cover
Contact Name
Abu Muslim
Contact Email
abumuslim@kemenag.go.id
Phone
-
Journal Mail Official
abumuslim@kemenag.go.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Al-Qalam
ISSN : 08541221     EISSN : 2540895X     DOI : -
Core Subject : Religion,
Al-Qalam Jurnal Penelitian Agama dan Sosial Budaya adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan 2 edisi dalam setahun oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar. Terbit sejak tahun 1990. Fokus Kajian Jurnal berkaitan dengan penelitian Agama dan Sosial Budaya. Lingkup Jurnal meliputi Bimbingan Masyarakat Agama dan Layanan Keagamaan, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Naskah keagamaan Kontemporer, Sejarah sosial keagamaan, Arkeologi religi, Seni dan Budaya Keagamaan Nusantara.
Arjuna Subject : -
Articles 16 Documents
Search results for , issue "Vol 24, No 1 (2018)" : 16 Documents clear
Orang Tidung di Pulau Sebatik : Identitas Etnik, Budaya dan Kehidupan Keagamaan Muhammad Yamin Sani
Al-Qalam Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.631 KB) | DOI: 10.31969/alq.v24i1.445

Abstract

Artikel ini merupakan bagian dari hasil penelitian berjudul Orang Tidung di Tapal Batas Membangun Negeri Merawat Harmoni : Kajian Hubungan Antarsuku bangsa di Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara.Penelitian etnografi kritis ini mengkaji konstruksi identitas etnik dan aspek budaya orang Tidung di Kabupaten Nunukan. Data dianalisis secara interaktif, meliputi reduksi data, displai data dan verifikasi.Hasil penelitian menunjukkan, identitas etnik Tidung, terbangun dari beberapa versi dari hasil interpretasi kelompok-kelompok etnis Tidung sendiri yang berasal dari beberapa daerah di Kalimantan Utara, bahkan orang Tidung yang berasal dari Malaysia Timur. Terdapat dua pendapat dari versi identitas orang Tidung. Pertama, orang Tidung adalah bagian dari etnis Dayak dan kedua orang Tidung sebagaimana yang ada dalam mitologi adalah kelompok etnis tersendiri.Dalam perkembangannya, orang Tidung di beberapa daerah, seperti orang Tidung di Tarakan tergolong maju, sementara lainnya, seperti orang Tidung di Kabupaten Nunukan tergolong masih hidup secara sederhana. Kesederhanaan orang Tidung di Kabupaten Nunukan tercermin dari orientasi nilai budaya yang mereka miliki untuk hidup secara bersahaja.  Dalam kehidupan keagamaan, generasi tua orang Tidung tergolong Islam pluralistik, sementara generasi mudanya berupaya membeaskan diri dari unsur-unsur pluralisme dalam agama Islam yang mereka anut.Dalam era reformasi ini, terlihat mulai terbangunnya kesadaran akan penguatan politik identitas yang ditandai dengan munculnya “Pan Dayak” yang mencerminkan arena persaudaraan antara orang Dayak dengan orang Tidung dalam organisasi PUSAKA (Persatuan Suku Asli Kalimantan). Semangat kebangkitan politik identitas perlu dicermati, karena Kabupaten Nunukan termasuk wilayah yang pluralistik, terutama bagi orang Bugis yang menguasai daerah tersebut, baik secara ekonomi, maupun politik, sehingga diperlukan pengelolaan hubungan antarsukubangsa secara baik agar situasi di Kabupaten Nunukan tetap terkendali.
KIPRAH SETENGAH ABAD YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (YAPIS) PAPUA: MEMBANGUN HARMONI BERAGAMA MELAUI DUNIA PENDIDIKAN Sabara Nuruddin
Al-Qalam Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (85.774 KB) | DOI: 10.31969/alq.v24i1.457

