cover
Contact Name
Amalia Setiasari
Contact Email
jkpi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jkpi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia
ISSN : 19796366     EISSN : 25026550     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Indonesian Fisheries Policy Journal present an analysis and synthesis of research results, information and ideas in marine and fisheries policies.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 8, No 1 (2016): (Mei 2016)" : 6 Documents clear
STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP BERBASIS BUDIDAYA DI WADUK: STUDI KASUS INTRODUKSI IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI WADUK SEMPOR, KABUPATEN KEBUMEN, JAWA TENGAH Chairulwan Umar; Aisyah Aisyah; Endi Setiadi Kartamihardja
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 8, No 1 (2016): (Mei 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.973 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.8.1.2016.21-28

Abstract

Perikanan tangkap berbasis budidaya adalah upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan produktivitas alami perairan melalui konversi sumberdaya makanan alami menjadi biomassa ikan tanpa merusak lingkungan. Upaya tersebut adalah upaya yang sangat ekonomis dan ramah lingkungan. Dalam kasus ini, produktivitas makanan alami yang tersedia di perairan waduk dimanfaatkan oleh ikan bandeng (Chanos chanos) menjadi biomasa ikan sehingga meningkatkan hasil tangkapan nelayan di perairan waduk Sempor, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Untuk mengoptimalkan produktivitas perairan waduk Sempor dalam memproduksi ikan secara berkelanjutan diperlukan strategi pengembangan yang meliputi: penebaran ikan bandeng  secara berkala sesuai target ikan yang dipanen; penggalangan dana penebaran dari retribusi hasil tangkapan bandeng; penggunaan alat tangkap gill-net dan jala dengan ukuran mata jaring sesuai ukuran ikan bandeng target; pembinaan kelompok nelayan (kelompok pengawas, kelompok pengolah dan pemasaran); pengembangan pengelolaan perikanan secara partisipatif dan terpadu. Perikanan tangkap berbasis budidaya ikan bandeng adalah salah satu opsi peningkatan produksi ikan yang direkomendasikan untuk diterapkan di perairan waduk lain yang memiliki karakteristik limnologi yang sama dengan waduk Sempor.
STRATEGI PENGEMBANGAN TECHNO PARK PERIKANAN BUDIDAYA Lies Emmawati Hadie; Yayan Hikmayani; Wartono Hadie
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 8, No 1 (2016): (Mei 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (142.687 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.8.1.2016.53-64

Abstract

Dewasa ini Indonesia termasuk dalam kategori negara yang berada pada tahap efficiency driven, yakni suatu kondisi perekonomian yang berbasis pada proses produksi yang efisien. Permasalahan yang dihadapi Indonesia dewasa ini adalah rendahnya hasil riset dan teknologi dalam negeri yang diadopsi oleh industri atau pengguna teknologi lainnya. Kesenjangan komunikasi ini perlu dijembatani, agar adopsi teknologi dari pihak pengguna dapat berlangsung secara optimal. Salah satu alternatif adalah mengembangkan techno park yang merupakan strategi pengembangan sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi. Techno park merupakan sarana untuk menginisiasi dan mengalirkan pengetahuan dan teknologi diantara universitas, institusi penelitian dan pengembangan (Litbang), industri dan pasar. Analisis strategi pengembangan techno park perikanan budidaya dilaksanakan dengan pendekatan Strength,Weaknesses, Opportunities, Threaths (SWOT). Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa strategi yang perlu dilakukan oleh lembaga Litbang adalah : 1) Membangun techno park berbasis perikanan budi daya di wilayah yang mengembangkan komoditas perikanan sebagai program utama Pemerintah Daerah, dan merintis pembentukan sistem inovasi daerah 2). Membangun kerja sama dengan Pemerintah Daerah dan Pusat, 3). Memanfaatkankan unit pelaksana teknis yang telah eksis lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia dan unit pelaksana teknis Daerah sebagai mitra kerja dalam adaptasi teknologi perikanan, dan 4). Mengembangkan techno park dengan pendekatan knowledge based community untuk mendukung keberlanjutan techno park. Strategi ini akan berdampak terhadap peningkatan produktivitas perikanan secara signifikan.Indonesian today is included in the category of countries that are at the stage of efficiency driven an economy based on the production process efficient. The problems of Indonesia today is the lack of research and technology in the country in the adoption by the industry or other users of the technology. This communication gap needs to be connected, so that the user of the technology adoption can take place optimally. One alternative is to develop a techno park which is the strategy of human resource development, science and technology. Techno park is a means to initiate and carry knowledge and technology amongst universities, R & D institutions, industry and market. Policy analysis techno park development strategys implemented with the approach of SWOT. Result of SWOT analysis indicate that strategy needs to be done by the Research Agency are: 1 ) Build a techno park based aquaculture in the region to develop fishery commodities as the main program of Local Government, and build regional innovation system; 2 ) Build a joint venture with National and Local Government; 3 ) Using an operation unit that has existed scope of the Agency for Research and Development, Directorate General of Fisheries, the National Human Resource Development and technical implementation unit of Regions as a partner in the adaptation of fisheries technology, and 4 ) Develop a techno park with the approach of knowledge-based community, to support the sustainability of techno park. This strategy will have an impact on the increase in fishery productivity significantly.
PENGUATAN KEARIFAN LOKAL SEBAGAI LANDASAN PENGELOLAAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM DARATAN DI SUMATERA Dian Oktaviani; Eko Prianto; Reny Puspasari
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 8, No 1 (2016): (Mei 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.961 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.8.1.2016.1-12

