cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
JURNAL PANGAN
ISSN : 08520607     EISSN : 25276239     DOI : -
Core Subject : Agriculture, Social,
PANGAN merupakan sebuah jurnal ilmiah yang dipublikasikan oleh Pusat Riset dan Perencanaan Strategis Perum BULOG, terbit secara berkala tiga kali dalam setahun pada bulan April, Agustus, dan Desember.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol. 17 No. 2 (2008): PANGAN" : 8 Documents clear
Situasi Pangan Kedepan dan Kebijakan Ketahanan Pangan M. Fadhil Hasan; Ahmad Erani Yustika
JURNAL PANGAN Vol. 17 No. 2 (2008): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v17i2.248

Abstract

Era pangan murah telah berlalu sejak melonjaknya harga pangan akhir-akhir ini.Kompetisi pangan (food), pakan (feed), dan energi (fuel) mendorong peningkatan harga produk pertanian. Kondisi ini diperparah dengan masalah perubahan iklim yang semakin tidak bersahabat bagi kegiatan pertanian. Walaupun dalam publikasi FAO baru-baru ini, Indonesia bukan termasuk sepuluh negara paling rawan pangan di dunia dan juga Asia, namun dengan mempertimbangkan berbagai realitas pertanian yang membujur mulai hulu sampai dengan hilir, kelangkaan pangan sangat mungkin terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Pembangunan pertanian dan ketahanan pangan di Indonesia masih belum menampakkan hasil yang memadai. Komitmen pemerintah untuk betul-betul mengembangkan sektor pertanian belum tampak, bahkan cenderung semakin turun dari waktu ke waktu. Kenaikan harga pangan saat ini seharusnya menjadi berkah bagi Indonesia yang dikenal memiliki sumber daya pertanian cukup melimpah dan bukannya menjadi beban dan masalah. Pengelolaan yang diiringi dengan strategi kebijakan yang tepat menjadi kunci bagi persoalan pertanian saat ini. Berpijak pada realitas tersebut, tulisan ini mencoba menggambarkan perkembangan sektor pertanian selama ini, sekaligus menawarkan pendekatan kebijakan yang komprehensif dan integral bagi perbaikan arah pembangunan sektor pertanian sekarang dan ke depan. Tujuannya supaya ketahanan pangan nasional bisa terealisir, tidak hanya pada tingkatan tercukupinya produksi pangan tetapi juga dari sisi aksesibilitas dan stabilitas harga.
Beban Ganda; Permasalahan Keamanan Pangan di Indonesia Purwiyatno Hariyadi
JURNAL PANGAN Vol. 17 No. 2 (2008): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v17i2.249

Abstract

Keamanan pangan merupakan prasyarat bagi suatu produk pangan, yang harus ditangani secara terpadu, melibatkan berbagai stakeholders; baik dari pemerintah, industri, dan konsumen. Pada kenyataannya; Indonesia harus menanggung beban ganda keamanan pangan. Beban pertama berkaitan dengan masalah-masalah mendasar keamanan pangan; terutama masih belumdiaplikasikannya prinsip GMP dengan baik. Beban kedua, secara khusus berkaitan dengan industri pangan Indonesia yang berorientasi ekspor; yang harus menghadapi berbagai isu keamanan pangan baru yang selalu bermunculan dari waktu ke waktu, berubah-ubah dan berbeda dari satu negara ke negara lainnya. Penyebab permasaiahan beban ganda keamanan pangan di Indonesia ini adalah belum dipahami dan disadarinya arti strategis keamanan pangan. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan perhatian yang layak pada (i)pembenahan infrastruktur keamanan pangan, (ii) program pendidikan pada produsen dan konsumen, (iii) prioritas alokasi dana untuk pembengunan keamanan pangan dan (iv) pembinaan dan fasilitasi prasarana untuk industri kecil dan menengah. Secara khusus, pemerintah Indonesia perlu memberikan prioritas yang cukup pada pembinaan dan fasilitasi prasarana keamanan pangan untuk industri kecil dan menengah. Peningkatan kondisi keamanan pangan industri kecil menengah ini akan memberikan dampak pada peningkatan statuskesehatan masyarakat, peningkatan daya saing produk, dan pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas dan akan berkontribusi pada peningkatan daya saing bangsa.
Kesulitan Pangan Menghadang Ali Khomsan
JURNAL PANGAN Vol. 17 No. 2 (2008): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v17i2.250

