cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Buletin Anatomi dan Fisiologi (Bulletin of Anatomy and Physiology)
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 25276751     EISSN : 25410083     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Volume 7, Nomor 2, Tahun 2022" : 12 Documents clear
Pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) Pada Berbagai Padat Tebar Dan Dengan Penambahan Aerator Muhammad Anwar Djaelani; Kasiyati Kasiyati; Sunarno Sunarno
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 2, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.2.2022.135-143

Abstract

Penelitian ini dirancang untuk melihat pengaruh aerasi dan kepadatan tempat hidup sebagai sumber stres terhadap pertumbuhan ikan nila merah (Oreochromis niloticus). Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial  dengan dua perlakuan, terdiri atas perlakuan dilengkapi dengan satu aerator dan perlakuan dolengkapi dengan dua aerator serta tiga tingkatan padat tebar 4,6,8 ekor ikan. Ikan nila merah dengan berat 4±0,5 g dipelihara dalam kontainer boks kapasitas 15 liter dengan volume air 8 liter. Ikan dipelihara selama 30 hari.  Variabel yang diamati adalah bobot ikan, Panjang dan tinggi ikan, serta bobot karkas dan kandungan protein daging ikan. Faktor lingkungan yang diamati meliputi Oksigen terlarut (DO), pH, suhu, kandungan ammonia, nitrit dan nitrat. Analisis data dikerjakan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dua arah. Analisis data dikerjakan dengan program SPSS versi 23. Perbedaan yang nyata antar perlakuan diuji dengan uji Beda NyataTerkecil (BNT). Beda nyata dievaluasi pada taraf P < 0.05. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan padat tebar sampai dengan dua kali lipat kapasitas normal dengan menggunakan satu aerator sebagai sumber oksigen terlarut menghambat pertumbuhan dan menurunkan bobot karkas dan kandungan protein daging ikan. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa padat tebar ikan masih bisa ditingkatkan sampai dengan dua kali lipat kapasitas normal dengan penambahan aerator sebagai peningkatan oksigen terlarut.This study was designed to examine the effect of aeration and density of living space as a source of stress on the growth of red tilapia (Oreochromis niloticus). The research design used in this study was a factorial Completely Randomized Design (CRD) with two treatments, consisting of treatment equipped with one aerator and treatment equipped with two aerator and three levels of stocking density of 4,6,8 fish. Red tilapia weighing 4±0.5 g was reared in a box container with a capacity of 15 liters with a volume of 8 liters of water. Fish were kept for 30 days. The variables observed were length and height of the fish,carcass weight and protein content of fish meat. Environmental factors observed included dissolved oxygen (DO), pH, temperature, ammonia, nitrite and nitrate content. Data analysis was carried out using two way analysis of variance (ANOVA). Data analysis was carried out using the SPSS version 23 program. Significant differences between treatments were tested using Least Significant Difference test (LSD). Significant differences were evaluated at the level of P < 0.05. The results showed an increase in stocking density up to twice the normal capacity by using an aerator as a source of dissolved oxygen inhibiting growth and reducing carcass weight and protein content of fish meat. In this study it can be concluded that the stocking density of fish can still be increased up to twice the normal capacity with the addition of an aerator as an increase in dissolved oxygen.
Kajian Anatomi-Histokimia Tangkai Daun dan Karakteristik Epidermis Pucuk Merah (Syzygium myrtifolium Walpp. – Myrtaceae) Nery Sofiyanti; Dyah Iriani; Asri Ria Lestari
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 2, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.2.2022.83-90

