cover
Contact Name
Zuliati
Contact Email
zuliati@isi-ska.ac.id
Phone
+6281804209909
Journal Mail Official
texture@isi-ska.ac.id
Editorial Address
FSRD Institut Seni Indonesia Surakarta Jalan Ring Road Mojosongo Km. 5,5 Jebres, Surakarta, Jawa Tengah
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Texture : Art and Culture Journal
ISSN : 2655676     EISSN : 26556758     DOI : 10.33153
Texture art and culture journal, memuat artikel hasil penelitian ilmiah dalam spektrum penciptaan dan pengkajian seni rupa dan budaya. Lokus seni rupa berfokus pada praktik artistik dalam beragam medium ungkap, baik dua dimensi, tiga dimensi, hingga ragam praktik seni intermedia. Budaya dilihat dalam konteks praksis, berikut ragam produk budaya visual yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Kajian terkait seni rupa dan budaya dalam jurnal ini menggunakan pendekatan kritis dalam perspektif keilmuan interdisipliner.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 1 (2019)" : 7 Documents clear
KEMUNCULAN KOMIK ADIPAHLAWAN INDONESIA DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Rendya Adi Kurniawan
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (992.106 KB) | DOI: 10.33153/texture.v2i1.2628

Abstract

ABSTRACTComic is a visual product that is quite popular in Indonesia. The popularity of comics in Indonesia cannot be separated from the development of comics in the West. One effect felt was the emergence of comics with the superhero genre. However, superheroes in the West and adipahlwan in Indonesia are the result of a dynamism of very different creative processes. Superheroes emerged in the West as a new form of mythology for their people, while the Indonesian adpahlawan emerged precisely by exploring the values of classical mythology that had long existed in Indonesia. These traditional values are explored to be used as basic ideas for the design of a super hero character in Indonesia. This research tries to apply the visual methodology of Gillian Rose to examine how this super hero emerged as a comic genre in Indonesia and what factors influence it.Keyword : Comics, Superhero, Character Design, Mithology, Visual MethodologyABSTRAKKomik merupakan suatu bacaan yang cukup popular di Indonesia. Kepopuleran komik di Indonesia tidak bisa dilepaskan dengan perkembangan komik di Barat. Salah satu pengaruh yang dirasakan adalah munculnya komik dengan genre superhero. Namun begitu, superhero di Barat dan adipahlwan di Indonesia merupakan hasil dari suatu dinamika proses kreatif yang sangat berbeda. Superhero muncul di Barat sebagai suatu bentuk mitologi baru bagi masyarakatnya, sedangkan adipahlawan Indonesia muncul justru dengan menggali nilai-nilai mitologi klasik yang sudah lama ada di Indonesia. Nilai-nilai tradisi tersebut digali untuk dijadikan gagasan dasar perancangan desain karakter adipahlawan di Indonesia. Penelitian ini mencoba mengaplikasikan metodologi visual dari Gillian Rose untuk mengkaji bagaimana adipahlawan ini muncul menjadi genre komik di Indonesia dan faktor apa saja yang mempengaruhinya. Keyword : Komik, Superhero, Desain Karakter, Mitologi, Metodologi Visual
TATA CAHAYA LOW KEY DALAM FILM ANIMASI STOP-MOTION CORPSE BRIDE KARYA TIM BURTON Dedi Eko Nurcahyo
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1545.254 KB) | DOI: 10.33153/texture.v2i1.2629

