cover
Contact Name
Harry Octavianus Sofian
Contact Email
harry.octavianus@kemdikbud.go.id
Phone
-
Journal Mail Official
harry.octavianus@kemdikbud.go.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
AMERTA
ISSN : 02151324     EISSN : 25498908     DOI : -
AMERTA Journal of Archeology Research and Development publish and issued by Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (the National Research Centre of Archaeology) - Agency of Research and Development - Ministry of Education and Culture Republic of Indonesia, publish since 1985. AMERTA is an open access journal without any charge during article processing. AMERTA presents original articles about knowledge and information of the results of the latest research and development in the archeology and related sciences, such as chemistry, biology, geology, paleontology, and anthropology, etc.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol. 38 No. 2 (2020)" : 9 Documents clear
PERTANGGALAN RELATIF CANDI RONGGENG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT Rus Yanti; Nanang Saptono; Endang Widyastuti
AMERTA Vol. 38 No. 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/amt.v38i2.145-160

Abstract

Abstract. The Relative Dating of Candi Ronggeng in Ciamis, West Java. Ronggeng temple is one of the Hindu temples in West Java. The temple was first discovered in 1976 and was excavated again in 1984, 1985, and 2016. The aim of excavations was to follow up on local government requests for zoning as an effort to preserve the temple. The early publication in 1984 placed the temple from the 8th -16th centuries whilst in the latest publication in 2011 placed the temple as a sacred ancient Sundanese building from the 13th-16 Th centuries. The purpose of this paper is to review the Ronggeng temple dating based on comparison with other temples in which the shapes and dates are known namely with Pananjung, Indihiang, and Bojongmenje temples. By comparing the excavations data and reviewing the historical context, the relative chronology of the Ronggeng temple was analyzed again. The results show that the Ronggeng temple is a Hindu temple built by a shallow foundation with tuff material. This temple is presumed to be originated from the 7 th-14th centuries according to the context of the time when Hinduism influenced Ciamis as seen in Tarumanagara and Kawali inscriptions. The range of this period is included in pre-Sunda or the times before the name of Sunda was first mentioned in the Rakryan Juru Pangambat inscription in 932 CE to Sunda period. At this time, the Hindu influence had already reached the hinterland of Sunda before the Buddha’s. Abstrak. Candi Ronggeng merupakan salah satu candi Hindu di Jawa Barat. Candi itu pertama kali ditemukan pada 1976 dan digali kembali pada 1984, 1985, dan 2016. Penggalian bertujuan untuk menindaklanjuti permintaan pemerintah daerah untuk dilakukan zonasi sebagai upaya awal pelestarian. Publikasi awal yang dilakukan pada tahun 1984 menempatkan kronologi candi dari abad ke-8—16, sedangkan publikasi terakhir pada tahun 2011 menempatkan Candi Ronggeng sebagai bangunan suci Sunda Kuno berkurun waktu abad ke-13--16. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengkaji ulang pertanggalan Candi Ronggeng berdasarkan perbandingan dengan candi lain yang sudah diketahui bentuk dan kronologinya, yaitu dengan Candi Pananjung, Candi Indihiang, dan Candi Bojongmenje. Dengan melakukan perbandingan hasil ekskavasi dan tinjauan konteks kesejarahan, kronologi Candi Ronggeng dianalisis kembali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Candi Ronggeng adalah candi yang dibangun dengan konstruksi fondasi dangkal dengan material tufa. Candi itu diduga berasal dari kisaran masa abad ke-7--14 sesuai dengan konteks saat Ciamis mendapat pengaruh Hindu yang terlihat dari prasasti masa Tarumanagara dan Kawali. Kisaran masa ini termasuk ke dalam masa pra-Sunda atau masa sebelum nama Sunda disebut pertama kali dalam Prasasti Rakryan Juru Pangambat pada 932 hingga memasuki masa Sunda. Pada masa itu, pengaruh Hindu diduga sudah lebih dahulu memengaruhi wilayah pedalaman Sunda sebelum Buddha.
MEGALITIK GUNUNG SROBU DALAM KONTEKS BUDAYA MELANESIA Erlin Novita Idje Djami
AMERTA Vol. 38 No. 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/amt.v38i2.129-144

