cover
Contact Name
Riduan Mas'ud
Contact Email
riduanmasud@uinmataram.ac.id
Phone
+6281808304480
Journal Mail Official
schemata@uinmataram.ac.id
Editorial Address
Kampus Pascasarjana UIN Mataram Jalan Gajahmada 50 Jempong Baru, Mataram, NTB, Indonesia
Location
Kota mataram,
Nusa tenggara barat
INDONESIA
JURNAL SCHEMATA : Pascasarjana UIN Mataram
Core Subject : Economy,
Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram is a scientific, peer-reviewed, and open-access journal published by State Islamic Religious Institute (IAIN) Mataram (since 2017, it changes its name into State Islamic University (UIN) Mataram). The scope of the Schemata includes Interdisciplinary Islamic Studies. Schemata receive manuscripts as the product of research results, both field research, and library research. Since 2018, Schemata has been accessible through http://journal.uinmataram.ac.id/index.php/schemata
Articles 84 Documents
Pre Understanding, Effective Histori, Fusion Of Horisons Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID NTB) Terhadap Undang-Undang Penyiaran No 32 Tahun 2002 Dan P3SPS Najamudin Najamudin
Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram Vol. 7 No. 1 (2018): Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.989 KB) | DOI: 10.20414/schemata.v7i1.295

Abstract

Pre Understanding, Effective Histori, Fusion Of Horisons istilah hermeneutik sebagai dasar untuk memahami. Sedangkan KPID adalah lembaga yang otoritatif pada pengawasan penyiran di daerah yang mengacu pada UU Penyiaran 32 Tahun 2002. Hadirnya lembaga penyiaran di NTB memiliki dampak positive negative, yaitu mampu memenuhi kebutuhan informasi bagi masyrakat NTB, tapi juga menambah permasalahan, seperti perilaku kekerasan oleh anak-anak, Pelecehan seksual oleh anak-anak maupun dewasa, kata-kata kotor oleh anak-anak dan lainnya. Prilaku tersebut diilustrasikan melalui Televisi. Pada tahap implementasi kebijakan dan pemahaman KPID tentang UU Penyiaran dan P3SPS peneliti melihatnya menggunakan teori hermneutika Gadamer dan Ripley “pendekatan kepatuhan dalam impelentasi kebijakan”. Terjadinya ketidakpatuhan tersebut disebabkan oleh kebijakan tersebut hanya berlaku formalitas, atau dalam logika hermeneutika apa yang KPID lakukan baru sebatas pemahaman literal, sehingga perlu diuji dengan Pre Understanding, Effective Histori, Fusion Of Horisons. Keywords: Pre Understanding, Effective Histori, Fusion Of Horisons, UU Penyiaran, P3SPS, KPID, Lembaga, Penyiaran
Pola Interaksi Komunitas Mbojo Dengan Masyarakat Sasak (Studi Pada Komunitas Mbojo di Desa Peresak Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat) Muhammad Syarifudin
Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram Vol. 7 No. 1 (2018): Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.481 KB) | DOI: 10.20414/schemata.v7i1.297

Abstract

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah: 1.) Untuk mengetahui pola interaksi komunitas Mbojo dengan masyarakat Sasak di Desa Peresak Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. 2.) Untuk mengetahui proses interaksi komunitas Mbojo dengan masyarakat Sasak di Desa Peresak Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. Penelitian ini, menggunakan jenis deskriptif dan fenomenologi. Yaitu tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial bila manusia memberi arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu, dan manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti. Sedangkan jenis deskriptif pada hakekatnya adalah mencari teori, bukan menguji teori. Metode ini menitik beratkan pada observasi dan suasana alamiah. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1). Pola Interaksi komunitas Mbojo dengan masyarakat Sasak di Desa Peresak Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat adalah memegang prinsip hidup dari leluhurnya yaitu memberi contoh yang terbaik dengan bilhal dari yang lebih tua para tokoh komunitas Mbojo yang sekaligus menjadi panutan dan perilaku hidup komunitas Mbojo yang juga di dalamnya mengajarkan bahwa masyarakat harus lebih bersahaja dari pada pemimpinnya dalam berinteraksi. 2). Proses interaksi komunitas Mbojo dengan masyarakat Sasak di Desa Peresak Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat merupakan segala bentuk aktifitas atau kegiatan yang dilakukan setiap hari yang memegang teguh ajaran leluhur yang disebut ”maja la bo dahu” yang berarti malu dengan takut dan tercermin dalam tiga kategori, yaitu segi pekerjaan, segi kekeluargaan dan segi adat-istiadat yang merupakan keseluruhan pengetahuan dan pengalaman tentang segala aspek dan lika-liku yang berkaitan dengan kehidupan yang dipesankan secara lisan oleh nenek moyang kepada seluruh masyarakat adat Mbojo.
KONFLIK DAN RESOLUSI KONFLIK JAMA’AH MASJID KEMBAR MENARA TUNGGAL DI DESA BANYUMULEK KECAMATAN KEDIRI LOMBOK BARAT azwandi azwandi
Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram Vol. 7 No. 1 (2018): Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.834 KB) | DOI: 10.20414/schemata.v7i1.299

