cover
Contact Name
Muhamad Sidiq Wicaksono
Contact Email
m.sidiq.wicaksono@ugm.ac.id
Phone
+62274-589750
Journal Mail Official
jpt.sv@ugm.ac.id
Editorial Address
Program Studi Bisnis Perjalanan Wisata, Departemen Bahasa, Seni, dan Manajemen Budaya, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Pariwisata Terapan
ISSN : 25801031     EISSN : 2580104X     DOI : https://doi.org/10.22146
Core Subject : Economy, Education,
Jurnal Pariwisata Terapan (JPT) is a biannual, peer-reviewed, open access academic journal dedicated to studies in applied tourism science in Indonesia. JPT invites authors in the field of applied tourism to submit manuscripts written in English or Bahasa Indonesia. The objective of JPT is delivering comprehensive knowledge on applied tourism science in Indonesia. JPT invites manuscript in three main topics, but not limited to an application of tourism science in hospitality industry, tourism businesses, and destination development in Indonesia. We encourage different perspectives on tourism science application to broader views in the field of tourism and contribute to tourism science development in Indonesia.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 2 (2020)" : 6 Documents clear
The Development of Krebet Tourism Village in The Industry 4.0 Era Desy Nur Aini Fajri
Jurnal Pariwisata Terapan Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jpt.55686

Abstract

The purpose of this study is to explore further how the tourism system of the Krebet Tourism Village in the Industrial Era 4.0. In developing a sustainable tourism village, there must be a tourism system developed to take advantage of opportunities in the Industry 4.0 Era. This study uses a descriptive qualitative research model and in-depth interviews conducted with villager and the local government. The Bantul Regency Government is developing the Krebet Tourism Village so that it can help encourage the growth of the tourism industry in the Province of DIY. Each tourism destination will be influenced by the tourism system which consists of main components that are interrelated in a close and influential relationship. The Gunn Model in the Tourism System - supply and demand can analyze in detail how the tourism system develops the Krebet Tourism Village. The results is to satisfy market demand (Krebet Tourism Village) must be able to provide services and a variety of development (supply) which includes Attractions, Promotions, Information, Services, and Transportation. Besides, the success of the tourism system in the Krebet Village is also influenced by external factors including (1) natural resources; (2) cultural resources; (3) organization/ leadership; (4) financial; (5) labor; (6) entrepreneurship; (7) community; (8) competition; (9) government policies. That is why the Tourism Village must take advantage of opportunities in the industrial era 4.0 by building a good tourism system.
Profil dan Persepsi Peminat Wisata Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia di Kota Bogor Sugiarti Rachim; Hendra Gunawan
Jurnal Pariwisata Terapan Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jpt.57928

Abstract

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia merevitalisasi Museum Etnobotani Indonesia menjadi Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia (Munasain) dengan tujuan meningkatkan profesionalisme dalam diseminasi. Munasain merupakan salah satu obyek wisata di Kota Bogor, namun relatif belum banyak dikunjungi wisatawan dibandingkan Museum Zoologi dan Museum Tanah dan Pertanian.  Penelitian ini bertujuan mengetahui profil dan persepsi peminat Munasain untuk mencari penyebab rendahnya kunjungan dan memberikan solusinya.  Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif menggunakan instrumen kuesioner yang disebarkan kepada 400 responden.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa peminat Munasain terbesar adalah kelompok umur 21-30 tahun (38,0%). Sebagian besar responden memperoleh informasi tentang Munasain dari media sosial (67,5%).   Tema Munasain yang diminati adalah 38,6% tentang etnobotani, 32,3% koleksi sejarah dan budaya, 27,3% sejarah alam.  Bagi responden Munasain dianggap istimewa dibanding museum lain karena  merupakan sumber pengetahuan yang lengkap (31,2%), displaynya  menarik (29,0%), dan memiliki unggulan koleksi etnobotani (18,3%).  Tema yang diminati responden adalah sejarah alam dan budaya Indonesia (59,3%), etnobotani 38,7% dan tema lain 2,0%.  Untuk pengembangan ke depan, 43,8% responden menyatakan perlunya sosialisasi dan promosi, 31,5% mengharapkan peningkatan manfaat bagi masyarakat, 16,0% menginginkan display lebih menarik dan 8,6% menyatakan perlunya penambahan koleksi.
Identifikasi Peran dan Koordinasi Pemangku Kepentingan Terhadap Pengembangan Sarana dan Prasarana di Atraksi Wisata Menara Siger, Kabupaten Lampung Selatan Mohamad Yusuf; Krisna Sella
Jurnal Pariwisata Terapan Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jpt.60439

