cover
Contact Name
Ahmadi Riyanto
Contact Email
masyarakat.iktiologi@gmail.com
Phone
+628111166998
Journal Mail Official
masyarakat.iktiologi@gmail.com
Editorial Address
Gedung Widyasatwaloka, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong 16911
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Iktiologi Indonesia (Indonesian Journal of Ichthyology)
ISSN : 16930339     EISSN : 25798634     DOI : https://doi.org/10.32491
Aims and Scope Aims: Jurnal Iktiologi Indonesia (Indonesian Journal of Ichthyology) aims to publish original research results on fishes (pisces) in fresh, brackish and sea waters including biology, physiology, and ecology, and their application in the fields of fishing, aquaculture, fisheries management, and conservation. Scope: This journal publishes high-quality articles dedicated to all aspects Aquaculture, Fish biodiversity, Fisheries management, Fish diseases, Fishery biotecnology, Moleculer genetics, Fish health management, Fish biodiversity.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 14 No 2 (2014): Juni 2014" : 7 Documents clear
The loaches of the genus Nemacheilus (Teleostei: Nemacheilidae) in Sunda Islands, with an identification key [Ikan genus Nemacheilus (Teleostei: Nemacheilidae) di Kepulauan Sunda, berikut kunci identifikasinya] Renny Kurnia Hadiaty; Kazunori Yamahira
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 14 No 2 (2014): Juni 2014
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v14i2.85

Abstract

Loaches of the genus Nemacheilus are distributed in Southeast Asia from the mainland of Asia to Sunda Islands (Sumatra, Java, and Borneo). In this paper, the status of Nemacheilus in Sunda Islands is discussed base on the results of field trips in Indonesian waters, the fish collections in Museum Zoologicum Bogoriense, and published papers. There are 18 species in Sunda Islands, 8 species inhabit in Sumatra and 10 species in Kalimantan, and only 2 species inhabit in Java. An idetification key of the 18 species is also included. Abstrak Ikan genus Nemacheilus tersebar meliputi wilayah Asia Tenggara, dari daratan Asia sampai ke Kepulauan Sunda (Sumatra, Jawa, dan Kalimantan). Dalam tulisan ini dikemukakan status Nemacheilus di pulau-pulau tersebut berdasarkan hasil kegiatan lapangan di perairan Indonesia, koleksi di Museum Zoologicum Bogoriense (MZB), dan tulisan yang te-lah dipublikasi. Di Kepulauan Sunda dijumpai 18 species Nemacheilus, delapan spesies dijumpai di Sumatra, 10 spesies di Kalimantan dan hanya dua spesies di Jawa. Kunci identifikasi 18 spesies Nemacheilus disertakan.
Aktivitas jantung ikan nila, Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) pada kecepatan renang berbeda yang dipantau dengan elektrokardiograf (EKG) Nofrizal Nofrizal
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 14 No 2 (2014): Juni 2014
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v14i2.86

Abstract

The heart rate activities of nile tilapia (Oreochromis niloticus) (average±s.d. = 14.80±1.20 cm Body Length (BL), n = 20) were measured by electrocardiograph (ECG) at various speed (5.97-55.64 cm sec-1) in PVC made flume tank. The data of heartbeat rate were collected by oscilloscope and recorded by video camera for deep analyzing. The incremental of heart rate was analyzed by relative heart rate, i.e. heartbeat rate during exercise divided to heartbeat rate control. The result shows that the heartbeat rate of nile tilapiawas 46.75±1.13 beatsmin-1 in control. It was not change at swimming speed of 5.97-13.83 cm sec-1. The threshold of heartbeat rate was increased at swimming speed of 17.67-23.56 cmsec-1. The heartbeat rate was significant increase at swimming speed higher than 35.31 cmsec-1; it could reach 3.85 higher than control value. The heartbeat rate activities are deeply discussed in relation to the various swimming speed level in this paper. Abstrak Aktivitas detak jantung ikan nila (Oreochromis niloticus) (rata-rata ± sb.= 14,80±1,20 cm panjang tubuh (PT), n = 20) diukur dengan menggunakan electrokardiograf (EKG) pada kecepatan renang yang berbeda (5,97-55,64 cm det-1) di da-lam tangki berarus. Data detak jantung ikan dikumpulkan dengan menggunakan oscilloscope, serta direkam dengan menggunakan kamera video untuk analisis lebih rinci. Kenaikan laju detak jantung ikan nila dianalisis dengan menggunakan persamaan relative heart rate, yaitu detak jantung ikan sedang berenang dibagi dengan detak jantung kontrol. Hasil pengamatan menunjukkan detak jantung ikan nila sebagai control ialah 46,75±1,13 detak men-1. Detak jantung ikan nila tersebut tidak mengalami perubahan pada saat ikan berenang pada kecepatan 5,97-13,83 cm det-1. Detak jantung ikan nila tersebut mulai mengalami kenaikan pada saat ikan nila berenang pada kecepatan 5,97-13,83 cm det-1. Se-cara signifikan detak jantung ikan nila naik pada kecepatan renang lebih dari 35,31 cm det-1, kenaikan detak jantung tersebut bisa mencapai 3,85 kali lebih tinggi daripada nilai kontrol. Aktivitas detak jantung ikan nila yang berhubungan dengan kecepatan renang yang berbeda akan didiskusikan dalam makalah ini secara mendalam.
Biologi reproduksi ikan brek (Barbonymus balleroides Cuvier & Val. 1842) di Sungai Serayu zona atas dan bawah Waduk Panglima Besar Soedirman, Jawa Tengah Norce Mote; Ridwan Affandi; Haryono Haryono
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 14 No 2 (2014): Juni 2014
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v14i2.87

