cover
Contact Name
Trias Mahmudiono, SKM., MPH (Nutr), GCAS., PhD
Contact Email
amertanutr@fkm.unair.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
amertanutr@fkm.unair.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Amerta Nutrition
Published by Universitas Airlangga
ISSN : 25801163     EISSN : 25809776     DOI : -
Core Subject : Health, Education,
Amerta Nutrition (p-ISSN:2580-1163; e-ISSN: 2580-9776) is a peer reviewed open access scientific journal published by Universitas Airlangga. The scope for Amerta Nutrition include: public health nutrition, community nutrition, clinical nutrition, dietetics, food science and food service management. Each volume of Amerta Nutrition is counted in each calendar year that consist of 4 issues. Amerta Nutrition is published four times per year every March, June, September, and December.
Arjuna Subject : -
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION" : 14 Documents clear
Front Matter Vol 1 No 2 Front Matter Vol 1 No 2
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.196 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i2.2017.%p

Abstract

Kebiasaan Makan Remaja Putri yang Berhubungan dengan Anemia : Kajian Positive Deviance Alfishar Akib; Sri Sumarmi
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (783.364 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i2.2017.105-116

Abstract

 Background: Female adolescents are at risk of anemia due to the imbalance of nutrient intake and unhealthy consumption habits. Objectives: Research aimed to analyzed food consumption habits related to anemia of  female college students. Moreover, this research aims to analyzed the positive deviance of female college students who did not experience anemia. Methods:  A cross sectional study was conducted, with the sample of 60 were randomly selected from female college students aged 17-20 years old who live at female boarder of the Airlangga Universitas. The dependent varible was status of anemia, meanwhile independent variables were nutrient intake including the intake of carbohydrate, protein, vitamin C and Fe, enhancer and inhibitor subtances. Pearson correlation test was used for ratio data, while Spearman correlation test was used for nominal and category data. In-depth interview was used to explore the positive habits of respondents who did not suffer from anemia. Results: The result shows that 70% of the respondents was anemia. The Most poor nutrition intake among respondents was intake of vitamin C and Fe (95%). Moreover, there is a correlation between the intake of protein (p=0.027) and enhancer substance (p=0.046) with the anemia status. However, the intake of carbohydrate (p=0.275), vitamin C (p=0.132) and Fe (p=0.618) and inhibitor substance (p=0.771) did not show any correlation with status of anemia status. The informants stated that their positive consumption habits are consuming animal protein and fruits rich of vitamin C, cooking by her self and choosing healty snacks.Conclusion : The intake of protein and enhancer substances has related with the anemia status of the female adolescents. This is partly due to  consumption habits of sufficient animal proteins and fruits rich of vitamin C.ABSTRAK Latar Belakang: Remaja putri berisiko mengalami anemia, disebabkan oleh asupan gizi yang rendah dipicu oleh kebiasaan makan remaja yang tidak sehat. Diantara remaja mungkin ada yang tidak anemia, meskipun berada di lingkungan yang kurang mendukung.Tujuan: Penelitian bertujuan untuk menganalisis asupan zat gizi dan kebiasaan makan yang berhubungan dengan status anemia, serta mengkaji kebiasaan makan positif pada remaja yang tidak anemia.Metode : Penelitian dengan rancangan cross sectional, dilakukan di asrama putri Universitas Airlangga. Besar sampel 60 mahasiswi berusia 17-20 tahun diambil dengan metode simple random sampling. Variabel yang tergantung adalah status anemia dan variabel bebas adalah asupan zat gizi meliputi karbohidrat, protein, vitamin C dan mineral Fe serta asupan zat enhancer dan inhibitor bagi penyerapan zat besi. Uji korelasi Pearson digunakan untuk data berskala rasio dan korelasi spearman untuk data nominal dan kategori. In-dept interview, dilakukan untuk menggali kebiasaan makan responden yang tidak anemia.Hasil: Sebesar 70% responden mengalami anemia. Sebagian besar (95%) responden asupan vitamin C dan Fe tergolong kurang. Ada hubungan antara asupan protein (p=0,027) dan zat enhancer (p=0,046) dengan status anemia. Tidak ada hubungan antara asupan karbohidrat (p=0,275), vitamin C (p=0,132) dan Fe (p=0,618) serta asupan zat inhibitor (p=0,771) dengan status anemia. Kebiasaan makan positif pada remaja putri yang tidak anemia adalah sering mengkonsumsi protein hewani, memilih buah sumber vitamin C, memasak diwaktu luang dan memilih snack bergizi.Kesimpulan: Asupan protein dan zat enhancer berhubungan dengan status anemia pada remaja putri. Hal ini disebabkan kebiasaan mengkonsumsi protein hewani dan buah-buahan dengan kandungan vitamin C tinggi. 
Pengaruh Penambahan Tepung Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) terhadap Daya Terima, Kadar Air, dan Kadar Protein Nugget Edamame (Glycin max (L) Merril) Nevi Ruliyana Santi; Farida Wahyu Ningtyas; Sulistiyani Sulistiyani
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (853.726 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i2.2017.62-71

