cover
Contact Name
Trias Mahmudiono, SKM., MPH (Nutr), GCAS., PhD
Contact Email
amertanutr@fkm.unair.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
amertanutr@fkm.unair.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Amerta Nutrition
Published by Universitas Airlangga
ISSN : 25801163     EISSN : 25809776     DOI : -
Core Subject : Health, Education,
Amerta Nutrition (p-ISSN:2580-1163; e-ISSN: 2580-9776) is a peer reviewed open access scientific journal published by Universitas Airlangga. The scope for Amerta Nutrition include: public health nutrition, community nutrition, clinical nutrition, dietetics, food science and food service management. Each volume of Amerta Nutrition is counted in each calendar year that consist of 4 issues. Amerta Nutrition is published four times per year every March, June, September, and December.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol. 1 No. 1 (2017): AMERTA NUTRITION" : 7 Documents clear
Nugget Tahu Formula Pury (Tafory) sebagai Alternatif Kudapan Tinggi Protein Mahmud Aditya Rifqi; Clara M. Kusharto; Trina Astuti
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 1 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (914.733 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i1.2017.22-30

Abstract

Background: Tofu nugget with pury flour is an alternative form of snack food that high in protein. Pury flour made from silkworm pupa that came from by product of silk industry. Pupa is known to have highly nutritious component specially  protein that has not been optimizely used. The use of pupa flour is applicable for many form of processed food. Objective: Tofu nugget as soure of plant protein is added by pury flour to higher the protein component. Methods: This study used one factor Complete Randomized design with six levels. Level on additon pupa flour are 0%, 60%, 70%, 80%, 90% and 100% followed by organoleptic test to get chosen product. Results: The chosen product according to the test is the addition of 70% pupa flour that indicated highest best reponse by panelist. Proximate test showed that  subtitution of tofu and pury flour is significanly different  for water component, protein, carbohydrate, and seng. Ash elements, fat, fiber, ferum, and calcium significanlly not different. Taffory nugget contains linolenic acid. Total plate count test showed that taffory nugget is safe according to National Standard. Conclusion: It could be conclude that tafory nugget is potential as snack food with high protein.ABSTRAK Latar belakang: Tofu nugget dengan tepung Pury adalah alternatif bentuk makanan ringan yang tinggi protein. Tepung Pury terbuat dari ulat pupa yang berasal dari hasil samping industri sutra. Pupa dikenal memiliki zat gizi khususnya protein yang belum digunakan secara optimal. Penggunaan tepung pupa berlaku untuk banyak bentuk makanan olahan.Tujuan: Tofu nugget sebagai sumber protein nabati, ditambah dengan tepung Pury lebih tinggi komponen protein.Metode: Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan rancangan acak lengkap dengan enam taraf. Penambahan tepung pupa adalah 0%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100% diikuti dengan uji organoleptik untuk mendapatkan produk yang dipilih.Hasil: Produk yang dipilih sesuai dengan uji adalah penambahan 70% tepung pupa yang ditunjukkan nilai terbaik oleh panelis. Uji proksimat menunjukkan bahwa substitusi dari tahu dan tepung pury berbeda nyata untuk komponen air, protein, karbohidrat, dan seng.  Sedangkan abu, lemak, serat, zat besi dan kalsium tidak berbeda secara signifikan. Nugget Taffory mengandung asam linolenat.Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa tafory nugget dapat menjadi alternatif kudapan tinggi protein bagi anak.
Thirty Days Snail Biscuit Supplementation Improved Height-for-age Z-score (HAZ) of Malnourished Children in Slum Surabaya Trias Mahmudiono; Zeni Firginingtyas; Qonita Rachmah
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 1 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (703.638 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i1.2017.31-37

