cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
JURNAL PANGAN
ISSN : 08520607     EISSN : 25276239     DOI : -
Core Subject : Agriculture, Social,
PANGAN merupakan sebuah jurnal ilmiah yang dipublikasikan oleh Pusat Riset dan Perencanaan Strategis Perum BULOG, terbit secara berkala tiga kali dalam setahun pada bulan April, Agustus, dan Desember.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue " Vol 15, No 2 (2006): PANGAN" : 9 Documents clear
KEBIJAKAN PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL KE DEPAN Syafa'at, Nizwar; Simatupang, Pantjar
JURNAL PANGAN Vol 15, No 2 (2006): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1762.929 KB) | DOI: 10.33964/jp.v15i2.292

Abstract

Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu kebijakan pemantapan ketahanan pangan menjadi isu sentral dalam pembangunan dan menjadi fokus utama dalam pembangunan pertanian. Secara keseluruhan ada tiga program utama Departemen Pertanian yang akan dilakukan pada periode 2005-2009, yaitu; (i) Program Peningkatan Ketahanan Pangan. (ii) Program Pengembangan Agribisnis; dan (iii) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani. Sejalan dengan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) yang telah dicanangkan oleh Presiden Rl tanggal 11 Juni 2005 diJatiluhur, Jawa Barat mengamanatkan bangsa ini perlu membangun ketahanan pangan yang mantap dengan memfokuskan pada peningkatan kapasitas produksi nasional untuk lima komoditas pangan strategis, yaitu padi, jagung, kedelai, tebu dan daging sapi. Untuk meningkatkan kapasitas produksi pangan nasional tersebut, Indonesia masih memiliki potensi lahan untukperluasan usahatani. Dari luas lahan yang sesuai untuk usaha pertanian sebesar 100,8 juta hektar, telah dimanfaatkan 68,8 juta hektar, sehingga lahan yang belum dimanfaatkan sekitar 32 juta hektar. Selain itu, terdapal potensi lahan untuk usaha pertanian berupa lahan terlantar 11,5juta hektar serta pekarangan 5,4 juta hektar, dan belum termasuk lahan gambut dan lebak yang potensinya cukup besar. Dalamrangka memantapkan ketahanan pangan nasional akan dikembangkan terhadap lima komoditas pangan strategis selama periode 2005-2010 antara lain: padi, jagung, kedelai, gula dan daging sapi. Langkah strategis dan jumlah investasi untuk mendukung pengembangan kelima jenis komoditas pangan tersebut telah ditentukan dan disiapkan. Salah satu langkahnya adalah mengidentifikasi potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan kelima komoditas pangan tersebut dan pembangunan infrastruktur fisik dan non fisik pendukung.
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PADI TERINTEGRASI BERWAWASAN LINGKUNGAN Bantacut, Tajuddin
JURNAL PANGAN Vol 15, No 2 (2006): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (610.376 KB) | DOI: 10.33964/jp.v15i2.297

Abstract

Industri pengolahan padi (sederhana, kecil, menengah dan besar) menghadapipermasalahan penanganan limbah. Hampir semua penggilingan padi menumpuk sekam di sekitar bangunan. Semakin hari jumlahnya bertambah. Pembuangan sulit dilakukan karena keterbatasan tempat dan biaya yang besar. Penggunaan untuk bahan bakar (bata, pengering) masih sangat terbatas. Akibatnya, muncul berbagai persoalan lingkungan seperti estetika, bau dan sumber penyakit, Pendekatan terpadu dalam pengolahan padi, yakni menggunakan semua bagian bahan baku untuk menghasilkan berbagai produk dalam satu lini, dapat mengurangi persoalan lingkungan sekaligus meningkatkan manfaat ekonomi. Makalah ini membahas berbagai konsepsi dan dampak lingkungan, teknologi pengolahan padi, dan pemanfaatan hasil samping sebagai satu industri terpadu.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PRODUKTIVITAS PADI BERDASARKAN PERBEDAAN STRATA DI KABUPATAN KARAWANG DAN PURWAKARTA JAWA BARAT Subroto, Bubun
JURNAL PANGAN Vol 15, No 2 (2006): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (701.476 KB) | DOI: 10.33964/jp.v15i2.293

