cover
Contact Name
Darwanto
Contact Email
bawal.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
bawal.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap
ISSN : 19078229     EISSN : 25026410     DOI : -
Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap dipublikasikan oleh Pusat Riset Perikanan yang memiliki p-ISSN 1907-8226; e-ISSN 2502-6410 dengan Nomor Akreditasi RISTEKDIKTI: 21/E/KPT/2018, 9 Juli 2018. Terbit pertama kali tahun 2006 dengan frekuensi penerbitan tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan April, Agustus, Desember. Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap memuat hasil-hasil penelitian bidang “natural history” (parameter populasi, reproduksi, kebiasaan makan dan makanan), lingkungan sumber daya ikan dan biota perairan.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 2 (2010): (Agustus 2010)" : 8 Documents clear
KOMPOSISI UKURAN, PERBANDINGAN JENIS KELAMIN, DAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN TODAK BERPARUH PENDEK (Tetrapturus angustirostris) DI SAMUDERAHINDIA Dian Novianto; Budi Nugraha; Andi Bahtiar
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.793 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.2.2010.123-128

Abstract

Ikan todak berparuh pendek atau ikan tumbuk atau shortbill spearfish (Tetrapturus angustirostris) merupakan salah satu hasil tangkapan sampingan rawai tuna. Informasi mengenai ikan todak berparuh pendek seperti komposisi ukuran, perbandingan kelamin, dan tingkat kematangan gonadsangat terbatas. Tulisan ini bertujuan untuk menyajikan data dan informasi mengenai aspek biologi ikan todak berparuh pendek yang merupakan hasil tangkapan sampingan dari rawai tuna yang beroperasi di Samudera Hindia. Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai Desember 2008 di perairan Samudera Hindia. Hasil penelitian menunjukan bahwa ikan todak berparuh pendek memiliki kisaran panjang tubuh 135-175 cmLJFL dan modus pada kisaran 155-165 cmLJFL.Perbandingan jenis kelamin ikan jantan dan betina 1:13,5, berdasarkan atas hasil uji chi-square menunjukan bahwa rasio ikan jantan dan betina pada periode penelitian ini tidak seimbang. Pada bulan September ikan todak berparuh pendek betina didominansi oleh tingkat kematangan gonad IIsebesar 66,7%, bulan Oktober oleh tingkat kematangan gonad V sebesar 46,2%, bulan Nopember oleh tingkat kematangan gonad II sebesar 53,3%, sedangkan pada bulan Desember oleh tingkat kematangan gonad III sebesar 42,9%. Pada bulan Nopember sampai Desember terlihat bahwa tingkat kematangan gonad V mulai berkurang, hal ini menunjukan bahwa pada bulan Nopember sampai Desember diduga banyak ikan todak berparuh pendek betina yang sudah memijah. Shortbill Spearfish (Tetrapturus angustirostris) is one of bycatch of tuna longline. Information about shortbill spearfish on the size composition, sex ratio, and maturity stage is still very limited. The objective this paper is to present the data and information about shortbill spearfish which is a bycatch of tuna longline that operated in the Indian Ocean. Research was conducted during September until December 2008 in Indian Ocean. The results showed that the shortbill spearfish have body length about 135-175 cmLJFL and modes in 155-165 cmLJFL. Sex ratio of the male and female was 1:13.5. Based on chi-square test showed that the ratio of male and female in the period of the study was not balanced. In September, the female stage maturity was dominated by level II of 66.7%, October by level V of 46.2%, November by level II of 53.3%, and December by level III of 42.9%. During November until December showed that the maturity stage of level V was decreased, this shows that in this time the female of shortbill spearfish was spawned.
ANALISIS HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN PENDUGAAN PARAMETER PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI WADUK IR. H. DJUANDA Masayu Rahmia Anwar RahmiaAnwar Putri; Didik WahjuHendro Tjahjo
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.47 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.2.2010.85-92

