Claim Missing Document
Check
Articles

INDUKSI OVULASI DAN PEMIJAHAN IKAN SORO (Tor soro) MENGGUNAKAN KOMBINASI HORMON Farastuti, Eko Rini; Sudrajat, Agus Oman; Gustiano, Rudhy
LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia Vol 21, No 1 (2014)
Publisher : Research Center for Limnology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menurunnya populasi ikan soro di alam akibat kerusakan lingkungan habitat dan penangkapan berlebih merupakan ancaman bagi kelestarian ikan ini. Pemijahan buatan telah dapat dilakukan dengan rangsangan hormon, namun hasil yang diperoleh masih perlu disempurnakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan kombinasi jenis hormon yang tepat, dosis terbaik dan masa laten tercepat terhadap keberhasilan ovulasi dan pemijahan ikan soro. Perlakuan yang diberikan adalah Ovaprim 0,5 mL/kg Induk (O1), kombinasi Ovaprim + hCG (O2), Ovaprim+AI (O3), dan AI + Oxytocin (O4), Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa perlakuan O4, (kombinasi antara AI dengan Oxytocin) memiliki waktu laten untuk merangsang ovulasi yang tercepat (17,5± 0,52 jam) dibandingkan perlakuan lainnya. Secara umum derajat pembuahan perlakuan O4 (AI + Oxytocin) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain yaitu 96,60 ± 1,00%. Demikian halnya dengan derajat penetasan sebesar 81,05±1,77% dan tingkat kelangsungan hidup larva yaitu 98,88 ± 1,37 %. Hasil yang diperoleh memberikan indikasi bahwa O4 (AI + Oxytocin) merupakan kombinasi hormon terbaik yang dapat diinduksi untuk ovulasi dan pemijahan semi alami (tanpa "stripping") pada soro.
STUDI PERKEMBANGAN GONAD IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) DENGAN RANGSANGAN HORMON Suriansyah, Suriansyah; Sudrajat, Agus Oman; Jr, Muhammad Zairin
BERITA BIOLOGI Vol 10, No 4 (2011)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (614.346 KB) | DOI: 10.14203/beritabiologi.v10i4.769

Abstract

The purpose of this study was to evaluate the effect of water in oil in water (w/o/w) emulsion containing 17a-methyltestosterone on gonad development of climbing perch. The results showed administration of 200 ug/kg 17o-methyltestosterone in w/o/w emulsion enhanced gonad development of climbing perch. In this treatment, testosterone concentration increased but estradiol-17p concentration decreased. Both hormones ranged 10,55-15,13 ng/dl and 0.96-5.66 ng/dl, respectively. This treatment also accelerated the development of egg diameter which were eggs e" 0.20 mm became 71.00% after 60 days, and development of egg nucleus position into germinal vesicle breakdown (GVBD) in day 60 was about 17.50%.
Feeding with Artificial Feed on Sand Goby, Oxyeleotris marmorata (Blkr.), Fry Agus Oman Sudrajat; Irzal Effendi
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 3 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.916 KB) | DOI: 10.19027/jai.1.109-118