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara produsen padi papan atas di dunia. Kontribusi produksi terbesar dihasilkan di Pulau Jawa yang mencapai 55% dari total produksi nasional, dan Jawa Barat mempunyai kontribusi sekitar36% dari total produksi padi di Jawa antara lain sebagian berasal dari Kabupaten Karawang dan Purwakarta. Untuk mengumpulkan informasi mengenai tanaman padi, metode pengelolaan dan teknologi yang digunakan, maka dilakukan wawancara dengan beberapa petani di dua Kabupaten tersebut sebagai sample. Variabel-variabel yang dipertimbangkan untuk tujuan peneiitian ini adalah faktor-faktor yang mempunyai hubungan antara produktivitas padi dengan aspek biofisik terutama aspek manajemen dan ekologi. Penilaian faktor-faktor tersebut dilakukan dengan menggunakan the multiple linear regressions. Produktivitas dibedakan dalam empat strata, antara lain: Strata 1 adalah daerah persawahan irigasi teknis golongan kedua dekat dengan pantai, Strata 2 adalah daerah persawahan irigasiteknis golongan pertama dengan lahan tadah hujan, Strata 3 adalah daerah persawahan lahan kering/tadah hujan dan Strata 4 adalah daerah persawahan di lokasi perbukitan/teras. Hasil penilaian menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor dari aspek manajemen yang menentukan produktivitas padi pada masing-masing strata, antara lain: Strata 1 adalah jarak tanam 25x25cm dan waktu tanam di bulan Desember; Strata 2 yaitu varitas padi (Santana); Strata 3 adalah tidak ada periakuan penyemprotan hama, jarak tanam 20x20 cm dan pengolahan tanah dengan mesin traktor; dan Strata 4 yaitu varietas padi (Way Apo Buru) dan jumlah benih yang digunakan. Beberapa faktor dari aspek manajemen yang mempunyai korelasi positif meningkatkan produktivitas padi, antara lain: varietas padi, jarak tanam (25 x 25 cm), penggunaan mesin traktor untuk mengolah tanah dan tidak dilakukan penyemprotan hama. Kegiatan pengeloiaan padi yang disarankan kepada petani dan penting diperhatikan guna meningkatkan produktivitas padi, antara lain: penggunaan varietas padi unggul, penerapan jarak tanam (25 x 25 cm) dan pengolahan tanah dengan traktor.
KINERJA INDUSTRI PENGGILINGAN PADI DI INDONESIA : SUATU TANTANGAN KE DEPAN Najib Amsari, Ali Ahmad
JURNAL PANGAN Vol 15, No 2 (2006): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v15i2.289

Abstract

Industri penggilingan padi di Indonesia masih menggunakan teknologi yang sederhana. Sebagai akibatnya, beras yang dihasilkan memiliki kualitas dan rendemen yang rendah. Kapasitas giling di Indonesia juga jauh lebih besar daripada produksi gabah nasional. Dengan demikian persaingan diantara penggilingan - penggilingan sangat ketat. Banyak diantara penggilingan padi tidak bekerja secara maksimal bahkan rata - rata hanya bekerja sekitar sepertiga dari kapasitas maksimainya. Dengan diserahkannya perdagangan beras ke pasar bebas, tidak hanya memberikan dampak negatif kepada harga jual gabah petani namun juga industri penggilingan padi karena kinerja beberapa penggilingan padi menjadi semakin menurun. Penjualan beras hasilgiling menurunkarena persaingan dengan beras impor yang masuk ke pasar domestik. Elastisitas modal terhadap output pada industri penggilingan padi bersifat inelastis sehingga dampaknya adalah setiap penambahan stok modalnya, maka kenaikan output tidak sebesar penambahan stok modalnya. Halini disebabkan masih belum maksimainya utilitas kapasitas mesin karena tingginya persaingan untuk memperoleh gabah. Elastisitas tenaga kerja terhadap output pada industri penggilingan padi bersifat inelastis sehingga dampaknya adalah setiap penambahan tenaga kerja, maka tidak menaikan output. Penggunaan jumlah tenaga kerja yang tidak efisien disebabkan perusahaan penggilingan padimenggunakan tenaga kerja yangkurang trampil serta tingkat pendidikan yang rendah. Kemajuan teknologi yang baikterjadi di PulauJawa dan sebagian Sumatera (Sumut dan Lampung). Sedangkan di Sumsel, Bali, NTB, Sulsel, Sulut pertumbuhan Total Faktor Produktifitas masih memberikan kontribusi yang rendah pada kenaikan output karena permasalahan modal dan penggunaan teknologi radisional. Pengaruh liberalisasi perdagangan beras telah menurunkan outputdaripenggilingan padi di propinsi SumutJateng dan Bali. Hal ini disebabkan produk hasil gilingnya kalah bersaing dengan beras impor yang harganya lebih murah. Sedangkan di Jabar, Lampung, Sulut mengalami peningkatan output, karena mengolah kembali beras impor (disosoh dan dicampur dengan beras lokal) untuk dijual ke pasar.
KINERJA INDUSTRI PENGGILINGAN PADI DI INDONESIA : SUATU TANTANGAN KE DEPAN Najib Amsari, Ali Ahmad
JURNAL PANGAN Vol 15, No 2 (2006): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (795.504 KB) | DOI: 10.33964/jp.v15i2.294