Abstract

ABSTRACTCorpse Bride is a film by British director Tim Burton. This film is a stop-motion animated film that has a unique and somewhat sinister gothic style.The film tells the story of Victor, an awkward young man who is an arranged marriage to a nobleman named Victoria. When getting married, Victor is always wrong in taking an oath and screwing up a marriage because of his nervousness. Victor practiced by himself taking an oath in the forest, accidentally taking an oath and wearing his wedding ring on a branch which turned out to be an arm. After that came Emily the owner of the arm. Years ago Emily was killed and sued Victor, who had put a ring on his finger to marry her.In this paper the author wants to analyze the lighting elements used and their uses. The theories used in this article come from film studies, books and other articles about lighting in film. The screenshots will be shown to support the lighting observations of this film.Keywords: Film, Lighting, Corpse Bride, Tim BurtonABSTRAKCorpse Bride adalah sebuah film karya sutradara Tim Burton asal inggris. Film ini merupakan film animasi stop-motion yang memiliki cerita yang unik dan agak seram bergaya gothic.Film ini bercerita tentang victor, seorang pemuda canggung yang dijodohkan dengan seorang bangsawan bernama Victoria. Ketika melangsungkan pernikahan, Victor selalu salah dalam mengucapkan sumpah dan mengacaukan pernikahan karena kegugupannya. Victor berlatih sendiri mengucapkan sumpah di hutan, tanpa disengaja mengucapkan sumpah dan mengenakan cincin perkawinannya pada sebuah ranting yang ternyata itu adalah sebuah lengan. Setelah itu muncullah Emily pemilik lengan tersebut. Bertahun-tahun yang lalu Emily terbunuh dan menuntut Victor yang telah memasangkan cincin di jarinya untuk menikahinya.Dalam makalah ini penulis ingin menganalisis usur-unsur tata cahaya yang digunakan dan kegunaannya. Teori-teori yang digunakan dalam artikel ini berasal dari studi film, buku, dan artikel lain mengenai tata cahaya dalam film. Gambar-gambar screenshot akan ditunjukkan untuk mendukung pengamatan tata cahaya dari film ini.Kata Kunci : Film, Tata Cahaya, Corpse Bride, Tim Burton.
EKSISTENSI KERIS JAWA DALAM KAJIAN BUDAYA Kuntadi Kuntadi
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1281.235 KB) | DOI: 10.33153/texture.v2i1.2630

Abstract

AbstractKeris as a cultural product whose existence in addition has a beauty value is also loaded with meaning and function that are so important in society. Kris is a masterpiece of indigenous Indonesian cultural heritage that has a beautiful and unique form. So that the kris has been recognized as the World Heritage of Humanity from the world body, UNESCO.The main objective of this research is to find out the description of the existence and development of Javanese kris through a cultural perspective. This research is qualitative research, to reveal the existence of Javanese kris in a cultural context using qualitative interactive analysis with hegomoni and constructive approaches.The results of this study are the discovery of two categories of Javanese kris, namely: tangguh kris, with the concept of working on mutrani, and kamardikan kris, where artists / masters in free work are not bound by the hegemony of the king’s power, they have an ideology by prioritizing creativity as self-expressionKeywords: kris, culture, tangguh and kamardikanAbstrakKeris sebagai produk budaya keberadaannya di samping memiliki nilai keindahan juga sarat dengan makna dan fungsi yang begitu penting dalam masyarakat. Keris merupakan karya agung warisan budaya asli Indonesia yang memiliki bentuk indah dan uniq. Sehingga keris telah diakui sebagai World Heritage of Humanity dari badan dunia yaitu UNESCO.Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui gambara tentang eksistensi dan perkembangannya keris Jawa melalui perspektif budaya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, untuk mengungkap eksistensi keris Jawa dalam konteks budaya menggunakan analisis interaktif kualitatif dengan pendekatan hegomoni dan deskontruksi.Hasil penelitian ini adalah ditemukannya dua kategori keris Jawa yakni: keris tangguh, dengan konsep garap mutrani, dan keris kamardikan, dimana seniman/empu dalam kekaryaan bebas tidak terikat oleh hegomoni kekuasaan raja, mereka dalam berkarya memiliki idiologi dengan lebih mengutamakan kreativitas sebagai ungkapan aktuali diri.Kata Kunci: keris, budaya, tangguh dan kamardikan
PENERAPAN MODEL BENTUK TRANFORMASI MENGGUNAKAN TEKNIK KARAKTER TERKUAT UNTUK MENGHASILKAN MOTIF BATIK Aan Sudarwanto
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1777.538 KB) | DOI: 10.33153/texture.v2i1.2626