Abstract

 Background: Edamame is one of local food in Jember Regency which overflow followed, cheap, but its cultivation and utilization is deficient, especially in the form as a side dishes. Objectives: This research aimed to analyze the effect of peanut flour addition to the acceptance, water level, and protein level of edamame nugget.Methods: This research is Quacy Experimental with posttest only control group design with 4 treatments: X0, X1, X2, and X3 (edamame nugget without addition, with 10% addition, 20%, and 30%) and 16 units experiment. The acceptance will be analyzed with form Hedonic Scale Test, water level with destilation test, and protein level with Semi Mikro Kjeldahl test in Food Analysis Laboratory of Polytechnic Jember.Results: The results from this research showed the addition of peanut flour can increase accpetance (flavor, color, and texture), water level, and protein level of edamame nugget. X3 is most preferred from taste aspect, X0 is most preferred from color and aroma aspect, and X1 most preferred from texture aspect. The treatment with high water level and protein level is X3.Conclusion: there are significant addition of peanut flour againts the acceptance, water level, and protein level of edamame nugget.ABSTRAK Latar Belakang: Kedelai edamame merupakan jenis kedelai di Kabupaten Jember yang jumlahnya melimpah, harganya murah, tetapi pengolahan dan pemanfaatannya masih kurang terutama dalam bentuk lauk.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penambahan tepung kacang tanah terhadap daya terima, kadar air, dan kadar protein nugget edamame.Metode: Jenis penelitian termasuk quasi eksperimental menggunakan posttest only control group design dengan 4 taraf perlakuan: X0, X1, X2, dan X3 (nugget edamame tanpa penambahan tepung kacang tanah (kontrol), dengan penambahan 10%, 20%, dan 30%) dan 16 unit percobaan. Semua taraf perlakuan akan dianalisis daya terima dengan form Hedonic Scale Test di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Al Ghozali Jember, kadar air dengan metode destilasi dan kadar protein dengan uji Semi Mikro Kjeldahl di Laboratorium Analisis Pangan Politeknik Negeri Jember.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan penambahan tepung kacang tanah dapat meningkatkan daya terima (rasa, warna, dan tekstur), kadar air, dan kadar protein nugget edamame. Perlakuan yang paling disukai panelis dari aspek rasa adalah nugget edamame dengan penambahan tepung kacang tanah sebanyak 30 gram, dari aspek warna dan aroma adalah nugget edamame tanpa penambahan tepung kacang tanah, dan dari aspek tekstur adalah nugget edamame dengan penambahan 10 gram kacang tanah. Perlakuan dengan kadar air dan kadar protein tertinggi adalah nugget edamame dengan penambahan tepung kacang tanah sebanyak 30 gram.Kesimpulan: Terdapat pengaruh penambahan tepung kacang tanah terhadap daya terima (rasa, warna, dan tekstur), kadar air, dan kadar protein nugget edamame.
BAck Matter Vol 1 No 2 Back Matter Vol 1 No 2
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.259 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i2.2017.%p