Abstract

Harga beras internasionalyang sudah relatif tinggi belumtentu mendongkrak nasib petani. Petani-petani kita tetap berkubang dalam kemiskinan. Kemiskinan petani sulit terentaskan karena pemilikan lahan yang sempit menyebabkan inefisiensi. Dengan pemilikan lahan rata-rata hanya 900 m persegi, maka sulit bagi petani Indonesia untuk dapat hidup makmur. Pembangunan infrastruktur secara besar-besaran untuk mendukung produksi pangan atau pertanian sangat mendesak untuk segera dilakukan. Sebenarnya produktivitas pangan negarakita sama saja dengan negara-negara lain. Namun, petani di negara lain menikmati sarana prasarana yang lebih baik untuk mendukung kehidupan pertaniannya. Naiknya harga pangan mungkin tidak mendatangkan dampak serius bila rakyat cukup daya belinya. Masalahnya adalah harga pangan naik, daya beli tidak cukup kuat, maka yang terjadi adalah ancaman rawan pangan menghadang. Saat ini penerapan teknologi revolusi hijau dengan menggunakanbenih unggul, pupuk buatan, ataupun pestisida tidak lagi dapat mendongkrak produktivitas lahan secara signifikan. Krisis pangan sangat terasa bila menimpa komoditas yang menyangkut hajad hidup orang banyak yakni beras. Oleh sebab itu upaya diversifikasi pangan pokok harus terus-menerus dilakukan melalui berbagai entry point.
Quo Vadis Manajemen Kebutuhan Pokok ? Sapuan Gafar
JURNAL PANGAN Vol. 17 No. 2 (2008): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v17i2.251

Abstract

Kebutuhan pokok merupakan kebutuhan yang menyangkut hajat hidup orang yang banyak meliputi pangan, sandang dan papan termasuk di dalamnya pendidikan dan hiburan. Pengaturan tataniaga komoditi bahan pokok penting dan perlu dilakukan oleh pemerintah karena hal ini dipandang sangat penting bagi kelangsungan industri nasional dan dapat mempengaruhi kualitas gizi penduduk. Pengaturan tataniaga masing-masing komoditi dapat berbeda dikarenakan beberapa hal, antara lain : (i) perbedaan karakteristik permintaan dan penawaran, (ii) perbedaan struktur pasar, (iii) perbedaan kendala dan masalah yang dihadapi, (iv) perbedaan peranannya sendiri dalam masyarakat, baik secara ekonomi maupun politik. Oleh karena itu perlakukan pengaturan tataniaga akan berbeda dan berkembang menurut waktu dan jenis komodititasnya. Pada masa yang lalu kebutuhan pokok meliputi tiga hal, yaitu : (i) bahan pokok (ii) barang strategis dan (iii) barang penting. Adapun cara pengaturan kebutuhan pokok tersebut pada dasarnya ada lima antara lain : (i) pemerintah menetapkan harga meliputi harga produsen, harga grosir atau harga eceran, (ii) pemerintah menguasai dan mengawasi stok cadangan pada tingkat tertentu, baik dimiliki sendiri atau hanya menguasai, (iii) pemerintah mengatur perdagangan ekspor-impomya dengan cara melaksanakan sendiri atau melalui kuota/tarif, (iv) pemerintah memonitor pasokan dan harganya untuk dapat melakukan tindakan tertentu, (v) pemerintah mengatur perdagangan dalam negeri atas komoditi tersebut. Berkenaan dengan adanya otonomi daerah, maka diperlukan pembagian tugas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mengatur kebutuhan pokok yang intinya adalah : (i) pemerintah pusat menetapkan kebijaksanaan kebutuhan pokok yang berlaku diseluruh Indonesia. Selanjutnya pemerintah pusat juga mengatur kelancaran distribusi antara daerah dan antara pulau. Pemerintah pusat menetapkan dan mengatur kebijaksanaan ekspor-impor dengan sasaran pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan perlindungan terhadap produsen dan konsumen, (II) pemerintah daerah pada dasarnya menjalankan kebijaksanaan pemerintah pusat. Selanutnya menjaga kelancaran arus barang dari dan ke daerahnya. Pemda memonitor persediaan di berbagai tingkat perdagangan dan memonitor perkembangan harga.
Produktivitas dan Mutu Beras Padi Hibrindo R-1 pada Berbagai Perlakuan Pup Sarlan Abdulrachman
JURNAL PANGAN Vol. 17 No. 2 (2008): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v17i2.252