Abstract

Background: Indonesia is now still suffering from malnutrition. It was reported that at least 1.39% out of 136,155 children under-five in Surabaya were severely. Severe malnutrition caused by direct factors including infectious diseases and food intake. Therefore, an alternative to overcome that problem is crucial, such as using snail flour for a weaning food. Snail is known as one of the good protein source with complete essential amino acid.Objective: This research aims to determine the effect of snail biscuit (Achatina fulica) toward z-score improvement in severely malnourished children under five according weight for age and height for age index in Ujung sub-district, Surabaya.Methods: This was an experimental research which divided into two groups; case group that given snail biscuit for a month and control group that given coconut biscuit in a same time period. Paired t-test was done to analyze the different between before and after treatment.Results: The result showed that there was no effect of snail biscuit to weight-for-age z-score (WAZ) improvement in children under five (p-value>0.05). However, a month snail biscuit intervention improved height-for-age z-score (HAZ) in children under five (p-value=0.02); while the control group did not show significant result (p-value=0.84). The strength of intervention shown by Exp(B) value=1.02 means that children under five who consume snail biscuit for a month had 1.02 higher height-for-age z-score improvement compared to those who consumed coconut biscuit.Conclusion: It can be concluded that snail biscuit give better improvement of nutritional status based on height-for-age z-score compared to coconut biscuit in malnourished children under five. It is suggested for the intervention study to expand intervention period to 90 days similar to government supplementary feeding intervention. ABSTRAK Latar belakang: Malnutrisi masih menjadi masalah gizi utama yang dialami di Indonesia. Dinas Kesehatan Kota Surabaya pada tahun 2009 melaporkan sebesar 1,888 (1.39%) dari 136,155 balita mengalami gizi buruk. Penyebab gizi buruk terdiri dari faktor langsung dan tidak langsung, dimana faktor langsung terdiri dari penyakit infeksi dan asupan makanan. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah penggunaan tepung bekicot sebagai makanan pendamping. Bekicot diketahui sebagai salah satu sumber protein dengan kandungan asam amino esensial yang lengkap.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian biskuit bekicot  (Achatina fulica) pada perbaikan z-score berat badan menurut usia dan tinggi badan menurut usia balita gizi buruk di Kelurahan Ujung, Surabaya.Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental dengan pembagian dua kelompok; kelompok intervensi yang diberikan biskuit bekicot selama 30 hari dan kelompok kontrol yang diberikan biskuit kelapa dalam jangka waktu yang sama. Uji statistik yang digunakan yaitu paired t-test.Hasil: Hasil analisis menunjukkan tidak ada efek pemberian biskuit bekicot selama satu bulan pada indeks status gizi berat badan menurut umur (BB/U) (P-value>0,05). Namun, intervensi pemberian biskuit bekicot secara statistik mempengaruhi perbaikan status gizi tinggi badan menurut usia (TB/U) pada balita gizi buruk, sedangkan biskuit kelapa tidak mempengaruhi TB/U balita gizi buruk (P-value=0.84). Kekuatan pengaruh intervensi berdasarkan perhitungan Exp(B)=1.02, artinya bahwa balita gizi buruk yang mengonsumsi biskuit bekicot memiliki 1.02 kali perbaikan yang lebih baik pada status gizi TB/U dibandingkan balita yang mengonsumsi biskuit kelapa.Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa biskuit bekicot dapat menjadi alternatif perbaikan status gizi balita gizi buruk. Penelitian selanjutnya disarankan dapat memperpanjang durasi intervensi hingga 90 hari seperti anjuran pemerintah dalam pemberian makan tambahan.
Front Matter Vol 1 No 1 Front Matter
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 1 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (723.905 KB)

Abstract

Pektin Dalam Tepung Kesemek Mempengaruhi Kadar Trigliserida Pada Tikus Wistar Jantan Yang Diberi Diet Aterogenik Stefania Widya Setyaningtyas; Nur Permatasari; Annasari Mustafa
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 1 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (742.652 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i1.2017.38-45

