biro menangani dengan konseling dan pelatihan kemandirian ekonomi. Untuk kasus kekerasan Fisik dan Verbal biasanya diberikan konseling dan penguatan diri untuk menghadapi kehidupan selanjutnya serta pemberian terapi jika diperlukan. Sementara itu belum adanya rumah singgah, kesulitan dalam mediasi, serta belum adanya kelengkapan data konseling untuk menunjang administrasi menjadi kelemahan biro ini. Namun, Biro ini menjadikan korban yang telah berhasil melewati proses penanganan sebagai volunteer untuk menangani korban yang lain dan juga pemberian konseling spiritual, pendampingan ke jalur hukum dan terapi lanjutan ketika korban masih membutuhkan.Kata Kunci: KDRT, ‘Aisyiyah, Nasyi’atul ‘Aisyiyah, Biro Nuurus Sakiinah
ORGANISASI KEAGAMAAN DAN PENANGANAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT): Studi tentang Peran Biro Nuurus Sakiinah dalam KDRT di Yogyakarta Rahmania Nader Wambes; Mega Hidayati; Aris Fauzan
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/ajip.v5i2.1374

Abstract

Abstract: Domestic violence (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) is understood as violence related to gender. This concept refers to the subordinative position because the relationship between men and women reflects powerless and powerful or the inequality of power between the two. This paper aims to understand how the Nuurus Sakiinah Bureau owned by 'Aisyiyah and Nasyi'atul' Aisyiyah Yogyakarta Special Region handles domestic violence cases in Yogyakarta and analyze the weaknesses and strengths of handling these cases. This type of research is qualitative with interview data collection methods and secondary data documentation. The findings of this study explain that there are four types of domestic violence cases that have been handled by the Nuurus Sakiinnah Family Consultation Bureau, namely psychological violence, economic neglect; physical and verbal abuse. Therefore, the handling given varies according to the case that occurs. For cases of Psychic violence, the Bureau tends to provide counseling and self-reinforcement. For cases of economic neglect, the Bureau deals with economic independence counseling and training. For cases of Physical and Verbal violence, counseling and self-strengthening are usually given to face the next life and therapy if needed. Meanwhile, the absence of open houses, difficulties in mediation, and the absence of complete counseling data to support administration are the weaknesses of this bureau. However, this Bureau makes victims who have successfully passed the treatment process as volunteers to deal with other victims and also provides spiritual counseling, legal assistance and follow-up therapy when the victim is still in need.Keywords: Domestic Violence, ‘Aisyiyah Nasyi’atul, ‘Aisyiyah, Nuurus Saqinnah Bureau. Abstrak: Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dipahami sebagai kekerasan yang berhubungan gender. Konsep ini mengacu pada posisi subordinatif karena relasi antara laki-laki dan perempuan mencerminkan powerless dan powerful atau ketimpangan kekuasaan antara keduanya. Tulisan ini bertujuan untuk memahami bagaimana Biro Nuurus Sakiinah milik ‘Aisyiyah dan Nasyi’atul ‘Aisyiyah Daerah Istimewa Yogyakarta menangani kasus KDRT di Yogyakarta serta menganalisa kelemahan dan kelebihan dari penanganan kasus tersebut. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode pengambilan data wawancara dan data sekunder dokumentasi. Temuan penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat empat jenis kasus KDRT yang telah ditangani oleh Biro Konsultasi Keluarga Nuurus Sakiinnah, yaitu kekerasan Psikis, penelantaran ekonomi; kekerasan fisik dan kekerasan verbal. Oleh karena itu, penanganan yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan  kasus yang terjadi. Untuk kasus kekerasan Psikis, Biro cenderung memberikan konseling dan penguatan diri. Untuk kasus penelantaran ekonomi, Biro menangani dengan konseling dan pelatihan kemandirian ekonomi. Untuk kasus kekerasan Fisik dan Verbal biasanya diberikan konseling dan penguatan diri untuk menghadapi kehidupan selanjutnya serta pemberian terapi jika diperlukan. Sementara itu belum adanya rumah singgah, kesulitan dalam mediasi, serta belum adanya kelengkapan data konseling untuk menunjang administrasi menjadi kelemahan biro ini. Namun, Biro ini menjadikan korban yang telah berhasil melewati proses penanganan sebagai volunteer untuk menangani korban yang lain dan juga pemberian konseling spiritual, pendampingan ke jalur hukum dan terapi lanjutan ketika korban masih membutuhkan.Kata Kunci: KDRT, ‘Aisyiyah, Nasyi’atul ‘Aisyiyah, Biro Nuurus Sakiinah
CULTURAL DAKWAH AND MUSLIM MOVEMENTS IN THE UNITED STATES IN THE TWENTIETH AND TWENTY-FIRST CENTURIES Mark Woodward
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/ajip.v5i2.1252