Abstract

“Producing Batik Motives” is the result of research that focuses primarily on the application of the strongest character techniques. Utilized to answer the problems of craftsmen who have only been able to imitate in making motives. In addition to solving the problem of batik practitioners, where they always have difficulty in bringing up new motifs. Most batik artisans and practitioners must pay a special designer to bring up new motifs.The purpose of this research is to develop the batik handicraft industry as a labor-intensive small business by diversifying the motives, so that it will indirectly increase the selling value while providing many alternative choices for consumers. In addition, it also contributes to the preservation and enrichment of batik motifs, as well as being a model of development for batik artisans.The research will be conducted using experimental methods. It starts by looking for possible uses using the design of a computer graphics program. The research target is limited to the problem of visual images of popular artificial objects (Motor Scoopy) and fauna (lovebird birds). The object of his research is transformational motives for Alusan written batik products. Whereas the research area was conducted in the former Surakarta residency. The design steps to produce a prototype model begins with conducting research on ethics and emic, then experimenting with artificially created popular objects and unique fauna by searching for the strongest character into a batik motif and ending with the formationIt is hoped that with this application a technical model will emerge related to the strongest character in making batik motifs, which can be used as a learning reference for batik craftsmen, students and the general public.Keywords: Motive, Character, shape transformation, modelABSTRAKArtikel dengan judul “Penerapan Bentuk Transformasi Menggunakan Teknik Karakter Terkuat Untuk Menghasilkan Motif Batik” ini, merupakan hasil penelitian yang fokus utamanya pada aplikasi teknik karakter terkuat. Dimanfaatkan untuk menjawab permasalahan pengrajin yang selama ini hanya bisa meniru dalam membuat motif. Selain itu juga untuk memecahkan permasalahan praktisi batik, dimana mereka selalu kesulitan dalam memunculkan motif baru. Rata-rata sebagaian pengrajin dan praktisi batik harus membayar seorang desainer khusus untuk memunculkan motif baru. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan industri kerajinan batik sebagai usaha kecil padat karya dengan cara penganeka ragaman motif, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan nilai jual sekaligus memberi banyak alternatif pilihan kepada konsumen. Selain itu juga untuk memberi kontribusi terhadap pelestarian dan memperkaya motif batik, sekaligus dapat menjadi model pengembangan bagi para pengrajin batik.Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode eksperimental. Dimulai dengan mencari kemungkinan pemanfaatan menggunakan rancangan dari program komputer grafis. Dengan sasaran penelitian dibatasi pada masalah citra visual benda artifisial populer (Motor Scoopy) dan fauna (Burung lovebird). Objek penelitiannya adalah motif tranformasi untuk produk batik tulis alusan. Sedangkan wilayah penelitian dilakukan di eks-karisidenan Surakarta. Adapun langkah-langkah perancangan untuk menghasilkan model yang berupa prototipe diawali dengan melakukan riset emik dan etik kemudian melakukan eksperimen dengan mereka-reka benda artifisial populer dan fauna khas dengan mencari karakter terkuatnya menjadi motif batik dan diakhiri dengan pembentukanDiharapkan dengan aplikasi ini muncul model keteknikan terkait dengan karakter terkuat dalam membuat motif batik, yang dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran bagi pengrajin batik, mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya.Kata kunci: Motif, Karakter, tranformasi bentuk, model
GAYA DESAIN COVER BUKU KARYA DJENAR MAESA AYU TAHUN 2016 Tias Puji Astuti; Ana Rosmiati
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1599.492 KB) | DOI: 10.33153/texture.v2i1.2656