Abstract

Perbedaan Kadar Hemoglobin, Asupan Zat Besi, dan Zinc pada Balita Stunting dan Non Stunting Nathania Helsa F. Losong; Merryana Adriani
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (743.293 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i2.2017.117-123

Abstract

  Background: Stunting is a chronic nutritional problem in children cause growth retardation which caused by poor parenting and inadequate intake. Low intake of macro nutrient and micro nutrient can affect to stunting in toddler. Intake of iron and zinc affect the incidence of stunting because iron and zinc affect growth hormone. In addition, low iron intake can affect hemoglobin levels in the body Objectives: The purpose of this study was to analyze the differences of hemoglobin level, iron and zinc intake in stunting and non stunting toddler. Methods: The research was an observational analytic with cross sectional design. The sample of this study were 42 toddler12-24 months in Tambak Wedi Public Health Center, Kenjeran  Sub-district, Surabaya, 21 toddler each stunting and non stunting. The data were collected by measuring height, food recall 2x24 hours, and blood sampling for hemoglobin measurement with cyanmethemoglobin method. The data were analyzed using chi square test and fisher test. Results: The result of this study showed there was difference of hemoglobin level (p=0.009), iron intake (p=0.004), and zinc intake (p=0.000) Conclusion: Stunting toddler have a lower hemoglobin level, iron and zinc intake more than non stunting toddler. Mother of toddler should have to increase the variant food source iron and zinc to prevent stunting in the future. ABSTRAK Latar belakang: Stunting merupakan masalah gizi kronis pada anak-anak yang menyebabkan terganggunya pertumbuhan linear anak dan diakibatkan oleh pola asuh dan asupan yang rendah.Rendahnya asupan zat gizi makro maupun mikro dapat mempengaruhi kejadian stunting pada balita. Asupan zat besi dan zinc dapat mempengaruhi kejadian stunting karena zat besi dan zinc mempengaruhi hormon pertumbuhan. Selain itu, asupan zat besi yang rendah dapat mempengaruhi kadar hemoglobin dalam tubuh. Tujuan: Menganalisis perbedaan kadar hemoglobin dan asupan zat besi serta zinc dari makanan pada balita stunting dan non stunting.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel terdiri dari 42 balita berusia 12-24 bulan di wilayah Kerja Puskesmas Tambak Wedi Kecamatan kenjeran Surabaya, balitastunting dannonstunting masing-masing sebesar 21 sampel.Pengumpulan data menggunakan pengukuran tinggi badan, food recall 2x24 jam, dan pengambilan sampel darah untuk pengukuran kadar hemoglobin menggunakan metode cyanmethemoglobin. Data dianalisis menggunakan chi square test dan fisher test.Hasil: Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan kadar hemoglobin (p=0,009), asupan zat besi (p=0,004), dan zinc (p=0,000) pada anak stunting dan non stunting.Kesimpulan: Balita stunting memiliki kadar hemoglobin dan asupan zat besi dan zinc yang lebih rendah daripada balita non stunting. Ibu balita sebaiknya meningkatkan variasi asupan sumber zat besi dan zinc agar dapat mencegah terjadinya stunting di masa yang akan datang.
Hubungan Antara Umur, Gravida, Dan Status Bekerja Terhadap Resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Dan Anemia Pada Ibu Hamil Zahidatul Rizkah; Trias Mahmudiono
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (736.241 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i2.2017.72-79