Abstract

Damming river causes fragmentation of the river and changes in hydrologic regime, thus contributing to influence fish. We investigated barb and aimed to examine its reproductive aspects between the zone above and below the Panglima Besar Soedirman Reservoir. Samples were collected from October 2012 to March 2013. Gill nets, cast-net, and electrofishing were used to capture the fish. Samples were analysed to find out the estimate gonad maturity, gonado-somatic index, fecundity, and egg diameter. The first maturity of male gonad size (158 mm in length body) in zone above is smaller than the reservoir (158 mm) and zone below (187 mm). The female has 238 mm of the first maturity of gonad size on the reservoir site, bigger than the zone above (168 mm) and zone below (161 mm). The spawning peak of barb occurs in October based on the gonad maturity stage data and gonado-somatic index. The fecundity of the barb is 2,76025,290 eggs. The fish is total spawner. The reservoir influenced the barb reproduction. Abstrak Pembangunan bendungan akan memisahkan sungai dan mengubah rejim hidrologis, yang selanjutnya akan memenga-ruhi kehidupan ikan. Penelitian ini bertujuan mengkaji aspek reproduksi ikan brek pada bagian atas dan bagian bawah Sungai Serayu yang dipisahkan oleh Waduk Panglima Besar Soedirman. Pengambilan ikan contoh dilakukan dari bulan Oktober 2012 hingga Maret 2013. Ikan contoh ditangkap dengan menggunakan jaring insang, jala, dan elektrofishing. Sebagai perbandingan, contoh ikan juga dikoleksi di daerah waduk. Analisis dilakukan terhadap tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas, dan diameter telur. Ukuran pertama matang gonad ikan brek jantan pada zona bawah (153 mm) lebih kecil jika dibandingkan dengan zona waduk (158 mm) dan zona atas (187 mm). Ikan betina pada zona waduk memiliki nilai lebih besar (238 mm) jika dibandingkan dengan zona atas (168 mm) dan zona bawah waduk (161 mm). Berdasarkan nilai tingkat kematangan gonad dan indeks kematangan gonad puncak pemijahan ikan brek terjadi pada bulan Oktober. Fekunditas ikan brek berkisar 2.760-25.290 butir telur. Ikan brek memiliki tipe pemi-jahan serempak. Pembangunan waduk berpengaruh terhadap reproduksi ikan brek.
Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan hias koridoras (Corydoras aeneus Gill 1858) pada budi daya kepadatan tinggi [The growth and survival rate of ornamental fish bronze corydoras (Corydoras aeneus Gill 1858) in high density cultured] Iis Diatin; Enang Harris; Tatag Budiardi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 14 No 2 (2014): Juni 2014
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v14i2.88

