cover
Contact Name
dr. Mitayani, M.Si. Med
Contact Email
mitayani.dr@gmail.com
Phone
+6281320074327
Journal Mail Official
sifa_medika@um-palembang.ac.id
Editorial Address
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Gedung F lantai 1 Jl. K.H. Balqhi, 13 Ulu, Seberang Ulu I, Palembang
Location
Kota palembang,
Sumatera selatan
INDONESIA
Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
ISSN : 2087233X     EISSN : 25806971     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Syifa MEDIKA published by Faculty of Medicine, University of Muhammadiyah Palembang is a peer-reviewed journal that published two times a year: September and March. Syifa MEDIKA is a national peer-reviewed and open access journal. We accept original article, case report, and literature review from all area of medicine, biomedicine, and publich health fields. Focus and Scope: All area of medicine, biomedicine, and publich health fields. Anatomy, Biomedicine, Pharmacology, Microbiology, Nutrition, Biochemistry, Physiology, Tropical Medicine, Public Health, Pediatric, Internal Medicine, Obstetry and Gynaecology, Dermatovenereology, Surgery, Neurology, Family Medicine, Medical Education.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 14, No 1 (2023): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan" : 5 Documents clear
Potensi Small Interference RNA (SiRNA) Inhalasi dalam Menghambat Replikasi Dan Transkripsi SARS-Cov-2
Syifa'Medika Vol 14, No 1 (2023): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v14i1.5736

Abstract

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang menginfeksi sistem pernapasan, pencernaan, dan saraf dengan penularan yang cepat dan mortalitas cukup tinggi. Namun, hingga saat ini belum ada terapi khusus untuk mengobati COVID-19. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa small interference RNA (siRNA) diketahui memiliki efikasi yang baik mengobati infeksi virus DNA dan RNA. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk mengetahui potensi inhalasi siRNA dalam menghambat replikasi dan transkripsi SARS-CoV-2. Literatur dicari menggunakan mesin pencari seperti Google Scholar, Science Direct, ResearchGate, dan National Centre for Biotechnology Information (NCBI). Kriteria inklusi dan eksklusi digunakan untuk mengeliminasi jurnal yang tidak berhubungan sehingga diperoleh 46 jurnal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siRNA berpotensi menghambat replikasi dan transkripsi SARS-CoV-2 melalui pendekatan gene silencing. siRNA memiliki keunggulan seperti ketahanan ekspresi, efek penghambatan spesifik, efisiensi pada konsentrasi lebih rendah, dan toksisitas rendah. Penggunaan PEG-AuNP sebagai sistem penghantaran siRNA secara inhalasi dapat menurunkan toksisitas dan meningkatkan konsentrasi siRNA. Oleh karena itu, terapi siRNA melalui inhalasi berbasis PEG-AuNP carrier perlu dipertimbangkan untuk terapi COVID-19. Studi klinis lebih lanjut mengenai sistem pengiriman yang ideal dan dosis optimal siRNA berbasis PEG-AuNP melalui inhalasi untuk COVID-19 diperlukan.
BADAI ELEKTRIK: DIAGNOSIS DAN MANAJEMEN
Syifa'Medika Vol 14, No 1 (2023): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v14i1.5165

Abstract

Badai elektrik (BE) didefinisikan sebagai terjadinya tiga atau lebih episode aritmia ventrikel dalam 24 jam. Penting untuk mengetahui dan mengidentifikasi cara mendiagnosis dan tatalaksana pasien BE karena sering muncul sebagai keadaan darurat medis. BE terjadi terutama pada pasien usia lanjut dan laki-laki. BE dapat muncul dengan berbagai gejala seperti sinkope, gagal jantung, henti jantung, atau terapi ICD multipel (pemacu dan/atau shock anti-takikardia berulang). Beberapa pemeriksaan penunjang seperti EKG, elektrolit dan Transthoracic Echocardiogram (TTE) mampu membantu mengidentifikasi BE dan penyebabnya. Pada BE dengan keadaaan hemodinamik tidak stabil, perlu disiapkan cardiac life support dengan resusitasi jantung-paru yang efektif dan dilakukan defibrilasi emergensi bila diperlukan. Perlu dipertimbangkan untuk dilakukan sedasi dan ventilasi pada pasien yang sulit ditangani. Selain itu terapi farmakologis seperti beta-bloker, amiodaron dan sotalol dapat membantu menghentikan aritmia ventrikel. Terapi definitif BE adalah ablasi kateter ,pilihan terapi lain yang tersedia adalah modulasi sistem autonomik, dan Stereotactic Body Radiation Therapy (SBRT) dan dapat digunakan pada BE refrakter. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa pasien dengan BE memiliki prognosis yang lebih buruk dan tingkat kematian yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak mengalami BE sehingga tinjauan pustaka ini bertujuan untuk membahas diagnosis, penanganan dan prognosis dari BE.
TINJAUAN TERKINI COVID-19 PADA MATA DAN KULIT
Syifa'Medika Vol 14, No 1 (2023): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v14i1.5848