Abstract

Abstract. Megalithic Of Gunung Srobu In Melanesian Cultural Context. Megalithic is one of the cultural elements that is discovered worldwide, and it is often used as evidence for cultural hyperdiffusion theory. Such a cultural element is also present in the Melanesian region. However, there is still debate among scholars as to where it comes from and when it was introduced to this area. In this context, the recently excavated megalithic site in Gunung Srobu in Youtefa Bay, Jayapura, Papua may shed light on this matter. This paper is intended to describe the megalithic findings of Gunung Srobu and then compare them with other megalithic findings in several sites in the Melanesian region. The comparative study aims to find out the similarities and differences between Gunung Srobu megalithic and the other Melanesian megalithic as well as to know the position of Gunung Srobu in the Melanesian regional. The method used includes surveys, excavations, and literature studies. The result shows that Gunung Srobu is a very complex megalithic site in the region with very varied shapes and types. The date from around the 4th Century AD put Gunung Srobu as the oldest megalithic site in the region which is likely to occupy a central position in the megalithic distribution in the Melanesian Region. Abstrak. Megalitik merupakan salah satu unsur budaya yang ditemukan sangat luas di dunia dan sering menjadi bukti bagi teori hiperdifusi. Unsur budaya megalitik juga ditemukan di kawasan Melanesia. Namun, banyak ahli masih memperdebatkan asal-usul dan waktu persebarannya. Dalam konteks ini, temuan megalitik yang baru-baru ini ditemukan dalam penggalian di situs Gunung Srobu, Teluk Youtefa, Papua, mungkin dapat menjelaskan masalah ini. Tulisan ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan temuan megalitik di Gunung Srobu dan membandingkannya dengan temuan megalitik di beberapa situs lainnya di kawasan Melanesia. Tujuannya adalah untuk mengetahui persamaan dan perbedaan unsur megalitik antara yang ada di Gunung Srobu dan di situs Melanesia lainnya, serta mengetahui kedudukan megalitik Gunung Srobu di kawasan Melanesia. Metode yang digunakan mencakup survei, ekskavasi, dan studi pustaka. Hasilnya menunjukkan bahwa Gunung Srobu merupakan situs megalitik yang sangat kompleks di kawasan itu dengan bentuk dan jenis yang sangat bervariasi. Pertanggalan yang berasal dari sekitar abad ke-4 M menempatkannya sebagai megalitik tertua yang kemungkinan menempati posisi sentral dalam persebaran megalitik di kawasan Melanesia.
TEMUAN ARKEOLOGI TERBARU DI BARAT LAUT-UTARA LEMBAH KERINCI, DATARAN TINGGI JAMBI: SEBUAH LAPORAN AWAL Hafiful Hadi Sunliensyar
AMERTA Vol. 38 No. 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/amt.v38i2.161-174