Abstract

Tanaman pucuk merah (Syzygium myrtifolium Walp.) merupakan salah satu tanaman  yang termasuk dalam famili Myrtaceae. Penelitian ini bertujuan melakukan kajian  anatomi-histokimia petiole dan karakteristik epidermis daun pucuk merah. Sampel yang diambil adalah daun pucuk merah yang sudah dewasa. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2022. Pembuatan preparat anatomi dilakukan dengan metode parafin, sedangkan uji histokimia dilakukan pada senyawa alkaloid, tanin, flavonoid, dan lipid dengan metode kualitatif. Pengamatan karakteristik epidermis dilakukan dengan metode paradermal. Hasil pengamatan anatomi penampang melintang petiole pucuk merah menunjukan bentuk  agak oval, membulat pada bagian dorsal dan bersayap pada bagian ventral. Kutikula terdapat di sebelah luar epidermis. Korteks terdiri dari lapisan hipodermis dan parenkim. Hipodermis tersusun dari 4 – 5 lapisan  sel-sel kolenkim memanjang, dan terdapat rongga sekresi berisi minyak. Parenkim tersusun dari 17 – 19 sel sel poligonal.  Berkas pembuluh berada di tengah dengan tipe bikolateral. Hasil uji histokimia petiole  menunjukkan hasil positif flavonoid, alkaloid, tanin, dan lipid. Stomata pucuk merah termasuk hipostomatik dengan tipe parasitik. Sel-sel epidermis poligonal dengan dinding sel bergelombang (undulate). Hasil kajian ini memberikan informasi tambahan mengenai anatomi, histokimia dari petiolus pucuk merah serta memberikan informasi karakteristik epidermis dan stomata tanaman ini. The red tip plant (Syzygium myrtifolium Walp.) belongs to Myrtaceae family. The aim of this study was to investigate the anatomical-histochemical of ptiole as well as epidermal chrakteristic of red tip plant. Leaf samples were collected sixth node from the top. This study had been conducted from April to June 2022. The anatomical preparation used paraffine method. Histochemistry test was carried out for alkaloid, tannin, flavonoid and lipid using qualitative method. Epidermal charateristic was observed using paradermal method. The anatomical result shows that the cross section of petiole of red tip plant is slightly ovale-shaped, with rounded part at dorsal side dan winged-part at ventral side. The outermost part is cuticle layer. Cortex is consisted of hipoderm and parenchyma layers. Hipoderm is arranged by 4 to 5 layers of elongated cholencym cells, with secretion structure or oil gland. Parenchym is consisted of 17 – 19 layers of polygonal cells. Vascular bundle is located in the center, with bicholateral type. The histochemistry test indicated positive content of flavonoid, alkaloid, tannin and lipid. The stomata of red tip plant is hypostomatic with paracytic type. The epiderm cells are polygonal with undulate cell walls.The result of this study provide the additional information of anatomy, histochemistry of petiole of red tip land, and also provide the information of epidermal characteristic of this plant.
Perbandingan Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) dan Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum x africanum Lour.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Mencit (Mus musculus L.) Hiperglikemia Antika Febiola Utami; Sutyarso Sutyarso; Sri Wahyuningsih; Nuning Nurcahyani
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 2, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.2.2022.91-100