Abstract

Di desa Banyumulek terdapat dua masjid yang sekarang menjadi satu, masjid itu diberinama Masjid Kembar Menara Tunggal, sebelum masjid Kembar Menara Tunggal, sekitar enam puluh tahun yang lalu, berdiri salah satu masjid yang diberi nama Masjid Nurul Badiah, yang letaknya di Banyumulek Barat. Awalnya keberadaan masjid ini dimanfaatkan oleh warga Banyumulek sebagai tempat untuk beribadah dan sebagai pusat kegiatan keagamaan sebagaimana lazimnya. Namun Seiring berjalannya waktu, terjadi kesalahpahaman antar tokoh pemuka agama dan pengurus masjid itu. Sejak munculnya perbedaan pemahaman keagamaan ini, akhirnya konflik terbuka sesama jama’ah Masjid Nurul Badi’ah tidak dapat terelakkan, yang pada akhirnya jama’ah yang tidak sependapat mendirikan masjid baru yang lokasinya sangat berdekatan dengan Masjid Nurul Badi’ah, masjid baru tersebut diberi nama Masjid Silaturrahmi yang lokasinya berada di wilayah dusun Banyumulek Timur. Konflik dan ketegangan antar jama’ah terus berlangsung hingga puluhan tahun dan secara turun temurun, hingga pada akhirnya atas inisiatif dari tokoh pemuda pada saat itu, berusaha untuk menyatukan kembali jama’ah yang telah terpecah puluhan tersebut dengan melakukan negosiasi dan koordinasi dengan semua tokoh pemuka agama dan masyarakat, yang pada akhirnya menemukan titik temu untuk mengakhiri konflik yang berkepanjangan, dengan di adakan rapat besar antar dua pengurus masjid (Masjid Nurul Badi’ah dan Masjid Silaturrahmi) yang hasilnya di dalam rapat besar itu bahwa kepengrusan kedua masjid di bubarkan, dan kepengurusan masjid yang baru akan dibuat ulang, serta kedua masjid akan dirombak diganti dengan model masjid yang baru. Agar bangunan masjid bergabung menjadi satu maka dibuatkanlah jembatan penghubung yang sekarang dikenal dengan nama Menara Tunggal sebagai simbol pemersatu. Sejak dimulainya pembangunan Masjid Tunggal menara Tunggal dibangun pada tahun 2009 pertikain antar jamaah dapat diredam dan dapat dipersatukan kembali.
Financial system for a multinational family in Sharia and Law yousf faraj muhammad hadiri
Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram Vol. 7 No. 1 (2018): Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.005 KB) | DOI: 10.20414/schemata.v7i1.312

Abstract

The issue of the financial system of a multinational family in shari'a and law is of great importance in the current era of the deterioration of rights in the case of family disputes, which often result in divorce. Hence, Islamic law has taken into account this subject with many rules and provisions that protect both spouses' rights and obligations. Some Arab countries have also taken this approach, but they have not been far from international laws that advocate women's freedom, as we find in Tunisian law, for example. Here we have examined this subject from a legitimate legal point to clarify the problem that some countries have occurred when they put the family laws. The family laws have come up with sub-solutions that have made them fundamental issues that would raise the status of women and strengthen their legal and social status. This is the result of satisfying the demands of a predominantly political nature of religion, which made some laws rigid. The obligation of positive laws should not be affected by the purposes of Islamic law and its lofty principles of political, because codification does not prohibit Hara’am things, and it is not Hara’am for Halaal and non-ijtihad.
TRADISI PERAQ API DALAM DINAMIKA PERUBAHAN SOSIAL PADA MASYARAKAT KAWO Zakaria Ansori
Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram Vol. 7 No. 1 (2018): Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.558 KB) | DOI: 10.20414/schemata.v7i1.313