Abstract

Penelitian ini adalah penelitian tentang kiprah Yayasan Pendidikan Islam (YAPIS) Papua di Kota Jayapura dalam upaya  membangun harmoni kerukunan umat beragama (KUB) di Jayapura. Masalah peenelitian Bagaimana perspektif dan praktek KUB dari kelompok YAPIS Papua?, dan bagaimana meletakkan perspektif dan praktek KUB dari YAPIS dalam konteks Papua?.Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif. YAPIS Papua mengembangkan perspektif tentang KUB didasarkan pada pandangan tentang Islam yang moderat dan inklusif yang dibangun di atas prinsip Islam rahmatan lil alamin. Melalui lembaga pendidikan dari jenjang PAUD hingga  perguruan tinggi YAPIS berkiprah sebagai lembaga pendidikan yang terbuka, inklusif, dan toleran dengan memberikan pelayanan pendidikan yang sama kepada putra-putri Papua tanpameihat latar belakang etnik dan agama. Prinsip Islam yang moderat dan toleran diperkenalkan kepada peserta didik melalui kurikulum Pendidikan Agama Islam dan ke-YAPIS-an melalui kurikulum berbasis kemajemukan. YAPIS di Tanah Papua dalam setengah abad kiprahnya telah berhasil mengembangkan role of model tolerans yang tepat untuk konteks masyarakat Papua yang multikultur. Secara sosioogis, YAPIS berhasil merekatkan jarak antara ke-Islam-an dan ke-Kristen-an di Tanah Papua melalui kiprahnya di dunia pendidikan. 
PEMBERDAYAAN KELUARGA BERBASIS MASJID PADA MASYARAKAT SAMIN DI JEPANG MARGOMULYO BOJONEGORO nur lailatul musyafaah
Al-Qalam Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.891 KB) | DOI: 10.31969/alq.v24i1.435

Abstract

Abstract: Samin community is a group of people who embrace the teachings of Saminisme. Doctrine Society Samin community in Jepang hamlet, Margomulyo village, Bojonegoro district is one of the descendants of the followers of the teachings of Samin Surosentiko. Issues raised in devotion is less than optimal utilization of the potential for al-Huda mosque as a place of social activities. A Form of assistance is by pushing mosque staff along with administrator and PLKB technicians using the mosque as a place of formation and development of a cadre of family resilience. The strategy of  this assistance is by the using research methods with the community (CBR). The Steps of mentoring  are inculturation, mapping (both of geographical and social mapping), participatory community organizing, FGD, and action programs  in the form of BKB, BKR and BKL. Output in the empowerment of this mosque is to form BKB, BKR, and BKL group and to increase skills of propulsion of the tribina  groups as a counselor.Keywords: Samin community, family empowerment, potential mosques Abstrak: Masyarakat Samin adalah sekelompok masyarakat yang menganut ajaran Saminisme. Ajaran Masyarakat Masyarakat Samin di dusun Jepang, desa Margomulyo, kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu dari sekian keturunan pengikut ajaran Samin Surosentiko. Permasalahan yang diangkat dalam pengabdian adalah kurang optimalnya pemanfaatan potensi masjid al-Huda sebagai tempat kegiatan sosial kemasyarakatan. Bentuk pendampingan yang dilakukan adalah dengan mendorong takmir masjid beserta pengurusnya dan penyuluh PLKB menggunakan masjid sebagai tempat pembinaan dan pengembangan kader ketahanan keluarga. Strategi yang digunakan dalam  pendampingan ini menggunakan metode penelitian bersama masyarakat (CBR). Langkah-langkah pendampingan yang dilakukan dalam pengabdian ini melalui inkulturasi (pembauran kepada masyarakat secara langsung), mapping (baik mapping geografis dan sosial untuk memetakan kondisi fisik dan sosial masyarakat dampingan), pengorganisasian masyarakat secara partisipatif, FGD, dan melakukan aksi program dengan mendorong keterlibatan masyarakat dalam kegiatan partisipatoris bersama masyarakat Samin dengan membentuk kelompok untuk program kegiatan BKB, BKR dan BKL. Output dalam pemberdayaan masjid ini adalah membentuk kelompok BKB, BKR dan BKL serta meningkatnya keterampilan tenaga penggerak kelompok tribina sebagai konselor.Kata kunci: masyarakat Samin, pemberdayaan keluarga, potensi masjid
KERUKUNAN MASYARAKAT MULTIKULTUR DI DESA BANUROJA, GORONTALO hasanudin hasanudin
Al-Qalam Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.59 KB) | DOI: 10.31969/alq.v24i1.465