Abstract

Background: Moderate hypertriglyceridemia is almost certainly an independent risk factor for cardiovascular disease. Pectin is a kind of soluble fiber that can be used to decrease triglyceride level and it  can be found in fruits such as persimmon. Objective: This research intens to prove the effect of soluble fiber of persimmon flour to decrease triglyceride level. Methods: The search used Post Only Control Group design. Normal diet, atherogenic diet, and atherogenic diet with various amount of dried persimmons were given to 30 subjects, male wistar rats, for 12 weeks. 1.2 g, 2.4 g, and 3.6 g persimmon flour were used as the given amount for every groups. Results: There were significant differences between atherogenic diet group and the other groups of research (p-value<0.001). Compared to normal diet group, atherogenic diet with 1.2 g and 2.4 g persimmon flour resulted unsignificant differences of triglycerides level. But, atherogenic diet with 3,6 g dried persimmon group was different significantly to normal diet groups (p-value=0.036). Both dose of persimmon flour and fat intake affect elevation of tryglyceride level up to 62.5%. Conclusion: The contribution of persimmon flour (Diospyros Kaki L. var Junggo) in inhibitation of the increase of triglyceride serum level on male wistar rats.  The most effective dose is 1.2 g, because the result of the trigliceride level was closest to normal and energy intake was not affected. ABSTRAK Latar belakang : Hipertrigliseridemia kadar sedang hampir pasti merupakan faktor risiko tersendiri untuk penyakit kardiovaskular. Pektin merupakan jenis serat larut air memiliki efek menurunkan trigliserida dan banyak terdapat dalam buah-buahan, salah satunya buah kesemek.Tujuan : Penelitian ini bertujuan menguji efek serat larut air pada tepung kesemek dalam menurunkan kadar trigliserida.Metode : Penelitian dilakukan dengan metode Post Test Only Control Group. Diet normal, diet aterogenik, diet aterogenik + kesemek dengan berbagai jumlah diberikan kepada 30 subyek penelitian, yaitu tikus wistar jantan selama 12 minggu. 1,2 g, 2,4 g, dan 3,6 g tepung kesemek digunakan sebagai intervensi untuk kelompok perlakuan.Hasil : terdapat perbedaan kadar trigliserida yang signifikan antara kelompok diet aterogenik dengan kelompok perlakuan lainnya (p=0,000). Bila dibandingkan dengan kelompok diet normal, perlakuan dengan pemberian tepung kesemek 1,2 g dan 2,4 g menghasilkan kadar trigliserida yang tidak berbeda signifikan, namun jumlah pemberian tepung kesemek 3,6 g berbeda nyata dengan diet normal (p=0,036). Pemberian tepung kesemek dan asupan lemak bersama-sama mempengaruhi pembentukan trigliserida dengan kontribusi sebesar 62,5%.Kesimpulan : Tepung kesemek (Diospyros Kaki L. Var. Junggo) terbukti dapat menghambat peningkatan kadar trigliserida serum pada tikus wistar jantan yang diberi diet aterogenik. Jumlah yang dinilai paling efektif menurunkan trigliserida adalah sebesar 1,2 g, karena pada jumlah tersebut, kadar trigliserida yang dihasilkan paling mendekati normal dan tidak mempengaruhi asupan energi.
Hubungan Teknik, Frekuensi, Durasi Menyusui dan Asupan Energi dengan Berat Badan Bayi Usia 1-6 Bulan di Puskesmas Tasikmadu Kabupaten Karanganyar Dewi Kartika Sari; Didik Gunawan Tamtomo; Sapja Anantayu
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 1 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (795.412 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i1.2017.1-13

Abstract

Background: Weight is the first indicator for baby’s growth value. Eforts to increasing the baby’s weight is maximise the nutrients and mother’s milk as the primmary food for baby on 1-6 months. Objective: This research was conducedt to analyze relation factors with giving mother’s milk and the view of weight accomplishment. This factors such as technique, frequency, sucking duration and the intake of energy with baby’s weight on 1-6 months.Methods: Design in this reserach is cohort prostective to follwoing  the baby’s weight as long as 4 months. Sample in this research are baby’s mother on 1-6 months which was taken by purpossive sampling in the beginning of this research are 60 respondent and fall 14 respondent, 46 respondent were been analyze. Data analyze was obtained with chi square and multivariate with multiple logistic of regression test.Results: This research showed that  has relation betweeen breasfeeding technique with baby’s weight by p-value=0.003, there is relation between breasfeeding frequency with baby’s weight by p-value=0.018, there is relation between breasfeeding duration with baby’s weight by p-value=0,001, there is relation between the intake of energy with baby’s weight by p-value<0.001. The intake of energy has impact of the multivariate analyze from independent variable by exp (B) 38.822 it has means risk to 38.822 times will increasing weight if mothers’s intake energy is good.Conclusion: There are relation between technique, frequency, sucked  duration and the intake of the energy with baby’s weight on 1-6 months.ABSTRAKLatar Belakang: Berat badan merupakan indicator pertama dalam menilai pertumbuhan bayi. Upaya untuk meningkatkan berat badan bayi diperlukan gizi yang maksimal dan ASI merupakan makanan utama bagi bayi terutama pada usia 1-6 bulan.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengnalisis faktor yang berkaitan dengan pemberian ASI dan dilihat pencapaian berat badan. Faktor yang dimaksud meliputi teknik, frekuensi, durasi menyusui dan asupan enegi dengan berat badan bayi usia 1-6 bulan.Metode: Desain dalam penelitian ini adalah kohort prostektif karena mengikuti berat badan bayi selama 4 bulan.  Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 1-6 bulan yang diambil secara purposive sampling pada titik awal penelitian berjumlah 60 responden dan dropout sebayak 14 responden sehingga yang dapat dianalisis sebesar 46 responden.  Analisis data secara bivariat dilakukan dengan chi square dan multivariate dengan uji regresi logistic ganda.Hasil: Dari hasil penelitian menunjukan hasil adanya hubungan antara teknik menyusui dan berat badan bayi dengan p value 0,003, ada hubungan antara frekuensi menyusui dengan berat badan bayi dengan p value 0,018 ada hubungan durasi menyusui dengan berat badan bayi dengan p value 0,001dan ada hubungan antara asupan energi dengan berat badan bayi dengan p value 0,000. Dari analisis multivariate dari keempat variabel bebas, asupan energi merupakan yang paling berpengaruh diantara variabel lainya dengan exp (B) sebesar 38,822 yang berarti jikaasupan energi ibu menyusui baik maka beresiko 38,822  kali mengalami kenaikan berat badan.Kesimpulan: Terdapat hubungan antara teknik, frekuensi, durasi menyusui dan asupan energi ibu dengan berat badan bayi usia 1-6 bulan.
Back Matter Vol 1 No 1 Back Metter Vol 1 No 1
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 1 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.259 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i1.2017.%p