Abstract

ABSTRACTThe cover of Djenar Maesa Ayu’s literary book, released in 2016 entitled They Say I’m a Monkey!, Nayla, Don’t Play (Gently), and Short Stories About Love Stories Short, the illustrations that appeared in 2016 were a redrawing of the cover design in 2012. The visualization comparison displayed by the two covers in 2012 and 2016 are radically different. The main body of this research is an analysis of the design style in 2016. The research was conducted two stages, comparing the two covers and describing the concept of design style in the form of ilustration, typography, and color.Key Words: Design Style, Cover Design, Djenar Maesa AyuABSTRAKCover buku karya sastra Djenar Maesa Ayu tahun 2016 berjudul Mereka Bilang, Saya Monyet!, Nayla, Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu), Cerita Pendek Tentang Cerita Cinta Pendek merupakan penggambaran ulang dari desain cover tahun 2012. Perbandingan visualisasi kedua cover tahun 2012 dan 2016 memiliki gaya desain yang signifikan. Gaya desain cover tahun 2016 menjadi fokus utama analisis penelitian. Penelitian dilakukan dengan dua tahapan yakni membandingan kedua cover dan mendeskripsikan konsep gaya desain berupa ilustrasi, tipografi dan warna.Kata Kunci: Gaya Desain, Desain Cover, Djenar Maesa Ayu
MAKNA MOTIF BATIK TUTUR BLITAR Rengga Kusuma Nawala Sari; Dharsono Dharsono
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3088.463 KB) | DOI: 10.33153/texture.v2i1.2627

Abstract

ABSTRACTBatik tutur is the result of the development of the Afkomstig Uit Blitar batik motif in 1902, the cultural heritage of Blitar in the past that was collected by the Dutch museum. Currently batik has 15 motifs with a variety of names according to motifs and meanings, the name of each motif contains moral message or pitutur that the creator wants to convey to the wearer. The purpose of this study is to study and explain the form and meaning of the batik motifs written by Eddy Dewa, which is currently the flagship mtf of Kab.Blitar. The method with data collection and data processing, data collection includes observation, interviews, and literature studies, while the data processing uses interpretation analysis,the result o research obtained are about the explanation of the meaning of batik tutur motifs Awu Nanas, Celeret Dubang, Cindhe Gadhing, Gambir Sepuh, Galih Dhempo, Gobog, Jalu Watu, Mirong Kampuh Jingga, Mupus Pupus, Pedhut Kelut, Podhang, Prumpun, Simo Samaran, Tanjung Manila, dan Winih Semi.Keywords : Batik Tutur, Motif, MeaningABSTRAKBatik Tutur merupakan hasil pengembangan dari motif batik Afkomstig Uit Blitar 1902, warisan budaya masyarakat blitar pada masa lampau yang dikoleksi museum belanda.Tujuan penelitian ini yaitu menggali dan menjelaskan wujud serta makna pada motif batik tutur karya Edy Dewa yang saat ini menjadi motif unggulan Kab.Blitar.Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pengumpulan data dan pengolahan data.Pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan studi pustaka, sedangkan pengolahan datanya menggunakan intepretasi analisis. Hasil penelitian menunjukkan batik tutur memiliki 15 motif dengan berbagai macam nama sesuai motif dan makna, nama pada setiap motif mengandung pesan moral atau pitutur yang ingin disampaikan pencipta kepada pemakainya. Motif batik tutur meliputi Awu Nanas, Celeret Dubang, Cindhe Gadhing, Gambir Sepuh, Galih Dhempo, Gobog, Jalu Watu, Mirong Kampuh Jingga, Mupus Pupus, Pedhut Kelut, Podhang, Prumpun, Simo Samaran, Tanjung Manila, dan Winih Semi. Kata Kunci: Batik tutur, motif, makna dan Blitar
MEDIA PROMOSI EDUKASI SEJARAH MELALUI PERANCANGAN KARAKTER VISUAL SINGO ULUNG BONDOWOSO Vicky Tito Guizar; Asmoro Nurhadi Panindias
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2639.819 KB) | DOI: 10.33153/texture.v2i1.2657