Abstract

Industri penggilingan padi di Indonesia masih menggunakan teknologi yang sederhana. Sebagai akibatnya, beras yang dihasilkan memiliki kualitas dan rendemen yang rendah. Kapasitas giling di Indonesia juga jauh lebih besar daripada produksi gabah nasional. Dengan demikian persaingan diantara penggilingan - penggilingan sangat ketat. Banyak diantara penggilingan padi tidak bekerjasecara maksimal bahkan rata - rata hanya bekerja sekitar sepertiga dari kapasitas maksimalnya. Dengan diserahkannya perdagangan beras ke pasar bebas, tidakhanya memberikan dampak negatif kepada harga jual gabah petani namun juga industri penggilingan padi karena kinerja beberapa penggilingan padi menjadi semakin menurun. Penjualan beras hasilgiling menurunkarena persaingandengan beras impor yang masuk ke pasar domestik. Elastisitas modal terhadap output pada industri penggilingan padi bersifat inelastis sehingga dampaknya adalah setiap penambahan stok modalnya, maka kenaikan output tidak sebesar penambahan stok modalnya. Halini disebabkan masih belum maksimainya utilitas kapasitas mesin karena tingginya persaingan untuk memperoleh gabah. Elastisitas tenaga kerja terhadap output pada industri penggilingan padi bersifat inelastis sehingga dampaknya adalah setiap penambahan tenaga kerja, maka tidak menaikan output. Penggunaan jumlah tenaga kerja yang tidak efisien disebabkan perusahaan penggilingan padi menggunakan tenaga kerja yangkurang trampil serta tingkat pendidikan yang rendah. Kemajuan teknologi yang baikterjadi di PulauJawa dan sebagian Sumatera (Sumut dan Lampung). Sedangkan diSumsel, Bali, NTB, Sulsel, Sulut pertumbuhan Total Faktor Produktifitas masih memberikan kontribusi yang rendah pada kenaikan output karena permasalahan modal dan penggunaan teknologi tradisional. Pengaruh liberalisasi perdaganganberas telah menurunkan output dari penggilingan padi di propinsi Sumut, Jateng dan Bali. Hal ini disebabkan produk hasil gilingnya kalah bersaingdengan beras impor yang harganya lebih murah. Sedangkan diJabar, Lampung, Sulut mengalami peningkatan output, karena mengolah kembali beras impor (disosoh dan dicampur dengan beras lokal) untuk dijual ke pasar.
STRATEGI SUBSIDI INDUSTRI PERTANIAN NEGARA-NEGARA MAJU (G8): BENCHMARKING BAGI KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Arifin, Bustanul
JURNAL PANGAN Vol 15, No 2 (2006): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1117.849 KB) | DOI: 10.33964/jp.v15i2.290