Abstract

Banuroja merupakan sebuah desa yang mempunyai keunikan dan paling khas dibandingkan desa-desa lainnya di Provinsi Gorontalo, bahkan di seluruh Indonesia. Penduduk Desa Banuroja berasal dari sembilan etnik yaitu Bali, Jawa, Sasak, Gorontalo, Sunda, Minahasa, Bugis, Betawi, dan Batak. Keragaman etnis menyebabkan penduduknya memeluk agama, Islam, Hindu, Kristen Protestan, dan Khatolik. Pada umumnya untuk ukuran suatu desa di Provinsi Gorontalo, Desa Banuroja termasuk masyarakatnya yang heterogen, dan menjadi wadah yang mempertemukan berbagai macam agama, etnik, dan budaya. Masyarakat Banuroja dengan komposisi agama dan kultur yang majemuk, menjadi sampel yang representatif untuk memahami masyarakat multikultur dalam membangun solidaritas.Kerukunan yang terbangun di Banuroja adalah kerukunan dan toleransi dari paradigma pluralisme. Masyarakat Banuroja menerima berbagai agama dan etnis dengan upaya menata keragaman dalam membina kerukunannya. Berdasarkan pembagian lima kategori multikulturalisme oleh Bikhu Parekh, maka masyarakat Banuroja termasuk kategori dalam multikulturalisme otonomis, yaitu masyarakat plural di mana kelompok-kelompok kultural utama berusaha mewujudkan kesetaraan dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima.Terdapat tiga faktor menjadi pendorong terbangunnya kerukunan umat beragama yaitu rasa persatuan dari berbagai agama dan suku dalam bentuk toleransi, para tokoh masyarakat baik dari tokoh agama maupun tokoh etnik dapat menjaga keseimbangan dan kesetaraan dalam kehidupan masyarakat, dan peran Pesantren Salafiyah Syafiiyah dalam menjaga kerukunan. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara dan studi pustaka, dalam rangka memahami kerukunan masyarakat Banuroja. 
DIVERSION FUNCTION OF WAQF LAND USE (Review of Islamic Law and Acts No. 41 Year 2004) nilam sari
Al-Qalam Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.046 KB) | DOI: 10.31969/alq.v24i1.451

Abstract

Benefaction is one of facility to increase quality and quantity of worship to Allah has a main foundation that was Al-Qur’an and hadits, because as worship, benefaction has regulated for its legal requirement by Allah SWT. The provisions of benefaction and other worships that will performed by human being as means to close him selves to Allah. This article discussed about stipulation of diversion of benefaction property function according to stipulation of Islamic law (fiqh) and laws No. 41 Year 2004 concerning to benefaction. Related to diversion of function of benefaction property use have happened some perspectives among of several theologians, there was part of theologian prohibited to change function and advantage of such benefaction of property, when such benefaction property in form of a building such as mosque, house and others. But in other hand, some theologians allowed change of function of waqf land during its original form do not changed and it not change to other name of such benefaction property. Such benefaction property which has diverse should be more strategic property, productive and empowered for religion and Islam community. Difference between Islamic law (fiqh) and positive law concerning to diversion of benefaction property function where in provision of fiqh jumhur of theologian was allowed the diversion of benefaction property function so long as do not change purpose of benefaction and do not change the object name which has donated. While the positive law was not regard such things, substantially it fulfilled economic value and productive and it not in opposition to law of sharia provision.
Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Darul Ulum Nahdhatul Wathan, Bima Maroa, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara Muhammad Sadli Mustafa
Al-Qalam Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.417 KB) | DOI: 10.31969/alq.v24i1.458