Abstract

Pandemi COVID-19 telah mengakibatkan banyak morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Virus SARS-CoV2 terutama menular lewat droplet pernafasan, dan masuk ke tubuh menusia berikatan dengan reseptor Angiotensin-converting enzyme II (ACE2) melaui protein spike. Beberapa studi menemukan bahwa COVID-19 mungkin juga dapat menular melalui organ mata dan kulit, karena reseptor ACE2 yang juga terdapat di dalamnya. COVID-19 memiliki manifestasi yang bervariasi pada mata dan kulit, baik sebagai gejala awal penyakit atau gejala yang muncul selama rawat inap. Alat pelindung diri (APD) dan vaksinasi telah banyak digunakan dengan tujuan menghentikan penyebaran infeksi virus, dan sejumlah efek samping pada mata dan kulit telah dilaporkan dalam literatur. Tinjauan pustaka ini bertujuan memberikan telaah terkini dari manifestasi klinis serta komplikasi pencegahan dan vaksinasi COVID-19 pada mata dan kulit.
Perbedaan Hasil Pemeriksaan Hb Elektroforesis dengan One Tube Fragile Osmotic Test pada Pasien Talasemia di RSUD Majalaya
Syifa'Medika Vol 14, No 1 (2023): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v14i1.5776

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara dengan kasus talasemia cukup tinggi. Perlu dilakukan skrining untuk menghentikan atau mengurangi angka kejadian talasemia, antara lain salah satunya menggunakan pemeriksaan Hb elektroforesis dan One Tube Fragile Osmotic Test. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross-sectional. Penelitian dilakukan di RSUD Majalaya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien yang pernah melakukan pemeriksaan Hb elektroforesis menurut data rekam medis di RSUD Majalaya sejumlah 24 pasien. Data yang digunakan adalah rekam medis Hb Elektroforesis dan data hasil pemeriksaan One Tube Fragile Osmotic Test. Uji statistik menggunakan uji Chi-square. Hasil yang didapatkan menunjukan sebanyak 11 sampel (91,7%) dengan hasil pemeriksaan Hb Elektroforesis talasemia menunjukan hasil positif pada OTFOT dan sebanyak 1 sampel (8,3%) dengan hasil pemeriksaan Hb Elektroforesis talasemia tetapi menunjukan hasil negatif pada OTFOT. Ada pula didapatkan 9 sampel (75%) dengan hasil Hb elektroforesis yang menunjukan tidak talasemia dengan OTFOT positif dan 3 sampel ( 25 %) didapatkan hasil pemeriksaan Hb elektroforesis tidak talasemia dengan OTFOT negatif. Hasil uji Chi-square dengan p-value 0,590 (p>0.05) menunjukan tidak ada perbedaan antara hasil pemeriksaan Hb elektroforesis dengan hasil pemeriksaan One Tube Fragile Osmotic Test.
HUBUNGAN SCREEN TIME DENGAN DRY EYE PADA MAHASISWA KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
Syifa'Medika Vol 14, No 1 (2023): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v14i1.5867

Abstract

Prevelensi dry eye di Indonesia mencapai 27,5% dengan rentang usia ?21 tahun. Sejak diterbitkan peraturan Kemendikbud  36962/MPK.A/HK/2020 pembelajaran dilakukan secara online yang mengharuskan mahasiswa kedokteran untuk menggunakan perangkat digital seperti tablet, komputer, dan smartphone dalam waktu jangka lama sehingga meningkatkan screen time pada mahasiswa. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan screen time dengan dry eye pada mahasiswa kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. Metode penelitian ini observasional analitik desain cross sectional. Subjek penelitian adalah mahasiswa kedokteran yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Instrumen penelitian screen time dengan kuesioner dan dry eye dengan kuesioner OSDI dan Schirmer Test I. Uji statistik menggunakan korelasi chi square. Sebanyak 59 subjek penelitian, mayoritas berusia 21-25 tahun (91,5%), berjenis kelamin perempuan (62,7%), memiliki durasi screen time tinggi (69,5%), aktivitas dilakukan saat screen time  adalah komunikasi melalui media sosial dan mencari referensi tugas kuliah (49,2%), menggunakan alat media elektronik handphone (61%), aplikasi yang sering dibuka adalah whatsapp (55,9%), posisi tersering saat screen time yaitu duduk (61%), responden yang mengalami dry eye (57,4%). Uji chi square didapatkan nilai p value 0,002. Terdapat hubungan screen time dengan dry eye pada mahasiswa kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.

Page 1 of 1 | Total Record : 5


Filter by Year

2023 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 14, No 1 (2023): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 13, No 2 (2022): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 13, No 1 (2022): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 2 (2022): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 1 (2021): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 2 (2021): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 1 (2020): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 10, No 2 (2020): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 10, No 1 (2019): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 9, No 2 (2019): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 9, No 1 (2018): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 8, No 2 (2018): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 7, No 2 (2017): vol.7 no.2 Vol 8, No 1 (2017): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 7, No 2 (2017): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 7, No 1 (2016): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 6, No 2 (2016): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 6, No 1 (2015): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 5, No 2 (2015): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 5, No 1 (2014): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 4, No 2 (2014): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 4, No 1 (2013): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 3, No 2 (2013): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 3, No 1 (2012): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 2, No 2 (2012): syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 2, No 1 (2011): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 1, No 2 (2011): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 1, No 1 (2010): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan More Issue