Abstract

Indonesia sebagai salah satu negara anggotaWTO perlu memahami setiap kesepakatan yang dihasilkan terkait dengan perdagangan internasional di sektor pertanian, jasa, akses pasar dan Iain-Iain antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang. Berdasarkan falsafah perdagangan internasional dan fenomena asimetri pasar dunia komoditas pertanian, tulisan ini membahas tentang strategi subsidi yang diterapkan negara-negara maju dalam kerangka asimetri perdagangan internasional secara umum. Langkah-langkah yang dilakukan negara maju tersebut dapat dijadikan benchmarking dalam perumusan strategi kebijakan perdagangan internasional di Indonesia. Bagi Indonesia, kesepakatan-kesepakatan WTO amat perlu dilaksanakan secara hati-hati dan terukur tanpa harus mengorbankan keutuhan dan kedaulatan ekonomi bangsa. Terhadap subsidi-subsidi yang diterapkan oleh negara maju (G-8), Indonesia harus menempuh jalur diplomasi ekonomi dan perdagangan dunia secara bilateral untuk memperluas akses pasar bagi komoditas unggulan seperti di sektor perikanan (udang, tuna, cakalang), perkebunan (kelapa sawit, karet, coklat),dan sebenarnya juga untuk perindustrian (furniture, handycraft dan produk elektronik low-tech). Akses pasar harus didukung langkah diplomasi dan kerjasama dengan sesama negara berkembang, baik melalui Group-20, Group-33 dan bahkan Cairns Group yang belakangan mulai agak ditinggalkan. Minimal, pertukaran arus-informasi ekonomi antar dunia usaha dan antar negara dapat diperlancar, yang mampu meningkatkan nilai dan iklim investasi, berkembangnya kapasitas sektor riil dan skala usaha ekonomi dan sebagainya. Hal ini akan mampu meningkatkan kualitas pemulihan ekonomi di Indonesia, perekonomian yang mampu menyerap dan menciptakan lapangan kerja baru, sekaligus mengentaskan masyarakat dari kemiskinan.
FORMULASI STRATEGI PENGADAAN GABAH/BERAS DALAM NEGERI (STUDI KASUS PERUM BULOG) Maqdisa, Maqdisa
JURNAL PANGAN Vol 15, No 2 (2006): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (895.704 KB) | DOI: 10.33964/jp.v15i2.295

Abstract

Pengadaan gabah/beras merupakan kegiatan awal yang harus dibenahi agarmemenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan. Hal ini mewajibkan Perum Bulog untuk lebih mengetahui strategi pengadaan gabah/beras agar dapat mengupayakan pelayanan dalam menghasilkan beras yang berkualitas baik. Tulisan ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian visi dan misi Perum Bulog, mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi pengadaan gabah/beras dalam negeri, memformulasikan alternatif strategi pengadaan gabah/beras untuk meningkatkan pelayanan terhadap kualitas gabah/beras sesuai dengan kondisilingkungan perusahaan, dan menentukan prioritas strategi terpilih yang sesuai untuk diterapkan dalam kegiatan pengadaan gabah/beras. Dalam tulisan ini digunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Jenis data yang dibutuhkan dalam kegiatan ini adalah data kuantitatif dan kualitatif yang bersifat sekunder. Teknik pengambilan contoh dengan responden manajemen Bulog, dilakukan secara purposive sampling (sengaja). Kemudian dilakukan analisis eksternal dan internal, matrik EFE (Ex ternalFactor Evaluation), Matrik IE (Internal-Eksternal) untuk memetakan posisi kegiatan pengadaan dan matrik The Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam meningkatkan kualitas kegiatan pengadaan gabah/beras lemah secara internal. Sementara itu, analisis EFE menunjukkan bahwa kualitas pengadaan gabah/beras mampu diatas rata-rata memanfaatkan peiuang yang ada dan meminimalkan pengaruh negatif potensial dari ancaman eksternal. Dari posisi internal dan eksternal menunjukkan posisi pengadaan gabah/beras merupakan paling baik dikelola dengan strategi tumbuh (grow) dan membangun (build). Berdasarkan matriks perencanaan strategi kuantitatif (QSPM) diperoleh hasil bahwa strategi yang direkomendasikan untuk mendapatkan prioritas implementasi adalah strategi integrasi ke depan.
INDONESIA DALAM TATANAN PERUBAHAN PERDAGANGAN BERAS DUNIA Sawit, M. Husein
JURNAL PANGAN Vol 15, No 2 (2006): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (623.285 KB) | DOI: 10.33964/jp.v15i2.291