Abstract

ABSTRACTThe influence of feed shape and protein resource of artificial feed on the growth and survival rate of sand goby, Oxyeleotris marmorata (Blkr.), fry were evaluated in this experiment. This experiment purposed to determine growth rate, survival rate, feeding efficiency, protein retention, lypid retention and look for the suitable artificial feed for sand goby. This experiment was carried out at the Laboratory of Aquaculture System and Technology, Department of Aquaculture, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Bogor Agricultural University in Bogor. Factorial design was used in this experiment with two factors: feed shape and protein resource. There were two kinds of feed shape: dry pellet and moist pellet. Protein resource consisted: fish, squid, and shrimp. The sand goby juveniles were kept in aquarium 60x30x40 cm was filled 40 litre of aerated. The fish were fed of 7% (dry weight based) of body weight in three time of feeding (10:00, 14:00, 18:00 WIB), 30, 30, 40% total feed/day respectively. The amount of feed was adjusted every 7 days with sampling. The juveniles feeding with shrimp-moist showed better survival rate, growth rate, feeding efficiency, protein retention, lypid retention than those fed shrimp-dry, squid-dry, squid-moist, fish-dry, and fish-moist. Dry pellet and moist pellet can be used for sand goby feeding. The artificial feed for sand goby juvenile suggested contain attractant and had highly water stability. Shrimp and squid can be used as main protein resources in artificial feed for sand goby. Key Word :  Feeding, artificial feed, sand goby, Oxyeleotris  marmorata, fry. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bentuk pakan dan sumber protein dari pakan buatan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan betutu, Oxyeleotris marmorata (Blkr.). Rancangan faktorial dengan 2 faktor, bentuk pakan (pelet basah dan pelet kering) dan sumber protein (ikan, cumi dan udang) digunakan dalam penelitian ini. Ikan diberi pakan 7% bobot badan basah yang diberikan dalam 3 kali per hari. Ikan yang diberi pakan dengan kombinasi bentuk pelet basah dan sumber protein udang (pelet basah-udang) menunjukkan kelangsungan hidup, pertumbuhan, efisiensi pemberian pakan dan retensi protein terbaik dari perlakuan lainnya. Udang dan cumi dapat digunakan sebagai sumber protein utama dalam pakan buatan untuk ikan betutu. Pakan buatan untuk benih ikan betutu disarankan mengandung atraktan dan memiliki stabilitas dalam air yang tinggi.Kata kunci :  Pemberian pakan, pakan buatan, ikan betutu, Oxyeleotris marmorata, benih.
Survival Rate and Growth of Fighting Fish Larvae (Betta splendens Regan) Fed on Various Live Foods T. Budiardi; T. Nursyams; Agus Oman Sudrajat
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (99.92 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.13-16

Abstract

Larval of fighting fish (Betta splendens Regan) requires precise live foods for its growth and survival. In this experiment, fish larvae were fed on either Paramecium + Artemia, Paramecium + Artemia + Tubifex, Paramecium + Moina, or Paramecium + Moina + Tubifex. The fish were fed Paramecium from day-2 till day-7 after hatching. There after, the live food was changed according to the treatments till day-28.  Results showed that fish fed on Paramecium + Artemia significantly had the highest total length (12.63 mm) than other treatments (11.86 mm). On the other hand, survival rate of fish had no significant affected by the treatments. Keywords: fighting fish, Betta splendens, Paramecium, Moina, Artemia, Tubifex, larvae   ABSTRAK Larva ikan betta (Betta splendens Regan) membutuhkan jenis pakan alami yang tepat bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhannya. Pada penelitian ini, larva ikan diberi pakan berupa Paramecium + Artemia, Paramecium + Artemia + Tubifex, Paramecium + Moina, atau Paramecium + Moina + Tubifex.  Ikan diberi pakan pakan berupa Paramecium dari hari ke-2 hingga hari ke-7. Setelah itu, pemberian pakan alami diubah berdasarkan masing-masing perlakuan hingga hari ke-28.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan yang diberi pakan Paramecium + Artemia memiliki tubuh secara signifikan lebih panjang (12,63 mm) dibandingkan perlakuan lainnya (11,86 mm).  Sementara itu, kelangsungan hidup tidak dipengatuhi oleh perlakuan. Kata kunci: ikan betta, Betta splendens, Paramecium, Moina, Artemia, Tubifex, larva
Gonad Maturation of Clown Loach (Botia macracanthus) in Pond Irzal Effendi; T. Prasetya; Agus Oman Sudrajat; N. Suhenda; K. Sumawidjaja
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 2 No. 2 (2003): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.129 KB) | DOI: 10.19027/jai.2.51-54