Abstract

Kearifan lokal merupakan suatu nilai budaya yang tidak terlepas dari kehidupan masyarakat Indonesia dan diakui keberadaannya oleh hukum negara. Kearifan lokal yang masih berlakudi dalam kehidupan masyarakat Sumatera terkait dengan pengelolaan perikanan perairan umum daratan terdiri dari lelang lebak lebung (Sumatera Selatan), lubuk larangan (Jambi dan Sumatera Barat), rantau larangan (Riau), ma’uwo (Riau), dan upacara semah terubuk (Riau).Dari kelima kearifan lokal tersebut, lubuk larangan termasuk sistem pengelolaannya sudah menjadi salah satu kegiatan pemerintah sampai di tingkat nasional.Penguatan kearifan lokal dengan kajian ilmiah dapat menjadikan kearifan lokal sebagai bagian dari sistem pengelolaan perikanan yang efektif dan efisien berbasis masyarakat.Kajian ilmiah terhadap kearifan lokal yang berhubungan dengan pengelolaan perikanan dapat didekati dengan etnobiologi (analisis emik dan analisis etik).Selanjutnya, kearifan lokal dapat diperkuat secara hukum dan perundang-undangan yang berlaku secara nasional.Local wisdom is a cultural value that can not be separated from the life of the Indonesian people and its existence is recognized by state law. Local wisdoms found in Sumatra related to inland fisheries management are lebak lebung (South Sumatra), lubuk larangan (Jambi and West Sumatra), rantau larangan (Riau), ma'uwo (Riau), and upacara semah terubuk (Riau).Lubuk larangan including its management system has become one of the government's activities to the national level. Strengthening local wisdom with scientific studies can make it is as part of effective and efficient community-based fisheries management system. Scientific studies on local wisdom related to fisheries management could be analyzed by applying ethnobiology approach (emic and etic analysis).
STRATEGI PEGELOLAAN SUAKA PERIKANAN RAWA BANJIRAN DI SUMATERA DAN KALIMANTAN Agus Djoko Utomo
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 8, No 1 (2016): (Mei 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (742.501 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.8.1.2016.13-20