Abstract

Tradisi peraq api dan dinamika perubahasan sosial adalah dua hal yang selalau beriringan dalam kontek kehidupan bermasayarat khususnya pada masyarakat kawo. Fokus Penelitian ini adalah bagaimana tradisi peraq api, prosesnya dan dinamika perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat kawo. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa tradisi peraq api hingga saat ini masih dilakasanakan oleh masyarakat kawo walaupun ada terjadi perubahan pada aspek-aspek tertentu, hal ini disebabkan karena ada dinamika perubahasn sosial yang terjadi pada masyarakat. Kata Kunci; Peraq Api, Tradisi dan Perubahan Sosial
ANALISIS FIQH FIQH KOTEMPORER TERHADAP “NYANDAK” MASYARAKAT SASAK musawwar musawwar
Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram Vol. 7 No. 1 (2018): Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.482 KB) | DOI: 10.20414/schemata.v7i1.512

Abstract

Artikel ini membahas tentang “Sandak” yaitu salah satu bentuk muamalah yang lazim dikenal di kalangan masyarakat Sasak. Sandak merupakan bentuk transaksi yang bernilai ekonomis-komersial dalam upaya pemanfaatan lahan pertanian. Tidak ada padanan istilah yang fixed bagi Sandak dalam disiplin ilmu fiqh. Ada yang menyebutnya sebagai “pinjam uang pinjam tanah”, “jual beli sementara”, dan bahkan ada yang menyebutnya sebagai bentuk lain dari gadai.Sebenarnya tradisi Sandak bisa diklasifikasikan sebagai salah satu modus operandi praktek muamalah pada umunya, seperti jual beli, sewa-menyewa, pinjam meminjam, muzarah dan lain sebagainya. Namun, bila praktek sandak tersebut dibedah secara detail dengan teori al-Rahn (gadai), al-Qardh (pinjam meminjam), dan al-Riba dalam perspektf madzhab fiqh, maka akan ditemukan unsur-unsur yang kontroversial dan dilarang. Padahal muslim Sasak secara mayoritas adalah penganut setia madzhab Syafi’i. Di sinilah menariknya masalah ini untuk dikaji. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa masyarakat Sasak telah secara sadar atau tidak mengadopsi sistem bermadzhab secara eklektif (takhayyur). Mereka lebih memilih berlindung di balik pandangan madzhab Hanafi yang dirasa lebih akomodatif terhadap praktek Sandak. Dalam hal ini, ada dua model transaksi untuk melegalkan praktek sandak. Pertama, masyarakat mengambil opsi transaksi “permohonan izin dalam penggarapan sawah” sebagai bentuk aqad sandak yang diakui oleh mazhab Hanafi. Sementara cara yang lain adalah apa yang disebut dengan “Ba’y al-Wafa’” yaitu satu bentuk transaksi dalam rangka memenuhi hajat, dengan alasan “al-hajat tanzîl manzila al-dlarura ‘âmmah wa khâshshah”. Kata Kunci: Sandak, al-Rahn, al-Qardl, al-Riba, ba’y al-Wafa’, Hilah
DERADIKALISASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) MODEL KEBERAGAMAAN INKLUSIF DIKALANGAN SISWA SMA abdurrohman abdurrohman
Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram Vol. 7 No. 2 (2018): Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.143 KB) | DOI: 10.20414/schemata.v7i2.514

Abstract

The phenomenon of religious radicalism has become a global threat of the 21st century that phenomenon was a result of Islam as anaccused religion and was often associated with a terrorist religion. Educational institutions often "suspected" in creating of terrorists’ generations because the content material of Islamic Religious Education Study was dogmatic, indoctrinated, and related to proselytizing spirit that confirms truth claims. Anyway, substance of instructional materials used in senior high school does not contain inclusive religious content so it can create an exclusive and intolerant religious behavior among senior high school students. The aim of this study; 1).Providing foothold among students of theological and sociological thinking and behavior in order to have an inclusive and tolerant religiosity 2).Deploying and seeding ideas and behavior of an inclusive and tolerant religiosity as a form of resistance ideology (de-radicalization). 3). Filling the void literature Islamic Religious Education Study particular model of inclusive diversity relevant to mainstream Islam in Indonesia. To counteract the religious radicalism among students, the teaching material of Islamic Religious Education Study must contain religious inclusive content incorporating the teachings of Islam as a religion Rahmatan Lil Alamin, a religion of tolerance which is supported by the argument of the Qur'an and hadith. By using this model of teaching materials is expected of senior high school students have an inclusive religious behavior that is relevant to the character and Indonesian Islam mainstream in order to prevent radicalism behavior among senior high school students. Keywords: Islamic Religious Education, Inclusive Diversity, De-Radicalism
UPAYA KEPEMIMPINAN SPIRITUAL DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA MUTU DI SMA PLUS MUTHAHHARI BANDUNG Erba Rozalina Yulianti
Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram Vol. 7 No. 2 (2018): Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.999 KB) | DOI: 10.20414/schemata.v7i2.515