Abstract

Menara Siger merupakan atraksi wisata sekaligus ikon pariwisata Provinsi Lampung. Menara ini terletak di Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan dan dikelola oleh pemangku kepentingan yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memaparkan bagaimana peran masing-masing pemangku kepentingan dalam pengembangan sarana dan prasarana di Menara Siger, serta upaya memaksimalkan koordinasi diantara pemangku kepentingan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan induktif. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan studi pustaka. Pemangku kepentingan terhadap pengembangan sarana dan prasarana di Menara Siger yang berhasil diidentifikasi meliputi pemerintah, pengunjung, lembaga nonpemerintah, industri/pelaku usaha pariwisata, akademisi, media dan masyarakat lokal. Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat model koordinasi yang dilakukan diantara para pemangku kepentingan terhadap pengembangan sarana dan prasarana di Menara Siger. Dalam berkoordinasi, ditemukan pemangku-pemangku kepentingan yang berperan paling dominan yaitu pemerintah, lembaga nonpemerintah/lembaga swadaya masyarakat dan industri/pelaku usaha pariwisata. Ketiga pemangku kepentingan tersebut berperan dominan terhadap pengembangan sarana dan prasarana di Menara Siger disebabkan oleh kewenangan, pengaruh dan kepentingannya yang tinggi. Dalam menjalankan perannya, masing-masing pemangku kepentingan mempunyai kendala tersendiri. Namun demikian, kendala yang dialami saling berkaitan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa permasalahan yang umumnya terjadi adalah koordinasi tahap awal yang tidak berjalan dengan efektif, kurangnya komunikasi diantara para pemangku kepentingan, belum maksimalnya peran dari masing-masing pemangku kepentingan, serta proses pengambilan keputusan yang dinilai kurang tepat karena kurangnya keterlibatan seluruh pemangku kepentingan.  Selain itu, terjadinya tumpang tindih peran dan fungsi pemangku kepentingan akibat intervensi pemerintah yang berperan sebagai pemangku kepentingan paling dominan.
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Pemangku Kepentingan pada Pengembangan Kawasan Wisata Kedung Ombo Nafiah Ariyani
Jurnal Pariwisata Terapan Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jpt.60678