Abstract

 Background: Chronic Energy  Deficiency, and Anemia in pregnancy have become two the indirect and major causes of maternal and infant mortality cases in Indonesia. Objectives: The purpose of this study was to determine the effect of age, gestational age, gravida on Chronic Energy Deficiency occurrence and anemia. Methods: . The purpose of this study was to determine the effect of age, gravida, and work status on Chronic Energy Deficiency occurrence and Anemia.Results: The results showed that unemployed mothers had a probability of 0.824 times for Chronic Energy Deficiency compared with working mothers, multigravidal mothers had a probability of 1.021 times for Chronic Energy Deficiency compared with primigravida mothers, and 3,200 times for Chronic Energy Deficiency compared with primigravida mothers. Pregnant women <20 years of age have an anemia risk of 2.250 times compared with age 20-35 years, and age> 35 years have anemia risk 5.885 times greater than the age of 20-35 years. Unhealthy mothers and mothers who have risk of Anemia 1.990 greater than pregnant women who work.Conclusion: The conclusion of this research is that there is influence of work status, primigravida to Chronic Energy Deficiency occurrence, and there is influence of age, working status, and gravida on occurrence Anemia in pregnant mother. Advice for pregnant women is to conduct counseling to health workers on a regular basis and meet the nutritional needs during pregnancy according to the advice of health workers to prevent the occurrence of Chronic Energy Deficiency and anemia during pregnancy.ABSTRAK Latar Belakang: Proporsi ibu hamil dengan KEK di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2010 sebesar 33,5% meningkat menjadi 38,5% pada tahun 2013.  Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh umur, gravida, dan status  bekerja  terhadap kejadian KEK dan Anemia pada ibu hamil.  Metode: Penelitian cross-sectional ini melibatkan 153 ibu hamil yang periksa selama bulan Januari-Desember 2014 sebagai sampel. Sampel ini dipilih secara acak dengan menggunakan teknik simple random sampling. Pengaruh antar variabel dianalisis menggunakan uji Logistic Regression (α = 0,05).  Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang tidak bekerja memiliki kemungkinan 0,824 kali untuk mengalami KEK dibandingkan dengan ibu yang bekerja, ibu multigravida memiliki kemungkinan 1,021 kali untuk mengalami KEK dibandingkan dengan ibu primigravida, dan 3,200 kali untuk mengalami KEK dibandingkan dengan ibu primigravida, . Ibu hamil yang berumur < 20 tahun memiliki resiko mengalami Anemia 2,250 kali dibandingkan dengan umur 20-35 tahun, dan usia > 35 tahun memiliki resiko mengalami Anemia 5,885 kali lebih besar dibandingkan dengan usia 20-35 tahun. Ibu yang tidak bekerja memiliki resiko mengalami Anemia 1,990 lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang bekerja.Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh status bekerja, primigravida terhadap kejadian KEK, dan terdapat pengaruh umur, status bekerja, dan gravida  terhadap kejadian Anemia pada ibu hamil. Saran untuk ibu hamil adalah untuk melakukan konseling kepada petugas kesehatan secara teratur dan memenuhi kebutuhan nutrisinya selama hamil sesuai saran petugas kesehatan untuk mencegah terjadinya KEK dan anemia pada masa kehamilan.
Asupan Energi dan Protein Berhubungan dengan Gizi Kurang pada Anak Usia 6-24 Bulan Dewi Kencono Jati; Triska Susila Nindya
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (858.724 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i2.2017.124-132