Abstract

Hiperglikemia terjadi ketika keadaan kadar glukosa darah melebihi batas normal. Daun pepaya (Carica papaya L.) dan daun kemangi (Ocimum x africanum Lour.) dilaporkan mengandung senyawa yang berperan sebagai antihiperglikemia. Penelitian ini dilakukan karena dari beberapa khasus di Indonesia, penderita hiperglikemia cukup tinggi maka penelitian ini perlu dilakukan untuk memberikan informasi mengenai efektivias dari suatu tanaman herbal dalam menangai hiperglikemia.Tujuan penelitian untuk mengetahui perbandingan efektivitas pemberian ekstrak etanol daun pepaya dan daun kemangi dalam menurunkan kadar glukosa darah mencit hiperglikemia. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 25 ekor mencit dibagi dalam 5 kelompok perlakuan dan 5 kali ulangan. Kelompok perlakuan diantaranya, K(N) (tanpa perlakuan), K(-) (diinduksi aloksan ), K(+) (diinduksi aloksan dan diberi perlakuan dengan glibenklamid), P1 perlakuan 1 (diinduksi aloksan dan diberi perlakuan dengan ekstrak etanol daun pepaya), P2 perlakuan 2 (diinduksi aloksan dan diberi perlakuan dengan ekstrak etanol daun kemangi). Parameter yang diukur dalam penelitian ini yaitu berat badan dan kadar glukosa darah mencit. Data yang diperoleh dianalisis dengan one way ANOVA dan uji lanjut LSD pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bahan uji mampu menurunkan kadar glukosa darah mencit dengan persentase penurunan lebih efektif pada P2 sebesar 60,15% sedangkan P1 sebesar 53,32% . Hyperglycemia occurs when blood glucose levels exceed normal limits. Papaya (Carica papaya L.) and basil (Ocimum x africanum Lour.) leaves are reported to contain compounds that act as antihyperglycemic agents. This study was conducted because in some cases in Indonesia, people with hyperglycemia are quite high, so this study needs to be carried out to provide information about the effectiveness of an herbal plant in dealing with hyperglycemia. hyperglycemic mice blood. This study used a completely randomized design (CRD) with 25 mice divided into 5 treatment groups and 5 replications. The treatment groups included, K(N) (without treatment), K(-) (alloxan induced), K(+) (alloxan induced and treated with glibenclamide), P1 treatment 1 (alloxan induced and treated with ethanol extract of papaya leaves ), P2 treatment 2 (alloxan induced and treated with ethanol extract of basil leaves). The parameters measured in this study were body weight and blood glucose levels of mice. The data obtained were analyzed by one way ANOVA and LSD further test at the 5% level. The results showed that the administration of the test material was able to reduce blood glucose levels in mice with a more effective percentage reduction in P2 of 60.15% while P1 of 53.32%. 
Respon Pertumbuhan Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) yang diberi Perlakuan Jenis Pupuk Organik dan Anorganik pada Media Pasir Pantai Aliza Shamita; Yulita Nurchayati; Nintya Setiari
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 2, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.2.2022.101-109

Abstract

Lahan pasir pantai kurang dimanfaatkan sebagai lahan petanian karena miskin hara dan tidak dapat mengikat air. Lahan pasir pantai dapat dioptimalkan dengan penggunaan pupuk organik dan anorganik. Penelitian ini mengkaji penggunaan pupuk organik berbahan dasar Azolla maupun kotoran sapi dibandingkan dengan pupuk anorganik NPK pada media pasir pantai terhadap pertumbuhan tanaman tomat varietas Servo. Bibit tomat umur 4 minggu dipindahkan ke dalam polybag yang berisi pasir pantai dengan perlakuan jenis pupuk. Desain penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal yaitu 3 jenis pupuk dengan perbandingan pasir:pupuk yaitu 2:1, berupa pupuk organik Azolla, pupuk organik kotoran sapi dan pupuk anorganik NPK (20% Nitrogen, 10% Fosfor, 10% Kalium) masing-masing sebanyak 5 ulangan. Parameter penelitian meliputi tinggi tanaman, panjang akar, bobot segar, bobot kering, diameter batang dan jumlah daun. Data hasil penelitian diuji statistik dengan Analysist of Varian (ANOVA), kemudian dilanjutkan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk mempengaruhi pertumbuhan. Pupuk organik Azolla dan pupuk anorganik NPK meningkatkan diameter dan jumlah daun tanaman tomat, sedangkan pupuk organik berbahan dasar kotoran sapi meningkatkan panjang akar. Kesimpulan penelitian ini, pemberian pupuk organik Azolla dan pupuk anorganik NPK memberikan pengaruh lebih banyak terhadap  pertumbuhan pada media pasir pantai. Beach sandland underutilized as agricultural because it is poor in nutrients and cannot bind water. Sandland can be optimized with the use of organic and inorganic fertilizers. This study examined the use of organic fertilizers based on Azolla and cow dung compared to NPK inorganic fertilizers in beach sand media to the growth of servo variety tomato plants. Tomato seedlings aged 4 weeks are transferred into polybags containing beach sand with fertilizer type treatment. The research design uses a complete random design (RAL) single factor, namely 3 types of fertilizers with sand comparison: fertilizers that are 2: 1, in the form of Azolla organic fertilizers, cow dung organic fertilizers and NPK inorganic fertilizers (20% Nitrogen, 10% Phosphorus, 10% Potassium) each as much as 5 repetitions. Research parameters include plant height, root length, fresh weight, dry weight, stem diameter and number of leaves. The data was tested statistically with the Analysist of Varian (ANOVA), followed by the Duncan Multiple Range Test (DMRT) with a confidence level of 95%. The results showed that the treatment of this type of fertilizer affects growth. Azolla organic fertilizer and NPK inorganic fertilizer increase the diameter and number of leaves of tomato plants, while organic fertilizers based on cow dung increase the length of roots. Conclusion of this study, the provision of Azolla organic fertilizer and NPK inorganic fertilizers exerts more influence on growth in beach sand media.
Indeks Hepatosomatic Rattus norvegicus Hiperlipidemia Setelah Paparan Ekstrak Etanol Daun Azadirachta Indica Sri Isdadiyanto; Anggih Retno Pratiwi; Siti Muflichatun Mardiati
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 2, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.2.2022.110-119