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap seputar pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren dengan melakukan penelusuran terkait jenis kitab kuning yang diajarkan, mekanisme pembelajarankitab kuning,dan problematika yang dihadapi dalam pembelajarankitab kuning. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 92 pondok pesantren di Sulawesi Tenggara, hanya sebagian kecil yang masih menyelenggarakan pembelajaran kitab kuning. Salah satu di antaranya adalah Pondok PesantrenDarul Ulum Nahdhatul Wathan di Konawe Selatan yang menjadi sasaran penelitian ini.Kitab kuning yang diajarkan di pondok pesantren ini terdiri dari beberapa jenis kitab yakni kitab-kitab ilmu nahwu dan ilmu Sharaf, fikih dan usul fikih, hadis, tafsir, tauhid, sejarah,  akhlak, dan tajwid. Pembelajaran kitab kuning dilaksanakan dengan sistem bandongan dan dibagi perkelas sesuai tingkat kemampuan dan pemahaman santri terhadap kitab yang dipelajari. Kendala utama yang dirasakan dalam pembelajaran kitab adalah kelangkaan kitab, kekurangan jumlah pembina yang bisa mengajarkan kitab, ketiadaan ruang yang berskala besar sebagai pusat kegiatan ibadah dan pengajian kitab, dan kapasitas asrama yang belum mampu menampung seluruh peserta yang belajar di satuan-satuan pendidikan dalam binaan pondok pesantren ini. 
DAKWAH KULTURAL DALAM TRADISI HILEYIA PADA MASYARAKAT KOTA GORONTALO Erwin Jusuf Thaib
Al-Qalam Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.018 KB) | DOI: 10.31969/alq.v24i1.436

Abstract

Studi ini mengungkap bagaimana realitas tradisi hileyia dalam masyarakat Kota Gorontalo, bagaimana wujud dakwah kultural dalam tradisi hileyia, serta apa  efek dakwah kultural dalam tradisi hileyia pada masyarakat Kota Gorontalo. Pendekatan studi ini bersifat  kualitatif  yang akan mengungkap dakwah kultural dalam tradisi hileyia pada masyarakat Kota Gorontalo. Melalui studi ini akan digambarkan bagaimana dakwah  disebarluaskan melalui medium budaya seperti tradisi hileyia. Dari hasil penelitian terungkap bahwa tradisi hileyia adalah suatu gambaran hubungan antara orang yang hidup dan yang sudah meninggal. Tradisi yang secara harfiah berarti pindah ini ditandai dengan berpindahnya seorang manusia dari dunia ini ke alam kubur karena sebab kematian. Hal ini diikuti dengan berpindahnya para keluarga dan kerabat dalam tempo tertentu ke rumah duka,  beraktivitas secara bersama-sama yang diisi dengan doa arwah dan aktivitas kehidupan lainnya dengan tujuan untuk menghibur keluarga yang berduka. Tradisi hileyia dalam masyarakat Kota Gorontalo adalah sebuah tradisi yang memiliki nilai-nilai dakwah kultural. Hal ini diyakini karena tradisi hileyia mengandung pesan-pesan kebajikan yang bisa disebar luaskan melalui perantaraan tradisi ini. Dakwah kultural yang disebarluaskan melalui tradisi hileyia memiliki efek positif dalam masyarakat Kota Gorontalo. Efek positif ini antara lain kepedulian sosial, keikhlasan dalam berbagi, serta rasa persaudaraan yang tinggi. Efek sosial ini dipandang sebagai modal sosial (social capital) yang sangat berkontribusi dalam membangun harmoni sosial dalam masyarakat terlebih dalam konteks masyarakat Kota Gorontalo yang plural.
MENENGOK KEBERISLAMAN KELOMPOK MAJELIS ILMI AL-AMIN DI KABUPATEN BOALEMO St. Arafah
Al-Qalam Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.459 KB) | DOI: 10.31969/alq.v24i1.441