Abstract

Abstract: There have been Muslims in what is now the United States since tens of thousands were brought as slaves in the 18th and early 19th centuries. Very few maintained their Muslim identities because the harsh conditions of slavery. Revitalization movements relying on Muslim symbolism emerged in the early 20th century. They were primarily concerned with the struggle against racism and oppression. The Moorish Science Temple of American and the Nation of Islam are the two most important of these movement. The haj was a transformative experience for Nation of Islam leaders Malcom X and Muhammad Ali. Realization that Islam is an inclusive faith that does not condone racism led both of them towards mainstream Sunni Islam and for Muhammad Ali to Sufi religious pluralism.Keywords: Nation of Islam, Moorish Science Temple, Revitalization Movement, Malcom X, Muhammad Ali. Abstract: Sejarah Islam di Amerika sudah berakar sejak abad ke 18 dan awal 19, ketika belasan ribu budak dari Afrika dibawa ke wilayah yang sekarang bernama Amerika Serikat. Sangat sedikit di antara mereka yang mempertahankan identitasnya sebagai Muslim mengingat kondisi perbudakan yang sangat kejam dan tidak memungkinkan. Di awal abad 20, muncul-lah gerakan revitalisasi Islam. Utamanya, mereka berkonsentrasi pada gerakan perlawanan terhadap rasisme dan penindasan. The Moorish Science Temple of American dan the Nation of Islam adalah dua kelompok terpenting gerakan perlawanan tersebut. Perjalanan ibadah haji memberikan pengalaman transformatif bagi pimpinan kedua kelompok gerakan tersebut, yaitu Malcom X dan Muhammad Ali. Pemahaman Islam yang inklusif yang tidak sejalan dengan rasisme mendekatkan mereka dengan ajaran-ajaran mainstream Islam sunni, dan (terutama) Muhamad Ali yang condong ke pluralisme ajaran kaum Sufi.Kata Kunci: Nation of islam, Moorish Science Temple, Gerakan revitalisasi, Malcom X, Muhammad Ali.
TIPOLOGI DAN SIMBOLISASI RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA RAWALO BANYUMAS Akhmad Roja Badrus Zaman
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/ajip.v5i2.1375

Abstract

Abstract: The Qur'an is actually a holy book that contains moral teachings to guide man to the straight path. Only, when the Qur'an in consumption by the public, the book is undergoing a paradigm shift so treated, diresepsi, and expressed vary according to the knowledge and belief respectively. The expression, of a concrete indicator that the Koran is a holy book that is always in tune with the situation and the condition (s}a>lih{ li kulli zama>n wa maka>n). The reception-style models and even now continues to be expressed and preserved by a large family of Miftahul Huda Islamic Boarding School Rawalo Banyumas. This study aims to find out the reception of the Qur'an in the boarding school, as well as trying to understand the meaning inherent in it. This study was designed with qualitative method and included in the research field. In obtaining the data, the researchers use an instrument that is in-depth interviews, observation, and study of the relevant documents. The analysis used by researchers is, as submitted by Mohd. Soehadha, ie the reduction of data, display of data, and conclusion. In clarifying the validity of the data, researchers conducted the extension of participation, and triangulation of sources and methods. From the research conducted, the results obtained are: (1) diversity reception of the Qur'an in Miftahul Huda Islamic Boarding School Rawalo Banyumas, among others: (a) reception exegesis of the Qur'an in the recitation Book Jalalain; (b) the aesthetic reception of the Qur'an contained in calligraphy at the hostel students and ndalem caregivers; (c) functional reception of the Qur'an manifested in the tradition of the reading of Al-Wa> qi'ah and Ya>si>n; and (d) reception eternalitas Qur'an embodied in various practices of preservation of the Qur'an, such as deposit bi al-naz{ri and bi al-hifz{i, sima'an, and mura> ja'ah. (2) The meanings inherent in the diversity reception, among others: objective meaning, the meaning of expressive and documentary meaning. Objective meaning conclude that behavioral diversity reception in the boarding school is as a symbol of obedience and reverence to the rules cottage. Expressive meaning is as a form of internalization yourself with positive things through the process of learning the Qur'an continuity and meaning to his documentary is a form of local contextualization of the cultural system overall.Keywords: Reception, Al-Quran and Miftahul Huda Islamic Boarding school.Abstrak: Al-Qur’an sejatinya merupakan kitab suci yang berisi ajaran-ajaran moral sebagai huda—petunjuk—bagi manusia ke jalan yang benar. Hanya saja, ketika Al-Qur’an sampai dan dikonsumsi oleh masyarakat, kitab suci tersebut mengalami pergeseran paradigma sehingga diperlakukan, diresepsi, dan diekspresikan secara berbeda-beda sesuai dengan pengetahuan dan ideologinya masing-masing. Fenomena tersebut nampaknya dapat dijadikan indikator konkret bahwasannya Al-Qur’an merupakan kitab suci yang senantiasa relevan dengan segala situasi dan kondisi (s}a>lih{ li kulli zama>n wa maka>n).  Ragam resepsi tersebut bahkan kini terus diekspresikan dan dilestarikan oleh keluarga besar Pondok Pesantren—kemudian disebut Ponpes—Miftahul Huda Rawalo Banyumas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ragam resepsi Al-Qur’an di Ponpes tersebut, serta berusaha memahami makna yang melekat di dalamnya. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode kualitatif dan termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research). Dalam memperoleh data, peneliti menggunakan berbagai instrument, seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi atau studi atas dokumen terkait. Analisis yang peneliti gunakan adalah sebagaimana yang disampaikan Mohd. Soehadha, yaitu dengan reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Di dalam mengklarifikasi keabsahan data, peneliti melakukan perpanjangan keikutsertaan, serta triangulasi sumber maupun metode. Dari penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa: (1) ragam resepsi Al-Qur’an yang ada di Ponpes tersebut antara lain: (a) resepsi eksegesis; (b) resepsi estetis; (c) resepsi fungsional; dan (d) resepsi eternal. Resepsi eksegesis mewujud dalam kajian kitab tafsir Jalalain, resepsi estetis mewujud dalam kaligrafi di asrama dan ndalem pengasuh, resepsi fungsional mewujud dalam pembacaan surat-surat “idaman,” dan resepsi eternal terejawantahkan dalam pelbagai praktik preservasi Al-Qur’an, seperti setoran bi al-naz{ri dan bi al-ghaib, sima’an, dan mura>ja’ah. (2) Makna-makna yang melekat dalam ragam resepsi tersebut, antara lain: makna objektif, makna ekspresif, dan makna dokumenter. Makna objektif menyimpulkan bahwa ragam perilaku resepsi di ponpes tersebut adalah sebagai simbolisasi kepatuhan dan ketakziman terhadap peraturan pondok. Makna ekspresifnya adalah sebagai wujud internalisasi diri dengan hal-hal positif melalui proses pembelajaran Al-Qur’an yang berkelanjutan, dan makna dokumenternya adalah sebagai bentuk kontekstualisasi lokal dari sistem kebudayaan yang menyeluruh.Kata Kunci: Resepsi, Al-Qur’an, dan Ponpes Miftahul Huda Banyumas.
IMPLEMENTASI Al-MASYAQQOH Al-TAJLIBU Al-TAISYIIR DI TENGAH PANDEMI COVID-19 Sahari Sahari
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/ajip.v5i2.1367