Abstract

  Background: Children under two years of age are susceptible to nutritional problems. Nutrient intake are needed for optimal growth and mental development. Inadequate energy intake in the long run can lead to protein energy malnutrition.Objectives: The purpose of this study was to analyze the association energy and protein intake with nutritional status of children aged 6 to 24 months. Methods: This research used cross sectional design aprroach.  The subjects of this study were 62 children under two years (aged 6-24 months). Selection of sample was using simple random sampling Data was collected through interviews using a structured questionnaire, nutrient intake using 2x24hours recall, and weight measurement. Data was analyzed using Chi-square test. Results: The results showed that majority of the children had inadequate energy intake, adequate protein intake, 24.2% were underweight. There was a correlation between energy intake (p=0.044) and protein intake (p=0.038) with nutritional status WAZ. Conclusion: The conclusion of this study is  energy and protein intake contribute to underweight incidences among children aged 6-24 months. Therefore, it could be advised to increase high energy and protein intake for optimum growth.ABSTRAK Latar belakang: Anak dengan usia di bawah dua tahun rentan mengalami masalah gizi. Asupan gizi dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental. Asupan energi yang tidak mencukupi dalam waktu jangka panjang dapat menyebabkan gizi kurang yang berdampak pada kekurangan energi-protein. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan asupan energi dan protein dengan status gizi berdasarkan BB/U pada anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Klampis Ngasem, Surabaya.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Subyek dari penelitian ini adalah 62 bayi di bawah dua tahun (baduta) berusia 6-24 bulan yang didapatkan dari metode simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner terstruktur, asupan gizi dengan recall 2x24hrs, dan pengukuran berat badan. Teknik analisis data dilakukan dengan uji statistik Chi-square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar baduta memiliki asupan energi tidak adekuat, asupan protein adekuat, dan 24,2% mengalami underweight. Terdapat hubungan asupan energi (p=0,044) dan asupan protein (p=0,038) dengan status gizi BB/U.Kesimpulan: Energi dan protein berkontribusi terhadap kejadian underweight pada baduta. Oleh karena itu, disarankan selalu melakukan peningkatan konsumsi pangan dengan memberikan asupan makanan yang mengandung energi dan protein untuk pertumbuhan yang optimal.
Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kadar Gula Darah Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Laila Nurayati; Merryana Adriani
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (726.687 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i2.2017.80-87

Abstract

 Background: Diabetes Mellitus is one of the degenerative diseases which is the highest morbidity by increasing 30,2 % from 2012 to 2013 in Surabaya. Low physical activity is suspected to be one factor of uncontrolled fasting blood sugar level of Diabetes Melitus patients. Objectives: Based on the problem, this study was conducted to analyze the relationship of physical activity with fasting blood sugar level of type 2 Diabetes Mellitus patient in MulyorejoPublic Health Center Surabaya. Methods: This research used cross sectional design with a sample of 62 people. Data were collected using structured interview guide and IPAQ. Blood sampling using spectrophotometer method performed by medical analyst of laboratory of Mulyorejo Public Health Center. Analysis used was Spearman's Rho statistical test. Results: The results showed as many as 62.9% of respondents had low physical activity and as much as 58.0% of respondents had fasting blood sugar levels in the high category. The results showed there was a correlation between physical activity with fasting blood sugar level of type 2 Diabetes Mellitus patient. Conclusion: Theconclusion of this research there was relationship between physical activity with fasting blood glucose level of type 2 Diabetes Mellitus patient. We recommend that people with type 2 Diabetes Mellitus apply good physical activity such as cycling  or walking routinely 3-4 days a week for 20 minutes each day and reduce sitting activity so that fasting blood sugar levels can be controlled.ABSTRAK Latar belakang: Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang masih tinggi di kota Surabaya dengan peningkatan kasus dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 30,2 %. Aktivitas fisik rendah merupakan salah satu faktor resiko tidak terkontrolnya kadar gula darah penderita Diabetes Melitus. Tujuan: Berdasarkan masalah tersebut, dilakukan penelitian untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas Mulyorejo Surabaya. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel penelitian sebanyak 62 orang. Pengumpulan data dengan panduan wawancara terstruktur dan IPAQ. Pengambilan sampel darah dengan metode spektrofotometer yang dilakukan oleh analis medis laboratorium Puskesmas Mulyorejo. Analisis dilakukan dengan uji statistik Spearman’s Rho. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 62,9 % responden memiliki aktivitas fisik rendah dan sebanyak 58,0 % responden memiliki kadar gula darah puasa dalam kategori tinggi. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa penderita Diabetes Melitus tipe 2 (p=0,000). Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa penderita Diabetes Melitus tipe 2. Sebaiknya bagi penderita Diabetes Melitus tipe 2 dapat menerapkan aktivitas fisik yang baik seperti rutin bersepeda atau jalan kaki 3-4 hari dalam seminggu selama 20 menit setiap harinya dan mengurangi aktivitas duduk supaya kadar gula darah puasa terkontrol.
Perbedaan Kadar Zinc Rambut pada Anak Stunting dan Non Stunting Usia 12-24 Bulan di Kelurahan Tambak Wedi Kenjeran, Surabaya Brigita Rainy Oktiva; Merryana Adriani
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (733.879 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i2.2017.133-142