Abstract

Ciri perdagangan beras dunia masih tetap tipis, walau volume beras yang diperdagangkan di pasar dunia telah meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan awal 1990an. Ciri lainnya yang masih melekat adalah sebagai pasar sisa (residual market). Negara eksportir utama seperti Thailand, Vietnam dan India tetap mengutamakan kepentingan dalam negar dan membatasi ekspor, manakala stabilisasi harga dan stok pangan nasional terancam. Disamping itu, harga beras di pasar dunia, belum menggambarkan tingkat efisiensi, karena besarnya subsidi yang diberikan oleh pemerintahnya, terutama di negara net eksportir. Pendapatan petani padi di negara maju OECD misalnya, sekitar 80% diantaranya berasal dari bantuan dan subsidi pemerintahnya. Tujuan tulisan ini adalah membahas instrumen yang paling tepat untuk perlindungan petani. Perlindungan itu, tidak seharusnya memakai instrumen primitif seperti pelarangan impor, lebih tepat ke perlindungan tarif. Disamping itu, daya saing industri padi/beras harus didorong melalui faktor non-harga, sebagai unsur utama untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi industri padi/beras. Insentif harga terutama HPP haruslah dirancang secara hati-hati, sekali ditetapkan terlalu tinggi, akan sulit dikoreksi untuk diturunkan. Pada saat sekarang, HPP telah mencapai 37% dari harga beras di pasar dunia, jauh lebih tinggi dari jaminan harga di Thailand untuk kualitas beras bagus (fragrant rice):
PERIKANAN DAN MODAL SOSIAL NELAYAN DI ERA OTONOMI DAERAH Satria, Arif
JURNAL PANGAN Vol 15, No 2 (2006): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (634.447 KB) | DOI: 10.33964/jp.v15i2.296

Abstract

Dalam rangka program revitalisasi perikanan, penyuluhan sangat berperan penting. Revitalisasi memerlukan SDM tangguh, tidak saja dalam hal penguasaan pengetahuan (kognisi), tetapi juga dari sisi keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afeksi). Saat ini eranya berbeda dengan era swasembada beras di tahun 1980-an. Penyuluhan perikanan pada era otonomi daerah ini tidak mungkin lagi dilakukan secara sentralistik sebagaimana masa sebelumnya. Tulisan ini merijelaskan uraian tentang pelaku pelayanan perikanan di era otonomi daerah dan beberapa upaya pembangunan karakter para penyuluhan perikanan. Karakter para penyuluhan perikanan pada umumnya berbeda dan masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihan tersendiri. Tantangan yang dihadapi dunia penyuluhan perikanan di era otonomi daerah ini, dengan khalayak sasaran yang beragam baik karakteristik maupun kepentingannya, penyuluhan perikanan dituntut untuk bisa menghadapi itu semua. Dengan melihat keragaman kelebihan dan kekurangan masing-masing pelaku penyuluhan baik pemerintah, pasar, maupun masyarakat, maka penyuluhan perikanan memerlukan peran ketiganya. Pemerintah mungkin cocok untuk satu wilayah, tapi tidak cocok untuk wilayah lain,begitu pula pasar dan masyarakat. Ketiganya bisa saling melengkapi. Untuk itu kerjasama antar ketiganya menjadi penting, prasyarat kerjasama itu adalah adanya frasrsesama mereka. Upaya pembangunan karakter mesti dilihat berjenjang, tidak saja karakter individual, tetapi juga karakter kelompok, karakter jaringan antar kelompok, serta karakter jaringan dengan luar komunitas. Semuanya juga mensyaratkan kuatnya trust, sehingga penyuluhan sebagai pilar pembangunan perikanan bisa berfungsi dengan baik. 