Abstract

Abstract. The Latest of Archaeological Finds in the Northwest-North of Kerinci Valley, Jambi Highland: A Preliminary Report. Last decade archeological research in Kerinci area, only focused on the south of Kerinci Lake. This region admittedly has archaeological finds richly and has been reported since the colonial era. The report was followed by research working comprehensively in that region eighty years after. The research revealed that archeological finds in the south of Kerinci Lake came from the neolithic to proto-historic era. However, the finds of earthenware fragments accidentally, have discovered the new information about archaeological finds in the north of Kerinci Lake or the northwest-north of Kerinci valley. The purpose of this research is to map the distribution and describing the character of archaeological finds in the northwest-north of Kerinci valley. This research utilizes a descriptive method worked in three stages, videlicet collecting, analyze, and interpreting data. In collecting the data stage collected the primary data and secondary data. In the analyzing stage, utilized qualitative analysis by noticing form, style, and technology attributes. This research revealed that the northwest-north of Kerinci valley area has artifact finds in the form of cord-marked earthenware, red slipped earthenware, and Chinese ceramics. Furthermore, found the carving-stones (petroglyph) too. Abstrak. Penelitian arkeologi dekade terakhir di kawasan Kerinci hanya terfokus pada kawasan di selatan Danau Kerinci. Kawasan ini memang memiliki tinggalan arkeologis yang cukup padat dan telah dilaporkan sejak era kolonial. Laporan tersebut ditindaklanjuti dengan melakukan penelitian yang lebih komprehensif di kawasan tersebut puluhan tahun sesudahnya. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa tinggalan arkeologis di sebelah selatan Danau Kerinci berasal dari masa Neolitik hingga Protosejarah. Namun, temuan artefak tembikar secara tidak sengaja di situs Siulak Tenang pada 2010, telah membuka pengetahuan baru tentang adanya tinggalan arkeologis di bagian utara Danau Kerinci atau bagian barat laut-utara lembah Kerinci. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran dan mendeskripsikan tinggalan arkeologi di barat laut-utara Lembah Kerinci. Penelitian ini bersifat deskriptif yang dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu pengumpulan data, analisis data dan interpretasi. Pada tahap pengumpulan data, dilakukan pengumpulan data primer dan data sekuder. Pada tahap analisis data digunakan analisis kualitiatif dengan memperhatikan atribut bentuk, gaya, dan teknologi. Penelitian ini mengungkapkan bahwa kawasan baratlaut-utara Lembah Kerinci memiliki tinggalan artefak berupa tembikar tatap tali, tembikar slip merah, dan keramik Cina. Selain itu, juga ditemukan -batu bergores (petroglif).
THE SANGIRAN FOSSIL SHELL ASSEMBLAGES CATALOGUE Marie Grace Pamela Garong Faylona; Pierre Lozouet; Anne-Marie Sémah; François Sémah; Metta Adityas
AMERTA Vol. 38 No. 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/amt.v38i2.93-114

Abstract

Abstrak. Katalog Himpunan Fosil Kerang Sangiran. Makalah ini merupakan pemutakhiran himpunan fosil cangkang Sangiran di Jawa Tengah. Tujuannya untuk mendokumentasikan dan menyajikan gastropoda dan kerang dari seri Kalibeng atas dan Pucangan Bawah Kubah Sangiran dari periode Plio-Pleistosen. Tercatat 61 taksa moluska hingga tingkat genus. Informasi yang dikumpulkan dari kumpulan moluska ditentukan oleh sejarah geologi dan lingkungan Sangiran. Mereka diasosiasikan dengan fasies yang berbeda: a) napal masif dan lempung biru, b) lapisan batugamping lempung, c) lempung kelabu berlumpur, d) breksi vulkanik dan lahar dan e) lempung hitam, dan terdiri dari sedimen yang merepresentasikan lingkungan laut hingga rawa yang mengarah ke perkembangan kontinental. Pola kuantitatif yang dicatat dalam kumpulan moluska menjelaskan palaeo-lingkungan dan hubungan antara kumpulan palaeodataset yang mapan dari analisis dan tingkat variabilitas dalam data paleontologi. Selain itu, cangkang yang teridentifikasi dapat digunakan sebagai referensi untuk perwakilan taksonomi Sangiran dan moluska di lapisan Kalibeng dan Pucangan Cekungan Solo di Jawa Tengah. Abstract. This paper is an update of fossil shell assemblages of Sangiran in Central Java. It is aimed to document and present the gastropods and bivalves from the Upper Kalibeng and Lower Pucangan series of the Sangiran dome from the Plio-Pleistocene period. There are 61 mollusc taxa recorded up to the genus level. Information gathered from mollusc assemblages are determined by the geological and environmental history of the Sangiran. They are associated with different facies: a) massive marls and blue clays, b) layered clayey limestone, c) silty gray clay, d) volcanic breccia and lahars and e) black clays, and composed of sediments representing marine to swampy environments leading to continental development. The quantitative patterns recorded in mollusc assemblages elucidate the palaeoenvironment and the relationship between the established palaeodatasets of analysis and the levels of variability in palaeontological data. Moreover, the identified shells may be utilized as a reference for Sangiran and molluscan taxonomic representative in Kalibeng and Pucangan layers of Solo Basin in Central Java.
GUA MABITCE: DATA BARU SITUS HOABINH DI SUMATRA BAGIAN UTARA Taufiqurrahman Setiawan; Anton Ferdianto; Nenggih Susilowati; Aswan Aswan; Andi Irfan Syam; Anggun Ibowo Saputra; Dwi Wahyudi; Deni Andreian; Muhammad Bahrum; Primawan Primawan; Sopingi Silalahi
AMERTA Vol. 38 No. 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/amt.v38i2.115-128