Abstract

  Background: Stunted is still a health problem in Indonesia. The prevalence of stunted in Surabaya has continued to increase for 3 years, while the prevalence of stunted in Tambak Wedi Kenjeran in 2017 shows high percentage (43.8%). Stunted are associated with zinc levels of the body due to zinc as a role in synthesis of growth hormone. Measurement of zinc levels can be done through the hair in describing chronic stunted incident. Measurement of zinc levels through the hair is easier to implement than other measurements of zinc levels, such as blood serum.Objectives: The purpose of this study was to analyze the difference of hair zinc level in children of stunted and non stunted age 12-24 months in Tambak Wedi village, Kenjeran district, Surabaya. Methods: This research was an observational analytic with cross sectional design. The population of this study were all children aged 12-24 months in Tambak Wedi Kenjeran, Surabaya in the amount of 267 children. The samples of this study were 36 children that divided into 18 children stunted and 18 children non-stunted, taken by simple random sampling. Data were collected by measuring height, questionnaire interview, food recall 2x24 hour, and hair zinc level measurement using Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Data were analyzed using Mann-Whitney Test to find the difference in two variables with data not distributed normally. Results: The results of this study showed no differences of hair zinc levels in stunted and non stunted children (p = 0.517). Conclusion: Hair zinc levels in stunted and non stunted children aged 12-24 months in Tambak Wedi Kenjeran, Surabaya showed no differences. Required continue research by measuring the body's zinc levels simultaneously through blood serum and hair to get more accurate results. ABSTRAK Latar Belakang: Permasalahan stunting masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia. Prevalensi stunting di Surabaya terus mengalami peningkatan selama 3 tahun, sedangkan di Kelurahan Tambak Wedi Kenjeran prevalensi stunting pada tahun 2017 masih sangat tinggi (43,8%). Kejadian stunting berkaitan dengan kadar zinc tubuh dikarenakan zinc berperan dalam sintesis hormon pertumbuhan. Pengukuran kadar zinc dapat dilakukan melalui rambut dalam menggambarkan kejadian stunting secara kronis. Pengukuran kadar zinc melalui rambut lebih mudah dilaksanakan dibandingkan pengukuran kadar zinc lainnya karena pengukuran kadar zinc rambut lebih sensitif dan stabil.Tujuan: Mengetahui perbedaan kadar zinc rambut pada balita stunting dan non stunting usia 12-24 bulan di Kelurahan Tambak Wedi Kecamatan Kenjeran Surabaya.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh balita berusia 12-24 bulan di Kelurahan Tambak Wedi Kenjeran, Surabaya dengan jumlah 267 balita. Sampel penelitian ini sebesar 36 orang dengan 18 orang mengalami stunting dan 18 orang tidak stunting, diambil secara acak menggunakan teknik simple random sampling. Penentuan sampel menggunakan uji hipotesis dua proporsi. Pengumpulan data meliputi pengukuran tinggi badan, wawancara kuesioner, food recall 2x24 jam, dan pengambilan sampel rambut untuk pengukuran kadar zinc rambut dengan alat Spektofotometer Serapan Atom (SSA). Data dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan pada dua variabel dengan data tidak berdistribusi normal.Hasil: Tidak terdapat perbedaan kadar zinc rambut pada balita stunting dan non stunting (p=0,517).Kesimpulan: Kadar zinc rambut pada anak stunting dan non stunting dengan usia 12-24 bulan di Kelurahan Tambak Wedi Kenjeran, Surabaya tidak berbeda. Diperlukan penelitian lanjutan dengan mengukur kadar zinc tubuh secara bersamaan melalui serum darah dan rambut untuk mendapatkan hasil lebih akurat.
Pola Konsumsi Makanan Sumber Yodium dan Goitrogenik dengan GAKY pada Anak Usia Sekolah di Ponorogo Imaniar Mahdiya Izati; Trias Mahmudiono
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (880.254 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i2.2017.88-97