Abstract

Pakan tinggi lemak terutama kolesterol dapat menyebabkan terjadinya hiperlipidemia, hal ini merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya penyakit perlemakan hepar non alkoholik. Azadirachta indica A. Juss (Mimba) merupakan tanaman herbal yang mengandung antioksidan, antihiperlipidemia, dan memiliki aktivitas hepatoprotektor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh paparan ekstrak etanol daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap hepatosomatic index (HSI) tikus putih (Rattus norvegicus L.) yang diberi diet tinggi lemak. Dua puluh empat ekor tikus putih dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan yaitu, P0 = kontrol normal, P1= kontrol negatif (diet tinggi lemak), P2 (diet tinggi lemak+simvastatin), P3 (diet tinggi lemak + dosis 75mg/ 200gBB), P4 (diet tinggi lemak+dosis 100mg/ 200gBB) dan P5 (diet tinggi lemak+ 125mg/ 200gBB). Penentuan HSI diperoleh dari bobot hepar dan bobot badan. Preparat dibuat  dengan metode paraffin dan pewarnaan HE. Data berat badan, berat hepar  dan hepatosomatic index yang homogen dan berdistribusi normal dianalisis secara statistik menggunakan ANOVA dilanjutkan dengan uji Duncan dengan taraf signifikansi 5% menggunakan software SPSS 16.0. Hasil analisis hepatosomatic index pada kelompok perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun mimba tergolong aman untuk digunakan sebagai obat herbal. Diets high in fat, especially cholesterol, can cause hyperlipidemia, this is one of the triggering factors for non-alcoholic fatty liver disease. Azadirachta indica A. Juss (Neem) is an herbal plant that contains antioxidants, antihyperlipidemia, and has hepatoprotective activity. This study aims to determine the effect of exposure to ethanolic extract of neem leaves (Azadirachta indica A. Juss) on the hepatosomatic index (HSI) of white rats (Rattus norvegicus L.) fed a high-fat diet. Twenty-four white rats were divided into 6 treatment groups, namely, P0 = normal control, P1 = negative control (high fat diet), P2 (high fat diet + simvastatin), P3 (high fat diet + 75mg/200gBW dose), P4 (high-fat diet + dose of 100mg/200gBW) and P5 (high-fat diet+125mg/200gBW). Determination of HSI was obtained from liver weight and body weight. Data on body weight, liver weight and hepatosomatic index which were homogeneous and normally distributed were statistically analyzed using ANOVA followed by Duncan's test with a significance level of 5% using SPSS 16.0 software. The results of the analysis of the hepatosomatic index in the treatment group showed no significant difference (p>0.05). So it can be concluded that the administration of neem leaf ethanol extract is safe for use as herbal medicine.
Pengaruh Lama Aerasi yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Populasi dan Kualitas Warna dari Kutu Air Raksasa (Daphnia magna) Pierre Charismanuel Gideon; Sucahyo Sucahyo; Susanti Pudji Hastuti
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 2, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.2.2022.66-74