Abstract

Penelitian telah dilakukan di kebun Percobaan Sukamandi pada MH2006/07 dengan menggunakan varietas Hibrindo R-1. Rancangan yang digunakan Petak Terpisah dengan 3 ulangan. Petak utama adalah pemberian bahan organik (b-0= tanpa pupuk kandang, b-1= 2,5 t/ha pupuk kandang, dan b-2= 5,0 t/ha pupuk kandang/ha). Anak petak adalah dosis pemberian urea (U-0= 0 kg/ha urea, U-1= 250 kg Urea/ha atau setara dengan 112,5 kg N/ha, U2= U-1 dikurangi %Ndalam b-1 atau setara dengan 87,5 kg N/ha, dan U-3= U-1 dikurangi %N dalam b-2 atau setara dengan 62,5 kg N/ha). Pemberian pupuk urea dilakukan sebanyak tiga kali, berturut-turut pertama pada 10 HST, kedua pada 21 HST dan ketiga pada 45 HST (PI) dengan dosis masing-masing saat pemberian yaitu 1/5, 2/5, dan 2/5 dosis perlakuan/ha urea. Sedangkan untuk aplikasi SP36 dan KCI masing-masing sebanyak 100 dan 50 kg/ha diberikan semuanya bersamaan pemberian N pertama, termasuk yang tanpa N. Seluruh pupuk kandang diberikan saat pengolahan tanah terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (i) Hibrindo R-1 sebagai salah satu varietas padi hibrida hasilnya cukup baik. Hasil panen pada MH 2006/07 di Sukamandi mencapai 9,08 t/ha GKG, setara atau bahkan lebih tinggi dibandingkan hasil panen varietas unggul baru (VUB) lainnya, (ii) Pada tanah dengan tingkat kesuburan sedang sampai tinggi atau yang dicirikan dengan hasil tanpa pupuk (nitrogen) > 4,5-5,5 t/ha, untuk mendapatkan hasil panen sekitar 8-9 t/ha diperlukan pupuk minimal setara 250 kg urea/ha. Sebagai sumber N dapat berasal dari urea, bahan organik atau kombinasinya, adn (iii) Pupuk kandang dapat digunakan sebagai sumber bahan organik dengan takaran yang disarankan 2,5 t/ha. Manfaat yang didapat dari pemakaian pupuk tersebut pemanfaatan pupuk anorganik seperti urea menjadi lebih efisien, derajat putih dan derajat sosoh beras yang dihasilkan meningkat disamping menurunkan butir mengapur dan butir kuning + rusak.
Peningkatan Produksi Ubi Kayu untuk Mendukung Kedaulatan Pangan dan Pemenuhan Bahan Baku Industri serta Energi Terbarukan Yudi Widodo
JURNAL PANGAN Vol. 17 No. 2 (2008): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v17i2.253