Abstract

The objective of this research is to know the gonad maturation of clown loach {Botia macracanthus) reared in pond. Two groups contain 4 female broodstock; I) carried and II) non-carried egg broodstock were reared in two separated hapas which placed in pond. Each hapa was also stocked nine males. The fish were fed pellet (32,33% protein) 10% biomass, daily in three times. After 20 days, the broodstocks were implanted by LHRH-a 100 u.g/kg of body weight. In the group I, diameter of egg in gonad were developed from 1,028 mm at the beginning of implantation to 1,071 and 1,106 mm at day of 15 and 30 after implantation respectively. In the group II, only one female has developed her gonad successfully. The egg was developed to 0,937 and 1,026 mm after 15 and 30 day implantation respectively. Key words : Gonad maturation, clown loach, Botia macracanthus, pond   ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pematangan gonad induk ikan botia (Botia macracanthus) yang dipelihara di kolam. Dua kelompok induk betina; I) sudah mengandung telur dan II) belum mengandung telur masing-masing sebanyak 4 ekor dipelihara masing-masing dalam 2 hapa. Ke dalam setiap hapa juga ditempatkan induk jantan sebanyak 9 ekor. Induk diberi pakan berupa pelet (protein, 32,33%) sebanyak 10% dari bobot biomasa per hari, 3 kali sehari, dan diberi LHRH-a dengan dosis 100 ng/kg bobot tubuh secara implantasi pada hari ke 20 pemeliharaan. Induk dalam kelompok pertama telurnya berkembang dari rata-rata 1,028 pada saat pemberian LHRH-a menjadi rata-rata 1,071 dan 1,106 mm masing-masing pada hari ke 15 dan 30 setelah pemberian. Pada kelompok kedua hanya satu ekor induk yang berkembang gonadnya setelah diberi LHRH-a. telur induk ikan tersebut berkembang dari 0,937 menjadi 1,026 mm masing pada hari ke 15 dan 30 setelah implantasi. Kata kunci : Pematangan gonad, ikan botia, Botia macracanthus, kolam
Kloning dan Ekspresi Spesifik Jaringan dari cDNA Sitokrom P-450 Aromatase pada Ikan Sidat Jepang (Anguilla japonica) Agus Oman Sudrajat
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 1 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.58 KB) | DOI: 10.19027/jai.3.1-4

Abstract

The conversion of androgen to estrogen is catalyzed by an enzyme, cytochrome P-450 aromatase (P-450arom). The P-450arom cDNA fragment was cloned from brain and ovary of the primitive teleost, Japanese eel. The p-450 arom cDNA fragment (1.1 kb) from brain and ovary of the Japanese eel are identical. The deduced amino acid from P-450 arom cDNA in Japanese eel have conserved domains for common putative functional properties of P-450 super family. P-450arom mRNA was predominantly present in the brain and pituitary, weak in the ovary and none in the other tissues. Key Word : Aromatase. P-450arom, cDNA, Japanese eel, expression   ABSTRAK Konversi androgen ke estrogen dikatalisis oleh enzim sitokrom P-450 aromatase (P-450arom). Fragmen cDNA P-450 arom telah diklon dari otak dan ovari ikan teleos primitif, sidat Jepang. Fragmen cDNA P-45 arom (1,1 kb) dari otak dan ovari sangat identik. Asam amino deduksi dari cDNA P-450arom memiliki daerah konservatif untuk sifat-sifat fungsional dari super famili P-450arom. P-450 arom mRNA dominan terdapat di otak dan pituitary, sedikit pada ovari dan tidak terekspresi pada jaringan lain. Kata kunci : Aromatase, P-450arom, cDNA, ikan sidat Jepang, ekspresi
Study of gonadotropin (GtH) stimulating hormone on gonad maturation of climbing perch Anabas testudineus Bloch . Suriansyah; M. Zairin Junior; Agus Oman Sudrajat
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 1 (2010): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.913 KB) | DOI: 10.19027/jai.9.61-66