Abstract

Salah satu pakan alami yang paling baik dalam budidaya perikanan adalah D. magna yang sudah banyak dibudidayakan dan dapat diambil langsung dari alam, namun belum cukup dalam memenuhi kebutuhan. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan populasi dan kualitas warna dari D. magna berdasarkan lama aerasi sehingga dapat mengetahui lama aerasi yang paling optimal untuk kultur D. magna. Penelitian ini dilaksanakan dengan membuat tiga faktor perlakuan dan satu faktor kontrol. Faktor kontrol adalah tanpa aerasi, faktor A dengan aerasi 3 jam/hari, faktor B dengan aerasi 6 jam/hari, dan faktor C dengan 24 jam aerasi. Masing – masing faktor memiliki 3 kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama waktu aerasi 3 jam/hari adalah faktor paling optimal dalam menunjang pertumbuhan populasi D. magna dan faktor kontrol yaitu tanpa pemberian aerasi paling optimal dalam menunjang warna D. magna. Hasil analisis data dalam uji Friedman menunjukkan adanya perbedaan pengaruh pada pertumbuhan D. magna. Hasil pengukuran kualitas air menunjukan kadar DO cenderung turun bahkan melewati batas minimum, namun pada faktor C kadar DO masih dalam kadar optimal. Suhu berkisar 24.1 – 30.6 ℃ dan pH berkisar 6.3 – 7.0. Kondisi ini masih dalam kisaran optimum untuk kultur D. magna.  One of the best natural feeds in aquaculture is D. magna which has been widely cultivated and can be taken directly from nature, but is not sufficient to meet the needs. For this reason, this study aims to determine the effect of population growth and color quality of D. magna based on aeration time so that can determine the most optimal aeration time for D. magna culture. This research was conducted by making three treatment factors and one control factor. The control factor was without aeration, factor A with aeration 3 hours/day, factor B with aeration 6 hours/day, and factor C with 24 hours aeration respectively. Each factor has 3 repetitions. The results showed that aeration time of 3 hours/day was the most optimal factor in supporting the growth of D. magna population and the control factor without aeration was the most optimal in supporting the color of D. magna. The results of data analysis in the Friedman test showed there were different effect on the growth of D. magna. The results of water quality measurements show that DO levels tend to fall even past the minimum limit, but in factor C, DO levels are still in optimal levels. The measurement of temperature ranges from 24.1 – 30.6 and the pH ranges from 6.3 – 7.0. This condition was still in the optimum range for D. magna culture
Gambaran Histologi Ren Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) yang Diinduksi Insulin. Silvana Tana; Melia Nourmalitasari Shivaluhung; Teguh Suprihatin
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 2, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.2.2022.126-134