Abstract

Abstrac: The purpose of this study is to explain the meaning of “al-masyaqqoh al-tajlibu al-taisyiir”, the implementation of these principles during the Covid-19, to find out the understanding of the Manado people about these principles and finally to describe the response of the Manado Muslim community to the MUI fatwas, especially Friday prayers. 'at the time of the Covid-19 pandemic. The research used an exploratory case study method and the research approach was qualitative. The informants who were interviewed were 15 people from 5 mosques consisting of imams, ta'mir, and congregation of mosques, interviews were conducted by telephone, because they were worried about contracting the virus when interviewing face to face. Research results: People are still not familiar with the rules of al-masyaqqoh al-tajlibu al-taisyiir, what they know is the term 'emergency', but the term emergency is too narrow and has very limited meaning, which is only limited to life-threatening things that result. by the absence of food. In practice, al-masyaqqah must be adapted to the conditions and situations, at least there are two conditions, namely al-masyaqqah al-'Azhimmah, and al-masyaqqah al-Khafifah. Regarding the MUI fatwa, there are agree and disagree in the community, some have responded positively and some have refused.Key words: Understanding, Perception, Al-Masyaqqoh Al-Tajlibu Al-Taisyiir, MUI Fatwa, Covid-19 Pandemic. Abstrak:Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan makna al-masyaqqoh al-tajlibu al-taisyiir, implementasi kaedah tersebut pada masa pandemi covid-19, mengetahui pemahaman masyarakat Manado tentang kaedah tersebut dan yang terakhir  untuk mendeskripsikan respon masyakat muslim Manado terhadap fatwa MUI khususnya shalat jum’at di masa pendemi covid-19. Penelitian menggunakan metode studi kasus eksplorasi dan pendekatan penelitiannya menggunakan kualitatif. Informan yang diwawancarai sebanyak 15 orang dari 5 mesjid terdiri dari imam, ta’mir, dan jama’ah masjid, wawancara dilakukan melalui telepon, pertimbangannya karena kekhawatiran terjangkit virus apabila wawancara dengan tatap muka. Hasil penelitian:  Masyarakat masih belum mengenal kaedah al-masyaqqoh al-tajlibu al-taisyiir, yang mereka tau adalah istilah ‘darurat’, tetapi istilah darurat pun terlalu sempit dan sangat terbatas dimaknainya, yaitu hanya terbatas pada hal-hal yang mengancam jiwa yang diakibatkan oleh ketiadaan makanan. Dalam prakteknya, al-masyaqqah harus disesuaiakan dengan kondisi dan situasi, minimal ada dua keadaan yakni al-masyaqqah al-‘Azhimmah, dan al-masyaqqah al-Khafifah. Terkait dengan fatwa MUI terjadi pro dan kontra di masyarakat ada yang menanggapi positif dan ada yang menolak.Kata Kunci: Pemahaman, Persepsi, Al-Masyaqqoh Al-Tajlibu Al-Taisyiir, Fatwa MUI, Pandemi Covid-19.

Page 1 of 2 | Total Record : 13