Abstract

Gonadotropin can quicken the process of 17α-hidroxyprogesterone hormone synthesis becoming 17α, 20β-di hidroxyprogesterone as the maturation inducing steroids (MIS) and quicken the process of egg nucleus integration to germinal vesicle breakdown (GVBD) position. This research aimed to know the efficacy of gonadotropin hormone in the form of ovaprim on gonad maturation of climbing perch (Anabas testudineus Bloch). Stimulation of GtH with a dose of 0.5 ml/kg of fish body weight could improve the fish gonado somato index (GSI) to 2.72 %, improve the the final egg diameter to  0.70 mm (71.50 %), and shorten ovulation time which down to 4.30 hours. Key words: Gonadotropin hormone, gonad maturation, Anabas testudineus   ABSTRAK Hormon gonadotropin dapat mempercepat proses sintesa hormon 17α-hidroksiprogesteron menjadi 17α, 20β-dihidroksiprogesteron yang berfungsi sebagai steroid yang merangsang pematangan gonad dan mempercepat proses integrasi inti sel telur menuju posisi germinal vesicle breakdowan (GVBD). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas hormon gonadotropin yang terdapat dalam ovaprim terhadap pematangan gonad ikan betook Anabas testudineus Bloch. Pemberian hormon GtH dalam bentuk ovaprim dengan dosis 0,5 ml/kg bobot ikan dapat memperbaiki perkembangan gonad yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai gonado somatik indeks (GSI) sebanyak 2,72%, peningkatan diameter telur menjadi 0,77 mm (71,50%) dan mempercepat waktu ovulasi menjadi 4,3 jam. Kata-kata kunci: Hormon gonadotropin, pematangan gonad, ikan betok
Effect of Stocking Density on Growth and Survival Rate of Giant Gouramy (Osphrenemus gouramy Lac.) Seed S. Sarah; . Widanarni; Agus Oman Sudrajat
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 8 No. 2 (2009): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.177 KB) | DOI: 10.19027/jai.8.199-207

Abstract

This experiment was conducted to study the stocking density effect on growth and survival rate of giant gouramy seed in the aquarium. Fish were stocked at the density of 2.5; 5.0; 7.5 and 10 individual/l with average initial weight and length were 0.013 g and 5.56 mm, respectively. Fish were fed with silkworm (Tubifex sp.) ad libitum in the morning and evening for 22 days of experiment. Aquarium was siphoned and water was changed everyday for maintaining good water quality. Result showed that survival rate remain high in all treatment (93.5 - 95.5%). Increasing stocking density from 2.5 to 10 individual/I did not affect survival rate. On the other hand growth rate and feed efficiency decreased, while fish yield increased. Stocking density of 2,5 individual/l gave  the highest daily growth rate, individual growth rate, growth in length and feed efficiency of 12.94%, 0.0081 g/day, 16.84 mm and 12.51%; respectively. The highest value for fish yield (0,0360 g/l/day) was obtained from stocking density of 10 individual/l Key words: stocking density, seed, survival rate, growth rate, giant gouramy Osphrenemus goramy   ABSTRAK Keterbatasan pengadaan benih ikan gurame (Osphronemus gourame Lac.) disebabkan oleh tidak seimbangnya jumlah benih yang tersedia dengan kebutuhan usaha pembesaran. Teknik pembenihan yang digunakan sampai saat ini relatif sederhana dengan cara tradisional. Pemeliharaan gurame secara terkontrol di akuarium dapat menjawab tantangan dalam teknologi pembenihan gurame sekaligus sebagai sarana pola budidaya secara bertahap yang sedang berkembang saat ini. Produksi yang tinggi akan dicapai dengan pemeliharaan pada kepadatan yang tinggi. Pada keadaan lingkungan yang baik dan pakan yang mencukupi, peningkatan kepadatan akan disertai dengan peningkatan hasil. Jumlah ikan yang ditebar pada penelitian ini disesuaikan berdasarkan perlakuan yaitu 2,5; 5,0; 7,5 dan 10 ekor/l. Pengamatan terhadap ikan dilakukan sampai hari ke-22. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa peningkatan kepadatan 2,5 - 10 ekor/l pada pemeliharaan benih gurame di akuarium mempengaruhi pertumbuhan, hasil dan efisiensi pakan, namun tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup. Dengan meningkatnya padat penebaran, laju pertumbuhan dan efisiensi pakan semakin menurun, sedangkan hasil (yield) semakin meningkat. Padat penebaran 2,5 ekor/l menghasilkan laju pertumbuhan harian, laju pertumbuhan individu, pertumbuhan panjang mutlak dan efisiensi pakan tertinggi, masing-masing mencapai 12,94 %, 0,0081 g/hari, 16,84 mm dan 12,51 %. Sedangkan nilai tertinggi untuk hasil (yield) sebesar 0,0360 g/l/hari diperoleh pada padat penebaran 10,0 ekor/l. Kata kunci : padat tebar, pembenihan, gurame dan Osphronemus gouramy
Production and bioactivity test of recombinant protein common carp growth hormone Deny Sapto Chondro Utomo; . Alimuddin; Agus Oman Sudrajat; Irvan Faizal
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 10 No. 1 (2011): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1361.474 KB) | DOI: 10.19027/jai.10.44-50