Abstract

Prevalensi prediabetes meningkat setiap tahunnya dan diprediksi lebih dari 470 juta orang mengalami prediabetes pada tahun 2030. Induksi insulin eksogen secara terus-menerus menyebabkan resistensi insulin yang berujung pada kenaikan kadar glukosa darah yang dapat berefek pada histologi ren. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histologi ren yang meliputi bobot ren, tebal kapsula Bowman, ukuran sel tubulus proksimal, ukuran sel tubulus distal, dan indeks ren setelah diinduksi dengan insulin eksogen. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan di Laboratorium Biologi Sktruktur dan Fungsi Hewan dan di kandang hewan uji, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro. Penelitian ini menggunakan 21 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan dan 7 ulangan. P0 (kontrol), P1 (diiduksi insulin glargine 1,80 IU/200gBB/hari selama 14 hari), dan P2 (diinduksi insulin glargine 1,80 IU/200gBB/hari selama 28 hari).  Insulin glargine diinjeksikan melalui subkutan dengan menggunakan xiulin pen. Preparat histologi ren dibuat dengan metode parafin dan pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Pengamatan preparat menggunakan alat fotomikrograf.  Data penelitian kemudian dianalisis dengan uji Anova. Hasil uji Anova menunjukkan antar perlakuan berbeda tidak nyata. Kesimpulan dari penelitian ini adalah induksi insulin 1,80 IU/200gBB/hari selama 14 hari dan 28 hari tidak berpotensi menyebabkan perubahan pada struktur histologi ren tikus putih.  The prevalence of prediabetes increases every year and it is predicted that more than 470 million people will experience prediabetes in 2030. Continuous exogenous insulin induction causes insulin resistance which leads to an increase in blood glucose levels which can have an effect on renal histology. This study aims to determine the histology of the ren, which includes renal weight, Bowman's capsule thickness, proximal tubular cell size, distal tubular cell size, and ren index after being induced with exogenous insulin. This research was carried out for 6 months at the Laboratory of Structural and Functional Biology of Animals and in the cages of test animals, Department of Biology, Faculty of Science and Mathematics, Diponegoro University. This study used 21 white rats which were divided into 3 treatment groups and 7 replications. P0 (control), P1 (induced by insulin glargine 1.80 IU/200gBW/day for 14 days), and P2 (induced by insulin glargine 1.80 IU/200gBW/day for 28 days). Insulin glargine is injected subcutaneously using a xiulin pen. Renal histology preparations were made by paraffin method and Hematoxylin-Eosin staining. Observation of preparations using a photomicrograph. The research data were then analyzed by the Anova test. The results of the Anova test showed that the differences between treatments were not significantly different. The conclusion of this study was that insulin induction of 1.80 IU/200gBW/day for 14 days and 28 days did not have the potential to cause changes in the histological structure of the white rat's kidney.
Pengaruh Paparan Aerosol Rokok Elektrik Terhadap Profil Hematologis Rattus norvegicus Natasha Fiorentina Kusumawati; Tetri Widiyani; Shanti Listyawati
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 2, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.2.2022.75-82