Abstract

Perairan rawa banjiran sangat dipengaruhi musim, saat musim kemarau mengalami kekeringan dan saat musim penghujan banjir. Ada dua kelompok ikan di rawa banjiran yaitu kelompok ikan rawa (black-fish) dan kelompok ikan sungai (white fish). Berdasar tipe habitat di rawa banjiran ada beberapa tipe suaka perikanan yaitu suaka tipe lebung, suaka tipedanau rawa, suaka tipe Sungai, suaka tipe lubuk. Suaka perikanan tipe lebung: “Lebung Suak Buaya” (0,5 ha) di Lubuk Lamam Sumatera selatan terdapat stok ikan 2 ton yang didominansi oleh ikan Gabus (Channa striata), Tembakang (Helostoma temmenckii), Sepat Siam (Trichopodus pectoralis), Betok (Anabas testudineus). Suaka perikanan tipe danau:“Danau lindung Empangau “ (124 ha) di Kapuas Hulu Kalimantan Barat terdapat stok ikan 5.700 ekor/ha didominansi oleh ikan Haruan (Channa striata), Entukan (Thynnichthys thynnoides), Biawan (Helostoma temmenckii), Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii). Suaka perikanan tipe sungai “Kapak Hulu” (segmen sungai panjang 1 km, lebar 30 m) di Lubuk Lamam Sumatera selatan terdapatstok ikan 4 ton didominansi oleh ikan Lais (Kryptopterus kryptopterus), Baung (Hemibagrus nemurus), Palau (Osteochilus hasselti), Lampam (Barbonymus schwanenfeldii). Suaka perikanan “Lubuk Gunung Isam” di Lubuk Lamam Sumatera selatan terdapat stok ikan 2 ton didominansi oleh ikan Tapa (Wallago leeri), Bulu Tulang (Kryptopterus apagon), Baung (Hemibagrus nemurus), Lais (Kryptopterus kryptopterus). Agar supaya suaka perikanan dapat berfungsi dengan baik sehingga mempunyai dampak terhadap masyarakat sekitarnya maka suaka tersebut harus dikelola dengan tepat mulai dari penentuan lokasi yang tepat, sarana prasarana yang diperlukan, serta kelembagaan dan pengawasan.Floodplain waters are strongly influenced by season, drought during dry season and floods in rainy season. There are two groups of fish in the swamp namely the swamp fishgroup (black fish) and river fish group (white fish). Based on the type of habitat in the swamp flood, there are several types of fish reserves namely floodplain pool reserve, swamp lake reserve, river segment reserve, and deep pool of the riverreserve. Floodplain pool reserve type:” Suak Buaya Reserve”(0.5 ha) in southern Sumatra contained 2 tons of fish stocks dominated by snakehead, kissing gourami, Snakeskin gourami, climbing perches. Swamp lake reserve type: Empangau Lake Reserve (124 ha) in West Kalimantan with5.700 fish/ha dominated by Snakehead fish, minnows or carp,kissing gourami, Tinfoil barb. River segment reserve type: “Kapak Hulu Reserve “ (river segment, length =1 km and width =30 m) in southern Sumatra contained 4 tons of fish dominated by Sheatfishes, Catfish, Hard Lipped Barb, Tinfoil barb. Deep pool of the river reserve type: “Lubuk Gunung Isam Reserve” in southern Sumatra contained 2 tons of fish dominated by Butter catfish, Fur Bones, Catfish, Sheatfishes.In order to conserve fish reserves properly so that they are beneficial for the surrounding community the reserves shall be appropriately managed, either in determining the location, identifying the necessary infrastructure, as well as proposing related institutions and supervision activites.
PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN DI KOMPLEK DANAU MALILI PROVINSI SULAWESI SELATAN Eko Prianto; Endi S. Kartamihardja; Chairulwan Umar; Kamaluddin Kasim
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 8, No 1 (2016): (Mei 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.711 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.8.1.2016.41-52