Abstract

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu ikan introduksi yang mulai mendominansi hasil tangkapan ikan di Waduk Ir. H. Djuanda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang bobot dan menduga parameter pertumbuhan dari ikan nila di Waduk Ir. H. Djuanda. Contoh ikan didapatkan selama bulan Pebruari sampai Nopember 2008. Data panjang dan bobot ikan dianalisis hubungan panjang bobotnya dan ditentukan parameter pertumbuhannya dengan menggunakan program FISAT II. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan ikan nila di Waduk Ir. H. Djuanda bersifat allometrik negatif dengan persamaan W=0,129L2,4608,yang menandakan pertambahan bobotnya tidak secepat pertambahan panjangnya (b<3) dengan faktor kondisi 1,15.Ukuran panjang ikan yang tertangkap berkisar antara 11-41 cm. Hasil pendugaan parameter pertumbuhan diperoleh L=44,10 cm, K=0,72 (per tahun), dengan Z=2,4, M=1,34, F=1,06, dan E=0,44. Nile tilapia (Oreochromis niloticus) is one of introduction fishes that begin to dominate yield of fish capture at Ir. H. Djuanda Reservoir. The aim of this research was to know the length weight relationship and growth parameters estimation of nile tilapia at Ir. H. Djuanda Reservoir. The samples were collected during February until November 2008. The length and weight data of nile tilapia were analyzed its length weight relationship and the growth parameters were evaluated by FISAT II. The research shows that the characteristic of nile tilapia growth’s at Ir. H. Djuanda Reservoir was allometric negative with similarity W=0.129L2.4608, that indicated the increasing of weight from this fish not fast as its length (b<3) with the condition factor of it was 1.15. The range measure of fish length that captured was 11-41 cm. The results from growth parameters estimation were L=44.10 cm, K=0.72 (per year), with Z=2.4, M=1.34, F=1.06, and E=0,44.
BIOLOGI REPRODUKSI TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) YANG TERTANGKAP DI SAMUDERA HINDIA Ria Faizah; Budi Iskandar Prisantoso
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1595.436 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.2.2010.129-137

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai aspek reproduksi ikan tuna mata besar (Thunnus obesus) di perairan Samudera Hindia. Sebanyak 42 contoh gonad dari ikan tuna mata besar yang tertangkap perairan Samudera Hindia antara bulan Maret sampai Oktober 2008 digunakan dalam penelitian ini. Pengamatan meliputi struktur morfologi gonad ikan, perkembangan gonad, diameter telur, dan fekunditas. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ikantuna mata besar yang tertangkap memiliki tingkat kematangan gonad I, II, dan IV. Nilai gonado somatic index rata-rata tuna mata besar semakin meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad. Musim pemijahan untuk tuna mata besar diduga terjadi pada bulan Oktober. Tuna mata besarmemiliki fekunditas antara 8.163.715-10.365.317 butir dan memiliki pola pemijahan berganda. The objective of this research is to study the reproductive biology of big eye tuna (Thunnus obesus) from Indian Ocean. A numbers of 42 gonad samples were taken from fresh individuals captured in the Indian Ocean during period of March until October 2008. The observation comprised of morphological structure of gonad, gonad development, oocytes diameter, and batch fecundity. The results showed that the gonad maturity stages of big eye tuna were ranged from immature (the gonad maturity stage of I and II) to mature (the gonad maturity stage of IV), and the gonado somatic index value increase along with increase of gonad maturity. Spawning season for big eye tuna estimated was in October, range of fecundity were 8.163.715-10.365.317 oocytes, and the spawning type waspartial spawned.
ASPEK MORFOLOGI, REPRODUKSI, DAN PERILAKU PENYU HIJAU (Chelonia mydas) Di PANTAI PANGUMBAHAN, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT Adriani Sri Nastiti Krismono; Achmad Fitriyanto; Ngurah Nyoman Wiadnyana
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1118.107 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.2.2010.93-101