Abstract

This study aimed to produce recombinant growth hormone (rGH) protein of common carp (Cyprinus carpio) and evaluate its bioactivity. DNA fragment encoding mature GH protein of common carp (mCcGH) was amplified by polymerase chain reaction (PCR) method and PCR products were then ligated into pCold I to generate pCold I-mCcGH protein expression vector. Escherichia coli BL21 (DE3) harboring pCold I-mCcGH was cultured in the 2xYT medium at 15 °C for 24 hours and protein production was induced by isopropyl-beta-thio galactopyranoside (IPTG). The inclusion bodies containing rGH protein from E. coli transformants were isolated by sonication method and analyzed by SDS-PAGE. The result showed that rGH with molecular weight of about 25 kDa was obtained. Common carp juveniles with average body weight of 5.2±0.4 g were intramuscularly injected once a week for 4 weeks with rGH protein solution from 1 μg bacterial cells per gram fish body weight. The result showed that juveniles fish injected with rGH grew 106.56% higher than control. This result indicated that rGH produced in E. coli BL21 possessed biological activity and it may be useful to improve growth of aquaculture species.Key words: growth hormone, recombinant protein, common carp ABSTRAKPenelitian ini bertujuan menghasilkan protein rekombinan hormon pertumbuhan (growth hormone, GH) dari ikan mas (Cyprinus carpio) dan menguji bioaktivitasnya. Fragmen DNA penyandi protein matang (mature) GH ikan mas (mCcGH) diamplifikasi dengan menggunakan metode PCR dan hasilnya kemudian diligasi ke dalam pCold-I untuk menghasilkan konstruksi vektor ekspresi pCold-I-mCcGH. Plasmid pCold-I-mCcGH ditransformasi ke bakteri Escherichia coli BL21 (DE3), dikultur dalam media 2xYT cair pada suhu 15°C selama 24 jam dan produksi protein diinduksi dengan menggunakan isopropyl-beta-thio galactopyranoside (IPTG). Badan inklusi yang mengandung protein rekombinan GH (rGH) dari bakteri E. coli transforman diisolasi menggunakan metode sonikasi dan dianalisis dengan menggunakan SDS-PAGE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rGH dengan bobot molekul sekitar 25 kDa berhasil diproduksi. Benih ikan mas dengan bobot rata-rata 5,15±0,4 g diinjeksi secara intramuskular satu kali per minggu selama 4 minggu dengan larutan rGH hasil ekstraksi dari 1 µg pelet bakteri/g bobot ikan. Benih yang disuntik dengan rGH tumbuh sekitar 100% lebih cepat bila dibandingkan dengan kontrol yang tidak diinjeksi rGH. Hasil ini mengindikasikan bahwa rGH yang diproduksi dalam bakteri E. coli memiliki bioaktivitas dan dapat bermanfaat untuk memacu pertumbuhan spesies ikan-ikan budidaya.Kata kunci: hormon pertumbuhan, protein rekombinan, ikan mas
Masculinization on tilapia (Oreochromis sp.) by natural hormone steroid agent from bee resin through artificial diet Dinar Tri Soelistyowati; Agus Oman Sudrajat; Harton Arfah
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 2 (2010): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.02 KB) | DOI: 10.19027/jai.9.178-183