Abstract

ABSTRACTThis design is based on the development of current media technology which results in a lack of historical educational media which then impacts to the art of Singo Ulung Bondowoso. The problem of this project is how to create educational media and the promotion of history as a bridge of knowledge especially to youth of Bondowoso. Some foundamental concept that underlie the idea of this project’s imagination are: the format of the work (film), the form of the work (animation), promotion, folklore, education, and communication. First, observation have been done, primary data have been collected through interview with the artists and cultural institutions, and secondary data have been collected through literature and previous animated trailers reviews to get a reference for the trailer concept and 2D digital painting animation techniques. The output of this design is the visual character taken by the story of Singo Ulung Bondowoso. The method of designing visual characters from traditional arts, starts from the process of simplifying traditional values into a new form of IP (Intellectual Property). This design uses SWOT analysis techniques, evaluation of strengths, weaknesses, opportunities, and threats to objects in visual character design. The design is based on the philosophy of the art costume, which is the meaning of color, facial motifs, and character narrated. This design produces an artbook as a guide to the application of character design that can be applied to various media. Introducing Singo Ulung Bondowoso to the public requires a media promotion strategy. Utilization of promotions adds to the profit in order to accelerate the process of introducing such traditional art in the form of artbooks that have been produced. Promotional media in the form of boot, animated video trailers with stories that contain informative and educative messages that can be understood by the audience. It is hoped that this design will be able to inspire the Bondowoso community, especially young people, to raise local folklore in innovative ways.Key words : Singo Ulung Bondowoso, Visual Character, Animation, Artbook, PromotionABSTRAKPerancangan ini didasari atas berkembangnya teknologi media saat ini yang berakibat kurangnya media edukasi sejarah yang kemudian berdampak pada kesenian Singo Ulung Bondowoso. Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana menciptakan media edukasi dan promosi sejarah sebagai jembatan pengetahuan khususnya kepada anak muda-anak muda Bondowoso. Beberapa landasan konseptual yang mendasari gagasan ide imajinasi karya yaitu, format karya (film), bentuk karya (animasi), promosi, folklore, pendidikan, dan komunikasi. Dilakukan observasi pengumpulan data primer berupa wawancara kepada pelaku seni maupun lembaga kebudayaan dan data sekunder terhadap literature maupun trailer animasi lain untuk mendapatkan referensi konsep trailer, teknik animasi 2D digital painting. Luaran dari hasil perancagan ini adalah karakter visual yang mengangkat kisah Singo Ulung Bondowoso. Metode perancangan karakter visual yang mengangkat seni tradisi ini menggunakan tahapan proses dengan menyederhanakan muatan nilai tradisi menjadi bentuk baru berupa IP (Intelectual Property). Perancangan ini menggunkan teknik analisis SWOT berupa evaluasi terhadap kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman terhadap objek perancangan karakter visual. Desain dirancang berdasarkan filosofi yang ada pada kostum kesenian yaitu makna warna, motif wajah, dan watak yang diriwayatkan. Hasil perancangan ini berupa artbook sebagai panduan penerapan desain karakter yang nantinya diaplikasikan ke dalam berbagai media. Mengenalkan Singo Ulung Bondowoso kepada masyarakat diperlukan strategi media promosi. Pemanfaatan promosi menambah keuntungan guna mempercepat proses pengenalan seni tradisi tersebut berupa artbook yang telah diproduksi. Media promosi berupa boot, video trailer animasi dengan cerita yang mengandung pesan informatif dan edukatif yang dapat dipahami oleh audiens. Diharapkan perancangan ini mampu memberi inspirasi kepada masyarakat Bondowoso khususnya anak-anak muda untuk mengangkat cerita rakyat lokal dengan cara yang inovatif.Kata Kunci : Singo Ulung Bondowoso, Karakter Visual, Animasi, Artbook, Promosi

Page 1 of 1 | Total Record : 7