Abstract

Penyu hijau (Chelonia mydas) termasuk dalam phylum Chordata dan famili Cheloniideae. Jumlah penyu hijau yang singgah ke Pantai Pangumbahan untuk bertelur semakin menurun karena tidak terkendalinya masyarakat melakukan penangkapan induk penyu dan pengambilan telurnya. Penelitian tentang morfologi, reproduksi, dan perilaku penyu hijau sebagai salah satu dasar pengelolaan telah dilakukan di Pantai Pangumbahan pada bulan Agustus 2008. Metode penelitian yang digunakan pengambilan contoh berstrata. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2008 (pada saat puncak peneluran). Parameter yang diamati antara lain ukuran penyu dari 89 ekor jumlah penyu bersarang, jumlah telur dan tingkat penetasan, serta perilaku pada saat penyu bertelur. Hasil penelitian menunjukan yang diamati diperoleh panjang karapas berkisar antara 97-15 cm dan lebar karapas 83,5-108 cm, jumlah penyu naik ke pantai 89 ekor dan penyu yang bertelur 39 ekor. Jumlah telur penyu hijau berhasil dihitung 80-105 butir per induk penyu. Bulan Agustus 2008 merupakan puncak musim peneluran. Kegiatan peneluran penyu hijau dibagi menjadi enam tahap. Upaya konservasi yang sudah dilakukan adalah penetasan telur penyu semi alami, restocking tukik, dan menjaga keamanan sarang telur penyu. Green turtles (Chelonia mydas), including the phylum Chordata and families Cheloniideae. The number of green turtles come to lay eggs Pangumbahan beach to decline because of increasingly unmanageable public do making arrests turtles brood stock and their eggs. Research on the morphology, reproduction, and behavior of green turtles as one of the basic management has been conducted on the Pangumbahan Beach in August 2008. The method used stratified sampling. The experiment was conducted in August 2008 (at the peak of nesting). Other parameters were observed between the size of the 89 tail number of turtles nesting turtles, the number of eggs and hatching rate and behavior during turtle nesting. Results obtained showed that the observed length ranges from 97- 15 cm carapace and carapace width from 83.5-108 cm, the number went up to the beach 89 sea turtle and sea turtle nesting tail as much as 39 tails. The number of green turtle eggs had counted as many as 80-105 eggs per turtles brood stock. Month August 2008 is the peak nesting season of green turtle nesting activities are divided into six stages. Conservation efforts that have been done is semi natural turtle hatchery, restocking hatchlings, and nest of turtle eggs to maintain security.
KEPADATAN DAN KONDISI HABITAT KERANG KIMA (CARDIIDAE: TRIDACNINAE) DI BEBERAPA LOKASI DI PERAIRAN SULAWESI UTARA Ucu Yanu Arbi
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.514 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.2.2010.139-148

Abstract

Kima merupakan salah satu jenis kerang laut yang telah dieksploitasi oleh nelayan Sulawesi Utara dalam skala besar karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan dan kondisi habitat kerang kima di perairan Sulawesi Utara pada tahun 2007-2009. Daerah penelitian ini meliputi perairan Bitung, Pulau Lembeh, Taman Nasional Bunaken, Likupang, Pulau Talise, Kepulauan Sangihe, dan Kepulauan Talaud. Pengambilan data dilakukandengan metode rapid reef resources inventory dan metode kuadrat transek garis. Ditemukan 1.064 individu kima yang terdiri atas tujuh jenis, yaitu Tridacna crocea, Tridacna squamosa, Tridacna maxima, Tridacna derasa, Tridacna gigas, Hippopus hippopus, dan Hippopus porcelanus. Kepadatan kimasecara keseluruhan di lokasi penelitian rata-rata 0,53 ind./m2. Kepadatan tertinggi adalah jenis Tridacna crocea (rata-rata 0,32 ind./m2), sedangkan terendah adalah jenis Tridacna gigas, Tridacna derasa, dan Hippopus porcelanus (0,01 ind./m2). Giant clam is one of the sea shells that have been exploited by the fisherman of North Sulawesi, a large scale because it has a high economic value. This study aims to determine the distribution and density of giant clams in North Sulawesi waters in 2007-2009. Research conducted in the waters of Bitung, Pulau Lembeh, Bunaken National Park, Likupang, Talise Island, Sangihe Islands, and Talaud Islands. Data retrieval is done by the rapid reef resources inventory method and the quadrat line transect method. 1.064 individual of giant clams was found consisting of seven species, there are Tridacna crocea, Tridacna squamosa, Tridacna maxima, Tridacna derasa, Tridacna gigas, Hippopus hippopus and Hippopus porcelanus. Density of giant clams density is 0,53 ind./m2. The highest density of individuals is Tridacna crocea (0,32 ind./m2), while the lowest is Tridacna gigas, Tridacna derasa and Hippopus porcelanus (0.01 ind./m2).
PENGARUH PERAMBANAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) OLEH IKAN KOAN (Ctenopharyngodon idella) TERHADAP KESUBURAN (N, P) DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI DANAU LIMBOTO Krismono Krismono; M. F. Rahardjo M. F. Rahardjo; Enang Harris; Endi Setiadi Kartamihardja
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.616 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.2.2010.103-113