Page 1 of 1 | Total Record : 9


Filter by Year

2006 2006


Filter By Issues
All Issue Vol. 32 No. 1 (2023): PANGAN Vol. 31 No. 3 (2022): PANGAN Vol. 31 No. 2 (2022): PANGAN Vol. 31 No. 1 (2022): PANGAN Vol. 30 No. 3 (2021): PANGAN Vol. 30 No. 2 (2021): PANGAN Vol. 30 No. 1 (2021): PANGAN Vol. 29 No. 3 (2020): PANGAN Vol. 29 No. 2 (2020): PANGAN Vol. 29 No. 1 (2020): PANGAN Vol 29, No 1 (2020): PANGAN Vol. 28 No. 3 (2019): PANGAN Vol 28, No 3 (2019): PANGAN Vol 28, No 2 (2019): PANGAN Vol. 28 No. 2 (2019): PANGAN Vol 28, No 1 (2019): PANGAN Vol. 28 No. 1 (2019): PANGAN Vol 28, No 1 (2019): PANGAN Vol 27, No 3 (2018): Vol 27, No 3 (2018): PANGAN Vol. 27 No. 3 (2018): PANGAN Vol. 27 No. 2 (2018): PANGAN Vol 27, No 2 (2018): PANGAN Vol. 27 No. 1 (2018): PANGAN Vol 27, No 1 (2018): PANGAN Vol 26, No 3 (2017): PANGAN Vol. 26 No. 3 (2017): PANGAN Vol. 26 No. 2 (2017): PANGAN Vol 26, No 2 (2017): PANGAN Vol. 26 No. 1 (2017): PANGAN Vol 26, No 1 (2017): PANGAN Vol 25, No 3 (2016): PANGAN Vol. 25 No. 3 (2016): PANGAN Vol 25, No 3 (2016): PANGAN Vol 25, No 2 (2016): PANGAN Vol. 25 No. 2 (2016): PANGAN Vol 25, No 1 (2016): PANGAN Vol. 25 No. 1 (2016): PANGAN Vol 24, No 3 (2015): PANGAN Vol. 24 No. 3 (2015): PANGAN Vol 24, No 2 (2015): PANGAN Vol. 24 No. 2 (2015): PANGAN Vol 24, No 1 (2015): PANGAN Vol. 24 No. 1 (2015): PANGAN Vol 23, No 3 (2014): PANGAN Vol 23, No 3 (2014): PANGAN Vol. 23 No. 3 (2014): PANGAN Vol. 23 No. 2 (2014): PANGAN Vol 23, No 2 (2014): PANGAN Vol 23, No 1 (2014): PANGAN Vol. 23 No. 1 (2014): PANGAN Vol 22, No 4 (2013): PANGAN Vol. 22 No. 4 (2013): PANGAN Vol. 22 No. 3 (2013): PANGAN Vol 22, No 3 (2013): PANGAN Vol 22, No 2 (2013): PANGAN Vol 22, No 2 (2013): PANGAN Vol. 22 No. 2 (2013): PANGAN Vol 22, No 1 (2013): PANGAN Vol. 22 No. 1 (2013): PANGAN Vol. 21 No. 4 (2012): PANGAN Vol 21, No 4 (2012): PANGAN Vol 21, No 4 (2012): PANGAN Vol. 21 No. 3 (2012): PANGAN Vol 21, No 3 (2012): PANGAN Vol 21, No 2 (2012): PANGAN Vol. 21 No. 2 (2012): PANGAN Vol. 21 No. 1 (2012): PANGAN Vol 21, No 1 (2012): PANGAN Vol. 20 No. 4 (2011): PANGAN Vol 20, No 4 (2011): PANGAN Vol. 20 No. 3 (2011): PANGAN Vol 20, No 3 (2011): PANGAN Vol. 20 No. 2 (2011): PANGAN Vol 20, No 2 (2011): PANGAN Vol. 20 No. 1 (2011): PANGAN Vol 20, No 1 (2011): PANGAN Vol. 19 No. 4 (2010): PANGAN Vol 19, No 4 (2010): PANGAN Vol 19, No 3 (2010): PANGAN Vol. 19 No. 3 (2010): PANGAN Vol. 19 No. 2 (2010): PANGAN Vol 19, No 2 (2010): PANGAN Vol 19, No 1 (2010): PANGAN Vol. 19 No. 1 (2010): PANGAN Vol. 18 No. 4 (2009): PANGAN Vol 18, No 4 (2009): PANGAN Vol 18, No 3 (2009): PANGAN Vol. 18 No. 3 (2009): PANGAN Vol 18, No 2 (2009): PANGAN Vol. 18 No. 2 (2009): PANGAN Vol 18, No 1 (2009): PANGAN Vol. 18 No. 1 (2009): PANGAN Vol 17, No 3 (2008): PANGAN Vol. 17 No. 3 (2008): PANGAN Vol. 17 No. 2 (2008): PANGAN Vol 17, No 2 (2008): PANGAN Vol 17, No 2 (2008): PANGAN Vol 17, No 1 (2008): PANGAN Vol. 17 No. 1 (2008): PANGAN Vol 16, No 1 (2007): PANGAN Vol. 16 No. 1 (2007): PANGAN Vol. 15 No. 2 (2006): PANGAN Vol 15, No 2 (2006): PANGAN Vol. 15 No. 1 (2006): PANGAN Vol 15, No 1 (2006): PANGAN More Issue