Abstract

Peningkatan produksi ubi kayu sebagai kontribusi dari naiknya produktivitas selama 40 tahun terakhir ternyata tidak mampu mengimbangi meningkatnya permintaan. Sebagai sumber karbohidrat yang produktif, ubi kayu semakin diperhitungkan manfaatnya untuk mencukupi keperluan pangan dan industri non pangan. Keunggulan hayati ubi kayu yang mampu dibudidayakan pada lahan kering beriklim kering, mengantarkan komoditas ini memiliki arti penting bagi petani di lahan kering guna memenuhi bahan pangan maupun pendapatan tunai.Peningkatan harga pangan dan energi global semakin mendorong penggunaan ubi kayu tidak hanya sebagai bahan pangan dan industri non pangan yang selama ini ada, tetapi juga sebagai bahan baku energi (etanol) yang terbarukan. Keadaan ini tentu saja akan semakin menuntut peningkatan produksi melalui perluasan areal dan peningkatan produktivitas. Kendala perluasan areal terutama pada aspek penyediaan lahan yang akan berkompetisi dengan komoditas lain, sehingga sistem tumpangsari maupun agroforestry menjadi alternatif pemecahan. Peningkatan produktivitas dapat ditempuh dengan pengelolaan tanaman dan sumberdaya secara terpadu dan berkelanjutan. Gerakan dalam penerapan inovasi teknologi yang menjamin produktivitas tinggi dan menguntungkan petani perlu segera dilaksanakan pada domain secara meluas. Kata kunci: peningkatan produksi ubi kayu: pangan, non pangan dan energi terbarukan
Teknologi untuk Percepatan Swasembada Pangan dalam Pembangunan Ketahanan Pangan Nasional Ali Zum Mashar
JURNAL PANGAN Vol. 17 No. 2 (2008): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v17i2.254

Abstract

dapat dipandang hanya sekedar untung rugi dalam usaha produksi komoditi ini melainkan suatu keharusan menempatkannya sebagai komoditas strategis yang dapat berdampak multi dimensi baik secara nasional maupun global. Laju pertumbuhan penduduk yang pesat dan tidak sebanding dengan laju peningkatan produksi pangan dan issu pangan global saat ini menjadi ancaman terhadap masalah pangan Indonesia ke depan sehingga perlu diantisipasi dengan pemberdayaan potensi yang ada. Potensi percepatan kemandirian pangan nasional menjadi berarti jika ada konsistensi dalam menggerakkantiga -pilar produksi yaitu: (i) optimalisasi lahan dan sumber daya alam pertanian yang tersedia dan melimpah, (ii)jumlah penduduk yang besar dan tersebar di setiap pulau dan lahan serta (iii) temuan teknologi-teknologi pertanian yang berhasil unggul, teruji dan terbukti sesuai dengan kondisi pertanian di Indonesia dalam meningkatkan produktifitas. Solusi teknologi produktifitas diperlukan untuk mengatasi berbagai hambatan teknisproduksi seperti ketersediaan lahan subur pertanian yang semakin sempit, pembukaan lahan pertanian baru kurang subur yang hasilnya tidak sebanding dengan produksi yang didapat dan stagnasi produktifitas pangan akibat teknologi konvensional yang telah jenuh, serta kerusakan lingkungan sumberdaya pertanian. Penerapan teknologi seperti produk bioteknologi Bioperforasi (Bio P2000Z) mampu membuktikan peningkatan produktivitas yang telah stagnan menjadi harapan dalam percepatan swasembada pangan. Dengankebijakan pangan yang konsisten secara terintegrasi, memprioritaskan percepatan peningkatan kemampuan produksi pangan dalam negeri, membangun tataniaga pangan yang pro petani dan revitalisasi stock pangan nasional yang berkerakyatan merupakan langkah strategis mempercepat swasembada dalam pembangunan ketahanan pangan dalam kerangka ketahanan nasional.
Teknologi Penyimpanan Gabah Secara Hermetik untuk Menekan Susut Kualitas dan Kuantitas Ridwan Rachmat
JURNAL PANGAN Vol. 17 No. 2 (2008): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v17i2.256