Abstract

The objective of the study was to analyse the effect of high density of ornamental fish bronze corydoras (Corydoras aeneus) culture on the growth and survival rate. Corydoras aeneus which weight 0.21 -0.23 gram and 1.84-1.90 cm standard lengths was cultured in the 20 cm x 20 cm x 20 cm aquarium sized and six litters’ volume in each. Random design was set with stocking density 20 fish L-1 (A) and stocking density 25 fish L-1 (B) with three replications. Fish was cultured for thirty five days and fed a commercial pellet every day at 08:00 am and 04:00 pm with the feeding rate 5%. The results showed that the weight gain and specific growth rate was not significant in both treatments, but the length gain and the specific length rate of B was nearly two times higher than A. The utilization of feed was more efficient for B. Survival rate of A (92.8%) was higher than of B (86.9%). Water quality such as temperature, pH, dissolved oxygen, total ammonia nitrogen (TAN), nitrite, and nitrate were still in the tolerance limits for fish culture. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepadatan tinggi pada budi daya ikan hias koridoras (Corydoras aeneus) terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Ikan yang digunakan adalah ikan hias koridoras berbobot 0,210,23 gram dan panjang baku 1,84-1,90 cm yang dipelihara pada akuarium berdimensi 20 cm x 20 cm x 20 cm, volume air enam liter per akuarium. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan padat tebar 20 ekor liter-1 (A) dan padat tebar 25 ekor liter-1 (B), tiga kali ulangan. Ikan dipelihara selama 35 hari dan diberi pakan pelet ko-mersial setiap hari pukul 08.00 dan pukul 16.00, pakan diberikan sebanyak 5% dari bobot ikan. Hasil penelitian menun-jukkan bahwa pertumbuhan bobot mutlak dan laju pertumbuhan bobot harian pada kedua perlakuan tidak berbeda nya-ta, namun pertumbuhan panjang mutlak dan laju pertumbuhan panjang harian perlakuan B lebih tinggi hampir dua kali lipat dibanding perlakuan A. Pemanfataan pakan pada perlakuan B lebih efisien. Nilai kelangsungan hidup perlakuan A (92,78%) lebih tinggi daripada perlakuan B (86,89%). Kualitas air selama pemeliharaan yaitu suhu, pH, oksigen terla-rut, amonia nitrogen total, nitrit, dan nitrat pada kedua perlakuan masih dalam batas toleransi untuk budi daya ikan.
Peningkatan pertumbuhan benih ikan tengadak, Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker 1853) melalui pengaturan salinitas dan kalsium Dini Islama; Kukuh Nirmala; Ani Widiyati
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 14 No 2 (2014): Juni 2014
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v14i2.89

Abstract

This study aimed to determine the optimal salinity and calcium levels in rearing media to increase the growth of tinfoil barb seed (Barbonymus schwanenfeldii). The experiment design was arranged in factorial completely randomized design with three replications. The treatment included three media salinity levels, that is, 0 ppt, 3 ppt, 6 ppt and four addition calcium, that is, 0 mg L"1, 10 mg L"1, 20 mg L"1, and 30 mg L"1. Fish stocking density was 1 individu L"1 with an average length of 2.00±0.03 cm and an average initial weight of 0.33 ± 0.05 g. The culture period for one cycle of fish farming was 40 days. The result showed the combination of 3 ppt salinity media and addition 20 mg L"1 calcium was the best rearing media to increase the growth of tengadak fish, that the parameters of daily average growth rate was 6.54±0.19 % and growth of absolute length was 3.49±0.03 cm. Highest survival rate was also achieved by that treatment of 95.24%. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menentukan salinitas dan kadar kalsium optimal pada media pemeliharaan untuk me-ningkatkan pertumbuhan benih ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan tiga ulangan. Perlakuan meliputi tiga salinitas media yaitu 0, 3, dan 6 ppt serta empat penambahan kalsium yaitu 0, 10, 20, dan 30 mg L-1. Padat penebaran ikan adalah 1 ekor L-1 dengan rata-rata panjang total 2,00±0,03 cm dan bobot rata-rata awal 0,33±0,05 g. Masa pemeliharaan ikan berlangsung selama 40 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salinitas media 3 ppt dan penambahan kalsium 20 mg L"1 merupakan media pemeliharan terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan benih ikan tengadak dengan laju pertumbuhan bobot rerata harian 6,54±0,19% dan pertumbuhan panjang mutlak 3,49±0,03 cm. Sintasan tertinggi juga ditunjukkan pada perlakuan tersebut yaitu 95,24%.
Kajian dinamika populasi ikan kepek, Mystacoleucus obtusirostris (Valenciennes, in Cuvier & Valenciennes 1842) di Sungai Opak Yogyakarta Djumanto Djumanto; Maria Intan Permata Devi; Ilma Fatimah Yusuf; Eko Setyobudi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 14 No 2 (2014): Juni 2014
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v14i2.90