Abstract

 Rokok elektrik (RE) merupakan inovasi terbaru rokok yaitu tanpa proses pembakaran tar dan tembakau dan dianggap lebih aman dibandingkan rokok konvensional. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh paparan aerosol RE terhadap profil hematologis tikus putih (Rattus norvegicus) yang meliputi kadar hemoglobin, eritrosit, leukosit serta jenis leukosit. Dalam penelitian ini hewan uji Rattus norvegicus dibagi menjadi 4 kelompok dengan perlakuan yang berbeda yaitu diberi 0x paparan/hari (kontrol); 1x paparan/hari, 2x paparan/hari, dan 3x paparan/hari selama 14 hari. Setiap paparan dilakukan selama 5 menit (10 kali hembusan). Sampel darah diambil pada hari ke-0, hari ke-7 dan ke-14 melalui sinus orbitalis. Jumlah eritrosit dan leukosit dihitung dengan metode hitung bilik Neubauer. Kadar hemoglobin ditentukan menggunakan metode Sahli, dan persentase jenis leukosit dihitung dari preparat apus darah dengan pewarnaan Giemsa. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kadar hemoglobin dan jumlah eritrosit yang sejalan dengan peningkatan frekuensi dan durasi paparan RE sebagai kompensasi dari kondisi hipoksia. Jumlah leukosit juga cenderung meningkat, tetapi peningkatannya tidak linier dengan peningkatan frekuensi dan durasi paparan RE. Persentase limfosit, monosit dan eosinofil dibandingkan kontrol cenderung meningkat sedangkan persentase neutrofil cenderung menurun. Dengan demikian paparan RE dapat mempengaruhi profil hematologis hewan uji.   E-cigarettes are the latest innovations of cigarettes without process of burning tar and tobacco. They are considered safer than conventional cigarettes. The purpose of this study was to determine the effect of e-cigarette aerosol exposure on the hematological profiles of Wistar rats (Rattus norvegicus). Rats were exposed to e-cigarette aerosol in different frequencies: 0x (control); once; twice; and 3x exposure/day. The experiment was ended on day 14th. Blood samples were taken through the orbital sinus on the day 0, 7th and 14th. Erythrocyte and leucocyte numbers were measured in Neubauer chamber count. Hemoglobin levels was determined by using Sahli method, and the percentage of leukocyte types was calculated based on Giemsa stained blood smear preparations. Data were analyzed descriptively. The results showed that hemoglobin levels and erythrocyte numbers tend to increase in line to the e-cigarette aerosol exposure as a compensation for hypoxic conditions. The leukocyte numbers also tends to increase, although the increase is not in line to the increase of exposure frequency and duration. The percentage of lymphocytes, monocytes and eosinophils tend to increase compared to the control group, while the percentage of neutrophils tends to decrease. Thus e-cigarette aerosol  exposure affected the haematological profiles of rats 
Profil Anatomi Daun Planlet Pisang Kepok Hasil Induksi Mutagen Alami Secara In Vitro Eti Ernawiati; Lili Chrisnawati
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 2, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.2.2022.120-125

Abstract

Pisang Kepok memiliki keragaman aksesi/kultivar yang tinggi, namun pengembangan kultivar belum banyak dikaji. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasikan struktur anatomi daun sebagai karakter penanda pisang Kepok poliploid dengan pemberian  ekstrak umbi kembang sungsang sebagai mutagen alami untuk pengembangan kultivar unggul melalui perakitan secara in vitro. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor.  Faktor 1 terdiri dari ekstrak air umbi kembang sungsang (10%), larutan kolkisin murni (0,1%) sebagai kontrol positif dan tanpa diberi penambahan (0%) sebagai kontrol negatif. Faktor 2 terdiri dari Kepok Abu, Kepok Batu dan Kepok Kuning. Semua kombinasi perlakuan diulang 5   kali. Data dianalisis ANAVA dan jika ada perbedaan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5%. Hasil pengamatan menunjukkan pemberian kolkisin pada media kultur dapat menginduksi munculnya planlet pisang poliploid jika dilihat dari penambahan ukuran sel epidermis dan stomata serta menurunkan indeks stomata. Namun, ekstrak umbi kembang sungsang 10% belum mampu menginduksi munculnya planlet poliploid. Pisang Kepok kuning memiliki respon lebih baik terhadap pemberian mutagen dibandingkan Kepok abu dan batu. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kolkisin 0,1% mampu menginduksi planlet pisang Kepok poliploid.  Pisang Kepok has a high diversity of accessions/cultivars, but cultivar development has not been widely studied. This study aims to identify the anatomical structure of the leaves as markers of polyploid Kepok bananas with the addition of flame lily tuber extract as a natural mutagen for the development of superior cultivars through in vitro assembly. The study was arranged in a completely randomized design with two factors. Factor 1 consisted of water extract of flame lily bulbs (10%), pure colchicine solution (0.1%) as a positive control and no addition (0%) as a negative control. Factor 2 consists of Kepok Abu, Kepok Batu and Kepok Kuning. All treatment combinations were repeated 5 times. The data were analyzed by ANAVA and if there was a difference, it was continued with the DMRT test at the 5% level. The results showed that the addition of colchicine to the culture media could induce the emergence of polyploid banana plantlets when observed from the increase in the size of the epidermal and stomata cells and decrease the stomatal index. However, 10% flame lily tuber extract was not able to induce the emergence of polyploid plantlets. Kepok  Kuning bananas had a better response to mutagens than Kepok Abu and Kepok Batu bananas. From these results it can be concluded that 0.1% colchicine was able to induce polyploid Kepok banana plantlets.
Penghambatan Perkecambahan dan Pertumbuhan Kecambah Tagetes erecta pada Media Mengandung Kromium Heksavalen Juliana Sarioa; Sri Kasmiyati; Susanti Puji Hastuti
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 2, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.2.2022.144-152