Abstract

Pengendalian gulma air eceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan ikan koan (Ctenopharyngodon idella) akan meningkatkan kesuburan perairan sebagai akibat sekresi dari ikan koan yang dikeluarkan di air. Penelitian mengenai pengaruh perambanan eceng gondok oleh ikan koan terhadap kesuburan perairan, N, P, dan kelimpahan fitoplankton di Danau Limboto perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perambanan ikan koan terhadap kesuburan perairan (N, P) dan kelimpahan fitoplankton di Danau Limboto. Metode penelitian dilakukan dengan percobaan menggunakan perlakuan pakan eceng gondok pada ikan koan. Rancanganpercobaan dengan rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan dan satu kontrol. Hasil penelitian menunjukan bahwa laju perambanan ikan koan dengan kepadatan 100, 200, dan 400 ekor dengan biomassa eceng gondok 10 kg mempengaruhi peningkatan produktivitas perairan atau kesuburan (N dan P) dan kelimpahan fitoplankton. Kepadatan ikan koan 200 ekor adalah kepadatan yang paling efektif untuk pengendalian eceng gondok dibanding kepadatan 100 dan 400 ekor. To control of waterhyacinth (Eichhornia crassipes) using grass carp (Ctenopharyngodon idella) was fertilized in waters because of excresi of grass carp. The research is to knowed effect of grazing of grass carp to waterhyasinth to productivity and abundance of phytoplankton in Limboto Lake. Reseach Metodology is used experiment with rendom completed desaign with three treatmen with three replycation and one kontrol. The result each showed treatmen of stocking density 100, 200, 400 fish each cage, and fitoplankton abundance, stocking density 200 fish is cage increasing productivity, fitoplnkton abundance of lake. The treatmen stocking density 200 each cage Increased productivity of lake most effective to control waterhyacinth than stocking density 100 and 400 fish/cage.
KONDISI LINGKUNGAN DAN TERUMBU KARANG DI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU Andri Warsa; Baiq Ida Purnawati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.538 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.2.2010.115-121

Abstract

Kawasan Kepulauan Seribu merupakan bagian dari wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, terletak pada posisi geografis antara 106°25’-106°40’ BT dan 05°24’-05°45’ LS. Daerah perlindungan laut adalah daerah yang ditutup secara permanen di mana semua kegiatan penangkapan ikan dan kegiatan lain dilarang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi lingkungan di daerah tersebut pada bulan April dan Juli 2007. Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan dengan metode transek garis (line intercept transect) sepanjang 50 m sejajar garis pantai dan pengamatan kondisi oseanografi lima stasiun pengamatan. Hasil penelitian menunjukan kondisi oseanografi di daerah perlindungan laut Pulau Pramuka layak untuk kehidupan biota laut dengan konsentrasi oksigenterlarut berkisar antara 2,55-4,19 mg/L, salinitas berkisar antara 32-32,5o/oo, kecerahan berkisar antara 2-10 m, dan derajat keasaman (pH) berkisar antara 7,85-7,99. Kondisi kesehatan karang adalah sedang dan baik dengan persentase tutupan karang berkisar antara 30-75%. Seribu Islands region located at 106°25’-106°40’ E and 05°24’-05°45’ S which is a part of Jakarta Province. Marine protected area is a closed site permanently where extractive activity is prohibited, mainly fishing activity and the aim of this program is to conserve coastal resource. The aim of this research was to know environmental condition of Pramuka Island marine protected area at Seribu Islands. The research was done at marine protected area of Pramuka Island in April and July 2007. Monitoring of coral reef ecosystem was done with line intercept transect method along 50 m parallel with shore line and oceanography condition at 5 stations. The result of this research shown that oceanography condition at marine protected area of Pramuka Island was suitable for marine biota life with dissolved oxygen between 2.55-4.19 mg/L, salinity between 32-32.5o/oo, transparency between 2- 10 m, and pH between 7.5-7.99. Coral reef healthy condition is medium and good with percent covered between 30-75%.
LAJU DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DAN PRODUKSI INVERTEBRATA AIR DI SUAKA PERIKANAN TELUK RASAU, SUMATERA SELATAN Husnah Husnah; Dessy Arisna
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.212 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.2.2010.71-83