Abstract

Penyimpanan gabah baik ditingkat petani maupun komersial menghadapitantangan keadaan iklim dan gangguan hama. Masalah utama kerusakan mutuyang disebabkan oleh absorpsi uap air dan hama serta kehilangan viabilitas daribenih. Studi ini mempelajari sistem penyimpanan gabah secara hermetik baikuntuk konsumsi maupun benih ditingkat petani dan laboratorium. Tujuan utamaadalah untuk mengamati pengaruh penyimpanan hermetik padi dan benih terhadap kehilangan secara kualitas maupun kuantitas. Penelitian dilakukan di Subang, dan Karawang, Jawa Barat. Metode penyimpanan yang dievaluasi terdiri atas sistem penyimpanan tradisional, sistem penyimpanan hermetik. Pengambilan sampel dilakukan setiap 3 bulan pada 5 lokasi yang berbeda secara terpisah. Analisa mutu sampel gabah dan beras dilakukan di Laboratorium Karawang pada Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Tingkat oksigen selama periode penyimpanan diukur setiap 2 minggu. Penelitian ini membandingkan sistem penyimpanan hermetik secara tradisional dengan wadah tabung plastik, plastik polyetylen serta volcano cube. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode penyimpanan hermetik merupakan metode yang efektif untuk skala kecil menengah dan memiliki kemampuan dalam pengendalian variasi kadar air dan hama Penyimpanan gabah. Ditinjau dari daya tumbuh benih tertinggi terdapat pada benih yang disimpan dalam tong plastik (plastik jar) yaitu 86%, diikuti kantong aluminium foil 84% dan karung polyetilene 82,3%, dan terendah yaitu volcani cube 78,3%. Penyimpanan metode hermetik dengan menggunakan tabung atau tong plastik secara umum terbaik dibandingkan dengan karung polyetilene atau kantong aluminium foil. Hasil analisa menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah serangga, terkendalinya viabilitas benih selama 12 bulan penyimpanan. Viabilitas benih, kondisi lingkungan menurun setelah penyimpanan selama 6 bulan; sistempenyimpanan hermetik dengan prinsip pengendalian tingkat respirasi aerobik dari bahan, serangga dan jamur. Dalam sistem ini kadar karbon dioksida antar biji meningkat dengan berkurangnya tingkat konsentrasi oksigen, sehingga respirasi aerobik yang terjadi semakin rendah.