Abstract

 Background: Iodine deficiency disorders (IDD) is one of nutritional problem in Indonesia. Inadequate intake of iodine and excessive goitrogenic intake is are main cause of IDD. Objectives: This study aimed to determine factors associated with IDD among schoolchildren. Methods: This study was an observational analytic with case control design in Sidoharjo Village, Jambon Sub District, Ponorogo on May 2017. The sample was 62 students from the first – sixth grade of SDN IV Krebet. They are consist of 31 students suffer IDD and 31 students with non IDD measured from goiter palpation. The data was collected by interview using questionnaire, iodine and goitrogenic consumption using FFQ. Data were analyzed by using chi square, fisher exact, spearman correlation and logistic regression. Results: Dietary iodine source that are rarely consumed is seafood (79,03%). Dietary goitrogenic source that are often consumed is tiwul (48,39%). Logistic regression analysis showed that seafood intake is the most influence factor of IDD (p= 0,011). Conclusion: There was a relation between iodine intake and goitrogenic intake with IDD among school children. Meanwhile, there is no association between characteristic of family with IDD among school children.ABSTRAK Latar Belakang: Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah yang ada di Indonesia hingga saat ini. Rendahnya asupan yodium dan tingginya konsumsi sumber goitrogenik adalah penyebab terjadinya GAKY.Tujuan: Untuk mengetahui faktor yang berhubungan terhadap kejadian GAKY pada anak usia sekolah.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain case control dan dilakukan di Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo pada bulan Mei 2017. Sampel penelitian ini yaitu siswa SDN IV Krebet dari kelas I-VI yang terdiri dari 62 siswa dimana 31 siswa menderita GAKY dan 31 siswa tidak menderita GAKY yang didapatkan dari hasil pemerikasaan palpasi. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode wawancara dengan kuesioner dan FFQ untuk mengetahui pola konsumsi makanan sumber yodium serta goitrogenik. Data dianalisis menggunakan chi square, fisher exact, korelasi spearman dan regresi logistik.Hasil: Makanan sumber yodium yang jarang dikonsumsi oleh responden adalah ikan laut (79,03%). Sedangkan makanan sumber goitrogenik yang sering dikonsumsi oleh responden adalah tiwul (48,39%). Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian GAKY yaitu pola konsumsi ikan laut (p= 0,011).Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pola konsumsi ikan laut, pola konsumsi telur dan pola konsumsi tiwul dengan kejadian GAKY. Sebaliknya tidak terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dengan kejadian GAKY.  

Page 1 of 2 | Total Record : 14


Filter by Year

2017 2017


Filter By Issues
All Issue Vol. 8 No. 1 (2024): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 2SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Special 3rd Amerta Nutrition Conferenc Vol. 7 No. 4 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 3SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 7 No. 3 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 2 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 1SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Big Data Seminar Vol. 7 No. 1 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 6 No. 1SP (2022): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Special 2nd Amerta Nutrition Conferenc Vol. 6 No. 4 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 3 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 2 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 1 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 4 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 3 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 2 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 2SP (2021): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 5 No. 1 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 1SP (2021): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 4 No. 4 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 3 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 1SP (2020): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 4 No. 1 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 3 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 2 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 1 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 4 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 3 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 2 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 1 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 4 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 3 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 1 (2017): AMERTA NUTRITION More Issue