Abstract

Abstract. Gua Mabitce: New Evidence of Hoabinh Site in Northern Sumatra. Gua Mabitce Cave is one of the caves that have the potential for archaeological research on the western coast of Aceh. The surface archaeological data of Sumatralith and the shell layers indicated this location possibly occupied in the past. How occupation and cultural characteristics are found at this site? What questions can be answered by conducting excavations to collect the underground archaeological data? The excavation data are analyzed and interpreted to describe the occupation in Gua Mabitce Cave. Although the dating of this site chronology cannot be obtained because the samples have not been analyzed, the results of the analysis of stone artifacts showed the cultural character of Hoabinh with stone tools artifacts, Sumatralith and flakes as its main equipment. The use of direct percussion is a very dominant technique for making stone tools. The cultural and residential characteristics of the Mabitce Cave are similar to other pre-neolithic sites in northern Sumatra, such as open sites on the east coast of northern Sumatra and cave/rock-shelter sites in the Bukit Barisan Mountains in the Aceh and North Sumatra regions. Abstrak. Gua Mabitce merupakan salah satu gua di Pesisir Barat Aceh yang memiliki potensi untuk diteliti secara arkeologis. Temuan kapak batu sumatralit dan fitur lapisan cangkang kerang di permukaan lantainya memberikan gambaran awal kemungkinan adanya hunian pada masa lalu. Bagaimana hunian dan karakter budaya yang ditemukan di lokasi ini? Jawaban pertanyaan itu perlu dilakukan ekskavasi di Gua Mabitce untuk memperoleh data arkeologi di bawah permukaan. Data artefak, ekofak, fitur, dan sebarannya dianalisis dan diinterpretasikan untuk menemukan gambaran kronologi dan penghunian di Gua Mabitce. Walaupun kronologi waktu situs belum dapat diperoleh karena sampel pertanggalan belum dapat dianalisis, hasil analisis artefak batu menunjukkan karakter budaya Hoabinh dengan artefak batu, sumatralith, dan serpih batu sebagai peralatan utamanya. Penggunaan kerakal yang dipangkas pada satu sisi sangat dominan ditemukan. Karakter budaya dan hunian di Gua Mabitce memiliki kesamaan dengan situs-situs pre-Neolitik lainnya di Sumatra bagian utara, seperti situs terbuka di pesisir timur Sumatra bagian utara dan situs gua/ceruk di Pegunungan Bukit Barisan di wilayah Aceh dan Sumatra Utara.
Cover Amerta Volume 38, Nomor 2, Tahun 2020 Puslit Arkenas
AMERTA Vol. 38 No. 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Preface Amerta Volume 38, Nomor 2, Tahun 2020 Puslit Arkenas
AMERTA Vol. 38 No. 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Appendix Amerta Volume 38, Nomor 2, Tahun 2020 Puslit Arkenas
AMERTA Vol. 38 No. 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Back Cover Amerta Volume 38, Nomor 2, Tahun 2020 Puslit Arkenas
AMERTA Vol. 38 No. 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Page 1 of 1 | Total Record : 9