Abstract

The Mystacoleucus obtusirostris is one of the main species of fish caught in Opak River. The study of population dynamics is important as the basis tools for fisheries management in order the stocks of kepek fish can be exploited in a sustainable manner. The purpose of the study was to examine the population parameters of M. obtusirostris inhabitat in the Opak River of Yogyakarta, namely growth and mortality rate, and recrutment pattern. Fish sampling was done by sampling once a week in May-July 2012 and every two weeks in February-April 2013, respectively. Fish sampling was conducted using electrofishing operated by local fishermen. All samples of kepek fish were collected and measured the total length using a metal ruler, and weighted individually using digital scales. Length frequency data were analyzed using the software FiSAT II to estimate parameters of growth, mortality, and recruitment. The results showed the growth parameters of VBGF, namely L<», K, and to was 18.9 cm, 0.75 per year and -0.21, respectively, while the growth performance (0 ') was 2.43. The total mortality was 2.19 per year, natural mortality and fishing mortality was 1.71 and 0.48 per year, respectively, as well as the exploitation rate was 0.21. The spawning was estimated occured in October coincided with the starting of the rainy season, meanwhile the recruitment into fishing ground was occurred monthy starting from Januari with peaking in June year. Abstrak Ikan kepek (Mystacoleucus obtusirostris) merupakan salah satu jenis ikan tangkapan utama di Sungai Opak. Kajian dinamika populasi menjadi sangat penting sebagai dasar pengelolaan perikanan agar stok ikan kepek dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji laju pertumbuhan, mortalitas, dan pola rekrutmen ikan ke-pek di Sungai Opak Yogyakarta. Pengambilan contoh ikan dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012 dan Februari-April 2013, dengan menggunakan alat kejut yang dioperasikan oleh nelayan setempat. Semua contoh ikan kepek yang ter-tangkap diukur panjang total menggunakan mistar logam dan berat individu menggunakan timbangan digital. Data fre-kuensi panjang dianalisis menggunakan perangkat lunak FiSAT II untuk menduga parameter pertumbuhan dan mortalitas. Hasil penelitian menunjukkan parameter pertumbuhan VBGF L„ (18,9 cm), K (0,75), dan to (-0,21 tahun), sedangkan performa pertumbuhan (0’) adalah 2,43. Mortalitas total 2,19 per tahun, mortalitas alami 1,71 per tahun, mortalitas penangkapan 0,48 per tahun, dan tingkat eksploitasi sebesar 0,21. Pemijahan diperkirakan terjadi pada bulan Ok-tober bertepatan awal musim penghujan, sedangkan rekrutmen ke daerah tangkapan terjadi setiap bulan mulai Januari dengan puncaknya pada Juni saat musim kemarau.
Pemaskulinan belut (Monopterus albus Zuiew 1793) dengan induksi penghambat aromatase untuk penyediaan calon induk jantan Hafif Syahputra; Agus Oman Sudrajat; Dinar Tri Soelistyowati
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 14 No 2 (2014): Juni 2014
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v14i2.91