Abstract

Identifikasi Komponen Kimia pada Umbi Bentul (Colocasia esculenta (L.) Schoot) sebagai Pangan Fungsional Ambar Fidyasari; Rizky Mayang Sari; Sentot Joko Raharjo
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 1 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (761.079 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i1.2017.14-21

Abstract

Background: Nowadays tubers are mostly explored to determinetheir essential components. Colocasia esculenta (l.) Schottis one of tubers that its use has not been maximally explored. Objective: This research aims to identify the chemical components onColocasia esculenta (l.) Schott. Methods: The research stages include, first, the determination for finding out the right plant; second, the preparation and implementation (including theflour preparation andits proximate testing asthe carbohydrate, protein, fat, carbon, moisture and fiber testing); third, the flour extraction for obtaining the PLA and its PLA analysis using HPLC. Results: The result shows the chemical components of protein is 3.45%, fat is 0.31%, moisture is 6.07%, carbon is 2.14%, carbohydrate is 88.03%, and fiber is 2.87%. The yield extraction results are 2.9% and 9.0%. Conclusion: The flour extraction analysis displays polysaccharide proven by the presence of DP and DP5 of 72.356% and 87.98%. However,its sugar molecule composition has not been identified yet.ABSTRAK Latar belakang: Umbi-umbian saat ini mulai banyak dieksplorasi untuk mengetahui komponen penting yang terdapat dalam umbi tersebut. Umbi bentul salah satu umbi yang pemanfaatan belum dieksplorasi secara maksimal.Tujuan: dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komponen kimia yang terdapat dalam bentul. Metode: Tahapan penelitian ini meliputi  pertama,  tahap determinasi untuk mengetahui kebenaran tanaman yang akan digunakan. Kedua, tahap persiapan serta pelaksanaan meliputi proses pembuatan tepung bentul, pengujian mutu kimia atau proksimat tepung meliputi karbohidrat, protein, lemak, kadar abu, kadar air dan serat. Ketiga, ekstraksi tepung untuk mendapatkan senyawa yang diduga PLA dan analisanya dengan menggunakan HPLC.Hasil: Berdasarkan penelitian menunjukkan hasil komponen kimia protein 3,45%, lemak 0,31%, air 6,07%, abu 2,14%, karbohidrat 88,03%, dan serat 2,87%. Rendemen hasil ekstraksi tepung yaitu 2,9% dan 9,0%.Kesimpulan : Analisa dari ekstrak tepung terbukti mengandung polisakarida dengan adanya DP dan DP5 memiliki total 72,356% dan 87,98% namun belum diketahui jenis gula penyusunnya.

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2017 2017


Filter By Issues
All Issue Vol. 8 No. 1 (2024): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 2SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Special 3rd Amerta Nutrition Conferenc Vol. 7 No. 4 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 3 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 3SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 7 No. 2 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 1SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Big Data Seminar Vol. 7 No. 1 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 6 No. 1SP (2022): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Special 2nd Amerta Nutrition Conferenc Vol. 6 No. 4 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 3 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 2 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 1 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 4 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 3 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 2SP (2021): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 5 No. 2 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 1SP (2021): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 5 No. 1 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 4 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 3 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 1SP (2020): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 4 No. 1 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 3 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 2 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 1 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 4 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 3 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 2 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 1 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 4 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 3 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 1 (2017): AMERTA NUTRITION More Issue