Abstract

Masculinization on tilapia ( Oreochromis sp.) has been done with approach of natural hormone steroid agent  from bee resin  through artificial diet before sexual differentiation. This research aim to increase male sex ratio and production performance. Treatment of bee resin dose is 0.6; 1.2; 1.8; 2.4; 3.0 feed ml/kg compared to Control (0 ml/kg diet) were given  during 28 days at larva age 7 day in aquarium, then transferred to the farm ground until age 12 weeks. Average of masculine phenotype percentage increased significantly (P
Co-Authors . Alimuddin . Suriansyah Agoes Mardiono Jacoeb Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Andriyanto Antharest Sugati Aprelia Martina Tomasoa Arief Boediono Armen Nainggolan Asda Laining Bambang Gunadi Bastiar Bastiar Citra Fibriana Cut Dara Dewi Damiana Rita Ekastuti Danella Austraningsih Puspa Nazar Daniel Djokosetiyanto Deny Sapto Chondro Utomo Didik Ariyanto Didik Ariyanto Dinamella Wahjuningrum Dinar Tri Soelistyowati Dony Prasetyo Dwi Mulyasih Eka Kusuma Eko Harianto Eko Rini farastuti Enang Harris Eny Heriyati Epro Barades Erma Primanita Hayuningtyas Fahmi Akbar Fajar Maulana . Fatahillah Maulana Jufri Gustiano, Rudhy Hadra Fi Ahlina Hafif Syahputra Harton Arfah Haryanti Haryanti Herawati Rasid Hesti Lukas, Ade Yulita Hesti Wahyuningsih Hirmawan Tirta Yudha Iis Diatin Imanuel Berly Delvis Kapelle Imron Indra Lesmana Irvan Faizal Irvan Faizal Irzal Effendi Jr, Muhammad Zairin K. Sumawidjaja Komar Sumantadinata Komar Sumantadinata Komar Sumantadinata Komar Sumantadinata Komar Sumantadinata Luki Abdullah M. Zairin Junior Mahdaliana Mahdaliana Mala Nurilmala Megawati Wijaya Meillisa Carlen Mainassy Melta Rini Fahmi Mia Setiawati Mia Setiawati Mochamad Syaifudin Mohammad Mukhlis Kamal MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI Muhammad Muttaqin Muhammad Zairin Jr Muhammad Zairin Jr Muhammad Zairin Jr. Muslim Muslim N. Suhenda Nadia Mega Aryani Nenima Halawa Nur Bambang Priyo Utomo Nur Bambang Priyo Utomo Odang Carman Pustika Ratnawati Putri Utami Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi Ratu Siti Aliah RIDWAN AFFANDI Ridwan Affandi Rizsa Mustika Pertiwi Ronny I. Wahju S. Sarah Samara, Syifania Hanifah Siti Subaidah Sri Nuryati Sufal Diansyah Sularto Sularto Suriansyah Suriansyah Suriansyah, Suriansyah T. Budiardi T. Nursyams T. Prasetya Tatag Budiardi Tuti Puji Lestari Upmal Deswira Uthami Nagin Lestari Utut Widyastuti Wahyu Purbiantoro Wasmen Manalu Widanarni Widanarni Wiwin Kusuma Atmaja Putra Y. Hadiroseyani Yanti Sinaga Yonvitner - Yuni Puji Hastuti Zahri, Abdul