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang upaya kepemimpinan spiritual dalam mengembangkan budaya mutu dan realitas budaya mutu yang dikembangkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini merupakan studi kasus tunggal, dengan memusatkan perhatian pada sekolah swasta Islam SMA Plus Muthahhari di bawah naunganYayasan Muthahhari Bandung. Data primer diperoleh dari sumber primer yaitu kepala sekolah, para guru, tenaga kependidikan, siswa dan orangtua murid. Data sekunder berupa qualitative document seperti disertasi, jurnal, dokumen-dokumen serta sumber dan data penunjang lainnya. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi non-partisipan,dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis integratif, dengan cara data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan tiga cara yaitu, organisasi data, reduksi data dan penyajian data. Untuk pengecekan keabsahan data menggunakan; kredibilitas data dengan teknik triangulasi, dependabilitas dan konfirmabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan kepemimpinan spiritual dalam mengembangkan budaya mutu adalah: 1) artikulasi dan sosialisasi visi dan misi sekolah dilaksanakan cukup intens, 2) Muthahhari sebagai simbol pengembangan Ulul al-Bab, 3) penghargaan dan sanksi yang diberikan dalam bentuk ekstrinsik dan intrinsik, 4) hubungan yang terjadi di sekolah adalah hubungan sosial, emosional dan spiritual. Adapun realitas budaya mutu yang dikembangkan adalah: 1), budaya empati, 2) budaya kritis, 3) budaya inovatif, dan 4) budaya inklusif pluralis. Kata Kunci: Kepemimpinan Spiritual, budaya mutu
ISLAMIC VALUES ENCOUNTERED IN HUMAN LANGUAGE PRODUCTION AND COMPREHENSION AS A MENTAL PROCESS Nurlaila Nurlaila
Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram Vol. 7 No. 2 (2018): Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.933 KB) | DOI: 10.20414/schemata.v7i2.517

Abstract

This study concerned mainly on the islamic values encountered in human language production and comprehension as a mental process. The production of language of human being positioned in Broca’s area and comprehension of language is located in Wernike’s area which are located in human left brain. The process of language in human brain is very abstract; it could not be directly seen by naked eyes. It was done by activating some features of the brain such as Broca’s area, Wernike’s area, angular gyrus, motor cortex, etc. Based on psycholinguistics theory, ability to speak or produce meaningful sounds were innate in human. Its meant that human were genetically predisposed to learn and use language. The phenomenon were closely related to islamics values that those facts specifically and delibrately created by God; the Almighty Allah with certain purposes and that regularity was shown in the nature of thing in the earth. This research aims at investigating the islamic values encountered in human language production and comprehension. This is a descriptive qualitative reasearch that the researcher herself functioned as the key instrument. It was found out that there were several kinds of islamic values found in human language production and comprehension namely social, moral, economical, and religious values. Key Words: Islamic Value, Language Production and Comprehension, Mental Process
GRICE’S CONVERSATIONAL MAXIMS AND ISLAMIC CONVERSATIONAL RULES Ruminda Ika Yatmikasari
Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram Vol. 7 No. 2 (2018): Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.333 KB) | DOI: 10.20414/schemata.v7i2.518

Abstract

In their daily activities, people will need to interact with other people. In this interaction, people use language as a means of communication. A conversation, as a way of people doing communication, can only take place by the presence of both speakers and hearers under a particular circumstance. As one of the pragmatic aspects, cooperative principle becomes something that should be noticed in a conversation. Grice (1975) said that the conversation will run well if both of the speaker and hearer obey the rules of conversation which he arranged into four conversational maxims, namely Maxim of Quantity, Maxim of Quality, Maxim of Relevance, and Maxim of Manner. For Islamic followers, these conversational rules, however, have long time been known well since Islam has ruled its people to treat other people well in all aspects, not to mention in speaking. This present article will see how Grice’s conversational maxims, which were proposed in 1975, are in line with the Islamic conversational rules which were mentioned in Quran and hadith long time ago, since 600s. It means that this broadly-known pragmatic theory is not something new in Islam. It is also to prove that Islam, to some extent, is the source of knowledge and value which are often developed further by western scholars. Keywords: pragmatics, Grice’s conversational maxims, Islamic conversational rules