Abstract

Pembukaan lahan di lahan banjiran untuk berbagai kepentingan, mempengaruhi morfologi, siklus hidrologi, dan karakteristik fisika kimia air seperti input dan dekomposisi bahan organik yang akhirnya akan mempengaruhi struktur organisme invertebrata air dan produksi ikan di rawa banjiran. Penelitian ini bersifat percobaan lapangan yang bertujuan untuk mengetahui laju dekomposisi bahan organik dan produksi invertebrata air dilakukan di tiga stasiun di Teluk Rasau, Sumatera Selatan pada bulan September sampai Nopember 2009. Laju dekomposisi bahan organik dan produksi invertebrata air dilakukan dengan metode jaring kantong (litter bag) berukuran 20x10 cm dengan ukuran mata jaring2 mm. Daun dari tumbuhan yang dominan yaitu pohon serpang (Caesalpina sappan) yang hampir gugur dikumpulkan dan ditimbang bobot keringnya, dan 5 g dari daun tersebut dimasukan ke dalam jaring kantong. Pada masing-masing (stasiun) percobaan diletakan 40 kantong jaring dengan posisi20 kantong diletakan pada kedalaman air 0 m (perbatasan air dan darat) dan 20 kantong pada kedalaman 75 cm. Kantong diikatkan tiang kayu dan ditenggelamkan dengan menggunakanpemberat. Pengukuran jumlah bahan organik yang terdekomposisi dan produksi makrozoobenthos dilakukan pada minggu ke-2, 4, 6, 8, dan 10, dengan cara mengangkat empat kantong plastik pada masing-masing kedalaman. Contoh air diambil pada kedalaman 1 m dari dasar perairan denganmenggunakan kemmerer water sampler. Sebagian contoh dianalisis di lapangan (kedalaman air, kecerahan, suhu, pH, dan oksigen terlarut) dan sebagian lagi akan dianalisis di laboratorium (dissolved organic carbon, nitrogen total, dan fosfor total. Persentase serasah daun serpang yang terdekomposisiselama 10 minggu pada kisaran 40-55%. Koefisien laju dekomposisi serasah daun serpang pada muara Teluk Rasau yang berhubungan dengan Sungai Lempuing pada kedalaman 0 cm (k=0,1586) lebih rendah dari stasiun lainnya baik pada kedalaman 0 cm ataupun 75 cm (k=0,2076-0,2566). Produksi makrozobenthos di muara Teluk Rasau yang berhubungan dengan Sungai Lempuing baik pada kedalaman 0 cm ataupun 75 cm (9,25; 117,25 mg bobot kering/m2) secara nyata lebih rendah dari stasiun lainnya (17,75-22,08 mg bobot kering/m2; 260-807 mg bobot kering/m2). Kedalaman air, suhu, alkalinitas total, dan unsur hara sangat mempengaruhi laju dekomposisi serasah dan produksi makrozoobenthos. Clearance of floodplain area for multiple purposes influence morphology, hidrological cycle, and physical and chemical characteristics of water such as input and decomposition of organic matter in the waters. It finally affect the structure community of invertebrate and fish production. Experimental study in order to know decomposition rate of organic matter and aquatic invertebrate production was conducted at three sampling sites located in Teluk Rasau Fisheries Reserve Area of South Sumatera province from September to November 2009. Decomposition rate and invertebrate production was run with litter bag method. Leaf bags were constructed by placing 5 g of Caesalpina sappan in plastic with the size of 20x10 cm and mesh bags (mesh size 2 mm). Leaves were collected before abscission, air dried and stored. In each sampling sites, 20 litter bags were filled with dry leaves and placed on the sediment at water depth 0 m (transition between land and water), and another 20 litter bags were placed on the sediment at 0.75 m water depth. The litter bags were tied to the wood stake and anchored to the bottom. The leaf bags were tied together with a weighted rope and attached to a tree. Four replicate samples were removed after 2 days, to measure the leaching process, and then after 4, 6, 8, and 10 weeks for organic matter decomposition rate and invertebrate production measurement.The bags were cut from the rope and immediately placed in sealed plastic bags and returned to the laboratory. In the laboratory, the leaves were rinsed and separated from the invertebrate. The leaves were sorted by genus, dried at 50°C and weighed. invertebrate were counted and identified to different taxonomic levels. Physical and chemical water quality parameters were measured both in and exsitu by collecting water samples with kemmmerer water sampler at 1 m depth above the bottom. Parameters measured insitu were the water depth, transparency, temperature, pH value, dissolved oxygen, while, dissolved organic carbon, total nitrogen, and total phosphorus were analyzed in the laboratory. Results indicated that decomposition rate of Caesalpina sappan leaves for 10 weeks was in the range of 40-55%. The decomposition rate coefficient in the inlet of Teluk Rasau connevting to Lempuing River at depth 0 cm ((k=0.1586) was less than that in other sampling sites both at depth ocm and 75 cm (k=0.2076-0.2566). Macrozoobenthos production in the inlet of Teluk Rasau connecting to Lempuing River at depth 0 and 75 cm (9.25; 117.25 mg dry weight/m2) were less than that in other sampling sites (17.75-22.08 mg dry weight/m2; 260-807 mg dry weight/m2). Decomposition rate and invertebrate production of Caesalpina sappan were affected by water depth, temperature, total alkalinity, and nutrient.