Abstract

Sistem Danau Malili yang terdiri dari Danau Matano, Towuti, Mahalona, Wawantoa, dan Masapi merupakan satu kesatuan sistem danau yang mempunyai keanekaragaman ikan yang cukup tinggi dan endemik. Danau Malili memiliki nilai strategis tersendiri karena keanekaragaman hayati yang tidak ditemukan di daerah lain. Keberadaan sumberdaya ikan tersebut semakin terancam akibat aktifitas manusia diantaranya i) pencemaran, ii) introduksi ikan, dan iii) budidaya ikan dalam happa yang tidak terkontrol. Untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan di komplek Danau Malili diperlukan upaya pengelolaan yang lestari. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk merumuskan langkah pengelolaan sumberdaya perikanan di komplek Danau Malili secara berkelanjutan. Hasil studi menunjukkan sebanyak 59 jenis ikan ditemukan di komplek Danau Malili, 38 jenis ikan diantaranya adalah jenis endemik dan 18 jenis ikan dikategorikan sebagai jenis ikan langka berdasarkan IUCN 2001. Disamping itu, di komplek Danau Malili telah diintrodusikan tidak kurang dari 16 spesies ikan. Upaya untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan asli tersebut antara lain: i) pengendalian populasi ikan asing invasif, ii) penetapan suaka perikanan, iii) domestikasi, iv) re-stocking, v) pengendalian usaha budidaya ikan dalam happa.The Malili lake system consists of five interconnected lakes: Matano, Towuti, Mahalona, Wawantoa and Masapi. It’s unique habitat plays an important role of various native and endemic fishes. Currently, endemic fish in Malili lake system are increasingly threatened by human activitiesincluding i) contamination, ii) invasif fish species or fish introduction, and iii) uncontrolling cage culture. The aim of this paper is to formulate fisheries management effort in Malili Lake system to realize sustainability. Previous studies recorded as many as 59 species were found, consists of 38 endemic, 18 species categorized as endangered and 16 known as introduced species. Management effort should be addressed to preserve sustainable fish resources include: i) controlling invasive alien species, ii) establishing reserve area, iii) domestication, iv) re-stocking, v) controlling of cage culture.
ANALISIS PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PULAU SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN UTARA Nyoman Radiarta; Erlania Erlania; Joni Haryadi; Annisya Rosdiana
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 8, No 1 (2016): (Mei 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.111 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.8.1.2016.29-40

Abstract

Kebijakan pembangunan kemandirian dalam budidaya perikanan dan membangun kemandirian pulau-pulau kecil merupakan kebijakan program Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam mendukung poros maritim nasional. Pulau Sebatik di Kabupaten Nunukan memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut cukup besar untuk dikembangkan diantaranya potensi pengembangan budidaya laut, terutama budidaya rumput laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi dan langkah-langkah strategis pengembangan budidaya rumput laut di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara. Data dan informasi dikumpulkan melalui media diskusi (Focus Group Discussion/FGD), kunjungan ke lokasi pengembangan budidaya rumput laut, dan data sekunder. Data dianalisis secara deskriptif dengan memberikan opsi-opsi kebijakan pengembangan budidaya rumput laut. Pengembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Nunukan cukup berkembang dengan pusat kawasan pengembangannya di Kecamatan Nunukan Selatan. Kappaphycus alvarezii (cottonii) merupakan jenis yang umumnya dibudidayakan dengan metode longline. Dalam tulisan ini, potensi, permasalahan, dan strategi pengembangan budidaya rumput laut yang teridentifikasi di lokasi penelitian dibahas secara komprehensif.Policy on aquaculture development in the small and the most outer islands is a strategic program from Ministry of Marine Affair and Fisheries to support national maritime shaft. Sebatik Island in Nunukan Regency has a large potential of coastal and marine resources to be developed include the development of marine aquaculture, especially seaweed culture. This study aimed to evaluate condition and strategic steps in the development of seaweed aquaculture in Sebatik Island, Nunukan Regency North Kalimantan Province. Data and information collected through Focus Group Discussion (FGD), field visit to seaweed aquaculture areas, and secondary data. Data were analyzed descriptively by presenting policy options for seaweed aquaculture development. Marine aquaculture especillay seaweed culture was well developed in Nunukan Regency, which was mainly concentrated in South Nunukan. Kappaphycus alvarezii (cottonii) is the main species cultivated in this region by using long line method. In this paper, the potential, problems and development strategy of seaweed cultivation were identified and discussed comprehensively.

Page 1 of 1 | Total Record : 6