Abstract

Aromatase is an enzyme that functions to change testosterone in the biosynthesis of estrogen. Inhibition of aromatase can stop the synthesis of estradiole in masculinization of fish. This study aimed to evaluate the effects of aromatase inhibitors by injection for masculinization of Asian swamp eel (Monopterus albus Zuiew 1793). The samples of swamp eel consisted of individuals with 24±2 cm length and 6-14 grams/individual weight. The treatments of aromatase inhibitor using imidazole were conducted by injection at doses of 0.001; 0.01; 0.1 mg kg-1 once time a week for four times and the gonad were observed using histology method. The results showed that the injection of imidazole 0.1 mg kg-1 week produced 40% males, while at the less doses were 50-85.72% intersexes, whereas in control was 100% females. The concentration of plasma testosterone inclined when the doses of imidazole increased. The highest concentration of testosterone reached to 1.8 ng mL-1 at dose of aromatase inhibitor 0.1 mg kg-1 or increased three times compared with the control. These results indicated that aromatase inhibitor suppressed the aromatase gene expression that leads the decline of estradiol and increased testosterone. Abstrak Aromatase adalah enzim yang berperan mengubah testosteron dalam proses biosintesis hormon estrogen. Penghambat-an aromatase dapat menghentikan pembentukan estradiol pada pemaskulinan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk meng-evaluasi pengaruh pemberian hormon penghambat aromatase melalui penyuntikan untuk pemaskulinan belut (Monopterus albus Zuiew 1793). Belut yang digunakan berukuran 24±2 cm dengan berat 6-14 g diberi perlakuan penyuntikan hormon penghambat aromatase yaitu imidazole dengan dosis 0,001; 0,01; 0,1 mg kg-1 bobot tubuh sekali tiap minggu sebanyak empat kali dan diamati gonadnya setiap dua minggu secara histologi serta dibandingkan dengan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan hormon imidazole 0,1 mg kg-1 bobot tubuh menghasilkan 40% individu jantan pada minggu ke-6, sedangkan pada dosis yang lebih rendah menghasilkan 50-85,72% individu interseks, dan pada kontrol 100% betina. Konsentrasi testosteron plasma meningkat sejalan dengan peningkatan dosis imidazol. Konsentra-si testosteron plasma yang tertinggi mencapai 1,8 ng mL-1 pada perlakuan 0,1 mg kg-1 bobot tubuh atau meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa hormon penghambat aromatase menyebabkan ekspresi gen aromatase tertekan sehingga konsentrasi estradiol plasma menurun dan konsentrasi testosteron meningkat.

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2014 2014


Filter By Issues
All Issue Vol 22 No 2 (2022): June 2022 Vol 22 No 1 (2022): February 2022 Vol 21 No 3 (2021): October 2021 Vol 21 No 2 (2021): June 2021 Vol 21 No 1 (2021): February 2021 Vol 20 No 3 (2020): October 2020 Vol 20 No 2 (2020): June 2020 Vol 20 No 1 (2020): February 2020 Vol 19 No 3 (2019): October 2019 Vol 19 No 2 (2019): June 2019 Vol 19 No 1 (2019): February 2019 Vol 18 No 3 (2018): October 2018 Vol 18 No 2 (2018): June 2018 Vol 18 No 1 (2018): February 2018 Vol 17 No 3 (2017): October 2017 Vol 17 No 2 (2017): June 2017 Vol 17 No 1 (2017): February 2017 Vol 16 No 3 (2016): October 2016 Vol 16 No 2 (2016): June 2016 Vol 16 No 1 (2016): February 2016 Vol 15 No 3 (2015): October 2015 Vol 15 No 2 (2015): June 2015 Vol 15 No 1 (2015): Februari 2015 Vol 14 No 3 (2014): Oktober 2014 Vol 14 No 2 (2014): Juni 2014 Vol 14 No 1 (2014): Februari 2014 Vol 13 No 2 (2013): Desember 2013 Vol 13 No 1 (2013): Juni 2013 Vol 12 No 2 (2012): Desember 2012 Vol 12 No 1 (2012): Juni 2012 Vol 11 No 2 (2011): Desember 2011 Vol 11 No 1 (2011): Juni 2011 Vol 10 No 2 (2010): Desember 2010 Vol 10 No 1 (2010): Juni 2010 Vol 9 No 2 (2009): Desember 2009 Vol 9 No 1 (2009): Juni 2009 Vol 8 No 2 (2008): Desember 2008 Vol 8 No 1 (2008): Juni 2008 Vol 7 No 2 (2007): Desember 2007 Vol 7 No 1 (2007): Juni 2007 Vol 6 No 2 (2006): Desember 2006 Vol 6 No 1 (2006): Juni 2006 Vol 5 No 2 (2005): Desember 2005 Vol 5 No 1 (2005): Juni 2005 Vol 4 No 2 (2004): Desember 2004 Vol 4 No 1 (2004): Juni 2004 Vol 3 No 2 (2003): Desember 2003 Vol 3 No 1 (2003): Juni 2003 Vol 2 No 2 (2002): Desember 2002 Vol 2 No 1 (2002): Juni 2002 Vol 1 No 2 (2001): Desember 2001 Vol 1 No 1 (2001): Juni 2001 More Issue