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2008 2008


Filter By Issues
All Issue Vol. 32 No. 1 (2023): PANGAN Vol. 31 No. 3 (2022): PANGAN Vol. 31 No. 2 (2022): PANGAN Vol. 31 No. 1 (2022): PANGAN Vol. 30 No. 3 (2021): PANGAN Vol. 30 No. 2 (2021): PANGAN Vol. 30 No. 1 (2021): PANGAN Vol. 29 No. 3 (2020): PANGAN Vol. 29 No. 2 (2020): PANGAN Vol. 29 No. 1 (2020): PANGAN Vol 29, No 1 (2020): PANGAN Vol. 28 No. 3 (2019): PANGAN Vol 28, No 3 (2019): PANGAN Vol 28, No 2 (2019): PANGAN Vol. 28 No. 2 (2019): PANGAN Vol 28, No 1 (2019): PANGAN Vol 28, No 1 (2019): PANGAN Vol. 28 No. 1 (2019): PANGAN Vol 27, No 3 (2018): Vol 27, No 3 (2018): PANGAN Vol. 27 No. 3 (2018): PANGAN Vol 27, No 2 (2018): PANGAN Vol. 27 No. 2 (2018): PANGAN Vol. 27 No. 1 (2018): PANGAN Vol 27, No 1 (2018): PANGAN Vol 26, No 3 (2017): PANGAN Vol. 26 No. 3 (2017): PANGAN Vol. 26 No. 2 (2017): PANGAN Vol 26, No 2 (2017): PANGAN Vol. 26 No. 1 (2017): PANGAN Vol 26, No 1 (2017): PANGAN Vol 25, No 3 (2016): PANGAN Vol. 25 No. 3 (2016): PANGAN Vol 25, No 3 (2016): PANGAN Vol 25, No 2 (2016): PANGAN Vol. 25 No. 2 (2016): PANGAN Vol 25, No 1 (2016): PANGAN Vol. 25 No. 1 (2016): PANGAN Vol 24, No 3 (2015): PANGAN Vol. 24 No. 3 (2015): PANGAN Vol 24, No 2 (2015): PANGAN Vol. 24 No. 2 (2015): PANGAN Vol 24, No 1 (2015): PANGAN Vol. 24 No. 1 (2015): PANGAN Vol 23, No 3 (2014): PANGAN Vol. 23 No. 3 (2014): PANGAN Vol 23, No 3 (2014): PANGAN Vol 23, No 2 (2014): PANGAN Vol. 23 No. 2 (2014): PANGAN Vol 23, No 1 (2014): PANGAN Vol. 23 No. 1 (2014): PANGAN Vol. 22 No. 4 (2013): PANGAN Vol 22, No 4 (2013): PANGAN Vol. 22 No. 3 (2013): PANGAN Vol 22, No 3 (2013): PANGAN Vol 22, No 2 (2013): PANGAN Vol 22, No 2 (2013): PANGAN Vol. 22 No. 2 (2013): PANGAN Vol. 22 No. 1 (2013): PANGAN Vol 22, No 1 (2013): PANGAN Vol 21, No 4 (2012): PANGAN Vol 21, No 4 (2012): PANGAN Vol. 21 No. 4 (2012): PANGAN Vol 21, No 3 (2012): PANGAN Vol. 21 No. 3 (2012): PANGAN Vol. 21 No. 2 (2012): PANGAN Vol 21, No 2 (2012): PANGAN Vol. 21 No. 1 (2012): PANGAN Vol 21, No 1 (2012): PANGAN Vol 20, No 4 (2011): PANGAN Vol. 20 No. 4 (2011): PANGAN Vol. 20 No. 3 (2011): PANGAN Vol 20, No 3 (2011): PANGAN Vol. 20 No. 2 (2011): PANGAN Vol 20, No 2 (2011): PANGAN Vol. 20 No. 1 (2011): PANGAN Vol 20, No 1 (2011): PANGAN Vol. 19 No. 4 (2010): PANGAN Vol 19, No 4 (2010): PANGAN Vol. 19 No. 3 (2010): PANGAN Vol 19, No 3 (2010): PANGAN Vol 19, No 2 (2010): PANGAN Vol. 19 No. 2 (2010): PANGAN Vol 19, No 1 (2010): PANGAN Vol. 19 No. 1 (2010): PANGAN Vol. 18 No. 4 (2009): PANGAN Vol 18, No 4 (2009): PANGAN Vol 18, No 3 (2009): PANGAN Vol. 18 No. 3 (2009): PANGAN Vol 18, No 2 (2009): PANGAN Vol. 18 No. 2 (2009): PANGAN Vol 18, No 1 (2009): PANGAN Vol. 18 No. 1 (2009): PANGAN Vol 17, No 3 (2008): PANGAN Vol. 17 No. 3 (2008): PANGAN Vol. 17 No. 2 (2008): PANGAN Vol 17, No 2 (2008): PANGAN Vol 17, No 2 (2008): PANGAN Vol 17, No 1 (2008): PANGAN Vol. 17 No. 1 (2008): PANGAN Vol. 16 No. 1 (2007): PANGAN Vol 16, No 1 (2007): PANGAN Vol. 15 No. 2 (2006): PANGAN Vol 15, No 2 (2006): PANGAN Vol 15, No 1 (2006): PANGAN Vol. 15 No. 1 (2006): PANGAN More Issue