Abstract

Perkecambahan biji merupakan fase kritis yang menentukan kelangsungan hidup dan toleransi tanaman pada lingkungan tercemar logam berat. Krom heksavalen (Cr6+) adalah salah satu logam berat yang bersifat toksik bagi tumbuhan. Tujuan penelitian mengetahui efek Cr6+ terhadap perkecambahan biji dan pertumbuhan kecambah Tagetes erecta. Uji perkecambahan biji dan pertumbuhan kecambah dilakukan secara eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan konsentrasi Cr6+ (K2CrO4) meliputi 0 (kontrol), 5, 25, dan 50 mg/L. Jumlah biji berkecambah diamati setiap hari selama 10 hari dan digunakan untuk menentukan persentase perkecambahan dan indeks vigor kecambah. Pertumbuhan kecambah ditentukan berdasarkan panjang radikula dan panjang epikotil, dan bobot kering kecambah pada akhir penelitian. Cr6+ mempengaruhi secara signifikan perkecambahan dan pertumbuhan kecambah T. erecta.  Konsentrasi Cr6+ sebesar 5, 25 dan 50 mg/L menurunkan secara signifikan (p<0,05) persentase perkecambahan, indeks vigor kecambah, panjang radikula, panjang epikotil, dan bobot kering kecambah. Bobot kering kecambah T. erecta pada perlakuan Cr6+ 25 mg/L meningkat signifikan dibanding kontrol dan perlakuan Cr6+ lainnya, karena meskipun pertumbuhan memanjang epikotil dan radikulanya terhambat, namun diameter epikotil dan radikulanya tumbuh lebih besar dan lebih tebal sehingga mendukung lebih besarnya bobot kering. Hasil penelitian diharapkan mendukung pengembangan potensi dan pemanfaatan T. erecta sebagai agen fitoremediasi Cr. Seed germination is a critical phase that determines plant survival and tolerance in heavy metal polluted environments. Hexavalent chromium (Cr6+) is a heavy metal that is toxic to plants. The aim of this study was to determine the inhibition effect of Cr6+ on the germination and sprout growth of Tagetes erecta. The seed germination and sprout growth tests were carried out experimentally using a completely randomized design with 4 concentrations of Cr6+ (K2CrO4) treatment including 0 (control), 5, 25, and 50 mg/L. The number of seeds that germinated was observed every day for 10 days, used to determine the percentage of germination and seedling vigor index. The sprout growth was determined based on radicle length and epicotyl length, and dry weight of sprouts at the end of the study. Cr6+ significantly affected the germination and sprouts growth of T. erecta. The Cr6+ concentrations of 5, 25 and 50 mg Cr6+/L significantly reduced (p<0.05) germination percentage, seedling vigor index, radicle length, epicotyl length, and wet weight of sprouts. The dry weight of T. erecta sprouts in the Cr6+ 25 mg/L treatment increased significantly compared to the control and other Cr6+ treatments, because although the elongation of the epicotyl and radicle was inhibited, the diameter of the epicotyl and radicle grew larger and thicker thus supporting a greater dry weight. These results are expected to support the potential development and utilization of T. erecta as a phytoremediation agent for Cr. 

Page 1 of 2 | Total Record : 12