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2010 2010


Filter By Issues
All Issue Vol 15, No 2 (2023): (AGUSTUS) 2023 Vol 15, No 1 (2023): (APRIL) 2023 Vol 14, No 3 (2022): (DESEMBER) 2022 Vol 14, No 2 (2022): (Agustus) 2022 Vol 14, No 1 (2022): (APRIL) 2022 Vol 13, No 3 (2021): (DESEMBER) 2021 Vol 13, No 2 (2021): (AGUSTUS) 2021 Vol 13, No 1 (2021): (April) 2021 Vol 12, No 3 (2020): (Desember) 2020 Vol 12, No 2 (2020): (AGUSTUS) 2020 Vol 12, No 1 (2020): (April) 2020 Vol 11, No 3 (2019): (Desember) 2019 Vol 11, No 2 (2019): (Agustus) 2019 Vol 11, No 1 (2019): (April) 2019 Vol 10, No 3 (2018): (Desember) 2018 Vol 10, No 2 (2018): (Agustus) 2018 Vol 10, No 1 (2018): April (2018) Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017 Vol 9, No 2 (2017): (Agustus 2017) Vol 9, No 1 (2017): (April, 2017) Vol 8, No 3 (2016): (Desember, 2016) Vol 8, No 2 (2016): (Agustus 2016) Vol 8, No 1 (2016): (April 2016) Vol 7, No 3 (2015): (Desember 2015) Vol 7, No 2 (2015): (Agustus 2015) Vol 7, No 1 (2015): (April 2015) Vol 6, No 3 (2014): (Desember 2014) Vol 6, No 2 (2014): (Agustus 2014) Vol 6, No 1 (2014): (April 2014) Vol 5, No 3 (2013): (Desember 2013) Vol 5, No 2 (2013): (Agustus 2013) Vol 5, No 1 (2013): (April 2013) Vol 4, No 3 (2012): (Desember 2012) Vol 4, No 2 (2012): (Agustus 2012) Vol 4, No 1 (2012): (April 2012) Vol 3, No 6 (2011): (Desember 2011) Vol 3, No 5 (2011): (Agustus 2011) Vol 3, No 4 (2011): (April 2011) Vol 3, No 3 (2010): (Desember 2010) Vol 3, No 2 (2010): (Agustus 2010) Vol 3, No 1 (2010): (April 2010) Vol 2, No 6 (2009): (Desember 2009) Vol 2, No 5 (2009): (Agustus 2009) Vol 2, No 4 (2009): (April 2009) Vol 2, No 3 (2008): (Desember 2008) Vol 2, No 2 (2008): (Agustus 2008) Vol 2, No 1 (2008): (April 2008) Vol 1, No 6 (2007): (Desember 2007) Vol 1, No 5 (2007): (Agustus 2007) Vol 1, No 4 (2007): (April 2007) Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 1, No 1 (2006): (April 2006) More Issue