Abstract

Munculnya kelompok yang dianggap sempalan akan berpontesi melahirkan konflik, mereka hadir membawa paham dan praktik keagamaan yang berbeda dengan yang dianut kebanyakan umat di Indonesia dan secara kuantitas jumlah mereka sangat sedikit. Disisi lain, kehadiran kelompok atau paham yang berbeda ini akan membawa pada sikap destruktif. Penelitian mendeskripsikan tentang keberadaan kelompok Majelis Ilmi Al-Amin, yang oleh pembimbingnya mengkalim telah menerima ilham, hidayah bahkan menyebutnya “wahyu”,  mengenai ilmu kegaiban melalui proses dialog. Proses penelusuran data dengan menggunkana teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok  Majelis Ilmi Al-Amin telah eksis sejak 2007 hingga kini walaupun telah mengalami pelemparan dan pengusiran oleh masyarakat hingga akhirnya kelompok ini berpindah tempat untuk melakukan aktifitas. Kelompok ini oleh masyarakat dan pemerintah menklaim sebagai kelompok yang memiliki ajaran yang menyimpang utamanya dalam hal pelaksanaan syari’ah, bahkan bagi para jama’ah tidak lagi melaksanakan shalat sebagaimana lazimnya karena kelompok ini tidak mau dikatakan “riya” jika mereka melaksanakan shalat khususnya berjama’ah di masjid, sehingga shalat itu dilakukan secara bhatin saja, pada pelaksanaan puasa mereka telah berada pada tingkatan al-khawaisul khawas, dan haji tidak perlu ke tanah suci.
PETUAH BIJAK RELIGI SEBAGAI EKSPRESI LITERASI SISWA DI MAN MODEL MANADO Amir, Syarifuddin
Al-Qalam Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.332 KB) | DOI: 10.31969/alq.v24i1.459

Abstract

Ekspresi bijak siswa merupakan media komunikasi siswa dalam mengungkapkan daya positif mereka agar bisa diaplikasikan oleh dirinya sendiri maupun orang lain. Ekpresi ini tidak muncul sendirinya. Tetapi ia merupakan bentuk pengalaman literasi yang diperoleh dari berbagai sumber. Oleh karena itulah, penelitian ini ditujukan untuk mengkaji varian dan sumber petuah bijak siswa di MAN Model Manado Sulawesi Utara serta ekspresi ungkapan bijak siswa dengan menggunakan metode kualitatif serta pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan diskusi grup, wawancara, dokumentasi dan observasi. Varian petuah bijak di MAN Model Manado menunjukkan nuansa variatif yang beragam berupa kearifan lokal seperti motto atau pamali serta ungkapan bijak yang bersumber dari pesan-pesan agama dengan media bahasa yang cukup beragam pula seperti Bahasa Daerah, Bahasa Indonesia maupun Bahasa Asing. Keterkaitan antara literasi bijak dengan penguasaan bahasa sangatlah erat, artinya kemampuan bahasa siswa sangat dipengaruhi terhadap penguasaan bahasa. Dalam hal ini, literasi bijak dalam bahasa daerah sangat minim karena banyak siswa yang tidak menguasai bahasa daerah. Kreatifitas siswa dalam ekpresi ungkapan bijak pun sangat terbatas pada ungkapan bijak di majalah dinding, latihan pidato maupun lewat media sosial.
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER SANTRI DI PESANTREN PERSIS 67 BENDA TASIKMALAYA JAWA BARAT moh. dulkiah
Al-Qalam Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.305 KB) | DOI: 10.31969/alq.v24i1.442

Abstract

This study aims to describe the model of character development of santri in Pesantren Persis 67 Benda Tasikmalaya West Java. Data collection method used in field research with the qualitative approach with observation data and in-depth interview. The results showed that: First, character development of santri lies in the process of teaching, habituation, and enforcement of rules. Secondly, the teaching model provides development not only in the curriculum that combines the curriculum content of the ministry of religions, the curriculum content of the ministries of education and culture, and the content of the local curriculum, but also contains principles that the teacher (ustadz) considers in curriculum development, namely: the proximity of the relationship between the learning material and the occurring phenomenon), the principle of flexibility (the developed curriculum must have the space for freedom of action, choosing the educational program, and the flexibility in the development of the learning program), the efficiency principle (effort, cost, time, which is used in the learning process must be strict), the principle of effectiveness (curriculum planning can be achieved in accordance with predetermined desires), the principle of continuity (curriculum development shows the relationship between education level, type of education, education program and field of study). Third, habituation is oriented to apply the value of independence and the value of responsibility. Fourth, enforcement of rules is implemented not to give physical sanctions, but rather more motivational.

Page 1 of 2 | Total Record : 16