Abstract

Partisipasi pemangku kepentingan dalam pengembangan pariwisata merupakan faktor yang sangat penting sejalan dengan sifat multiaktor pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penentu minat berpartisipasi dan tipologi pemangku kepentingan dalam pengembangan kawasan wisata Kedung Ombo secara terintegrasi. Menggunakan paradigma mix-method, penelitian ini menjelaskan situasi saat ini sekaligus menjangkau pemikiran ke depan terkait kasus yang bersifat ex ante. Pengumpulan data menggunakan metode diskusi kelompok fokus dan kuesioner. Analisa data menggunakan metode Qualitative Comparative Analysis (QCA) dibantu perangkat lunak Tosmana versi 1.52. Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat jalur yang membentuk partisipasi pemangku kepentingan, yaitu: 1 Pola pikir pemangku kepentingan yang benar terhadap pariwisata. 2.  Kapasitas pemangku kepentingan dalam penyediaan anggaran, sumber daya manusia, dukungan teknis dan pengembangan atraksi wisata. 3. Hubungan yang baik antar pemangku kepentingan. 4. Keyakinan terhadap kemampuan kawasan wisata Kedung Ombo dapat memfasilitasi kepentingan bersama. Tipologi pemangku kepentingan berdasarkan minat berpartisipasi terbagi dalam dua kelompok, yaitu berpartisipasi  atau tidak berpartisipasi dan tidak ada pemangku kepentingan kontradiktif. Sebagian besar pemangku kepentingan berminat untuk berpartisipasi. Perhutani Telawah, Perhutani Gundih, Bappeda Sragen, Dinas Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata Sragen, Bappeda Grobogan dan Perguruan Tinggi Pariwisata adalah pemangku kepentingan yang mempunyai kondisi untuk berminat berpartisipasi paling tinggi. Untuk mendorong minat partisipasi para pemangku kepentingan yang Temuan ini bermanfaat sebagai dasar dalam mengembangkan kebijakan pengembangan kawasan wisata Kedung Ombo secara partisipatif dan berkelanjutan.  
Shifting Society in Response to the Tourism Industry: A Case Study of New Challenges in Lombok Utara Hasan Basri; Mohamad Tamrin; Dani Alfatwari
Jurnal Pariwisata Terapan Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jpt.63315

Abstract

This paper examines shifts in society in response to tourism development in Lombok Utara. This research scientifically demonstrates the emergence of new problems due to the economic and ecological impact of tourism and the breakdown of tradition. Fishbone analysis was used to map a variety of issues from trusted sources through direct observation and in-depth interviews. Findings show that a gap exists between expected and actual economic advantages as farmers and fishermen transition to tourism. The skill deficit and competitiveness brought about only a minor effect on the prosperity of host communities, even if a large economic incentive was generated by the government from taxes. The ecological damage resulting from human activity (abrasion, rubbish, energy consumption, coral reef destruction) will be detrimental for future generations. Traditions of the host communities are also threatened.
The Potential of Halal Food as A Driver of the Economic Development in Regional Community Hisam Ahyani; Muntaha Mahfud; Rohmat Waluyo; Widadatul Ulya; Muharir Muharir
Jurnal Pariwisata Terapan Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jpt.63771

Abstract

This study aims to describe local specialties that have the potential to become halal food in order to boost the economy of local communities in three areas including Lakbok sub-district, Kedungreja sub-district, and Wangon sub-district. In the halal food sector or halal food in Indonesia, especially in the Era of the Industrial Revolution 4.0, as it is now, it has become a necessity. This is because 1) Indonesia is one of the largest Muslim population in the world. 2) traditional regional specialties also need to be developed in order to boost the economy of the local community. 3) Support from the government in an effort to make Indonesia the world's halal center. 4) If the potential of the halal industry is not developed, it will become a threat to the Indonesian economy. This research method uses field studies with data obtained from observations and interviews and documentation. The results showed that halal food in the three sub-districts was able to boost the economy of the people in the area, as evidenced by the sufficient daily needs needed by the people in the three sub-districts. Various foods that can be used as halal food in these three sub-districts are varied, including cassava based chips, Tape, Cimplung or Kulub and Ciu, from soybean ingredients including Sule and Tempe Mendoan, from legen ingredients (coconut juice) can be made into Javanese sugar / brown sugar and can also be used as a mixture for making apem / cake foods. However, from the potential of halal food, some are already labeled halal and some are not labeled halal. This is what makes halal food in these three sub-districts less attractive to consumers. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makanan khas lokal daerah yang berpotensi menjadi makanan halal (halal food) guna mendongkrak perekonomian masyarakat daerah yang berada di tiga wilayah meliputi kecamatan Lakbok, kecamatan Kedungreja, dan kecamatan Wangon. Dalam sektor makanan halal atau halal food di Indonesia khususnya di Era Revolusi Industri 4.0 seperti sekarang ini telah menjadi sebuah keniscayaan. Hal ini dikarenakan 1) Indonesia masuk pada penduduk muslim terbesar di Dunia. 2) makan tradisional khas daerah juga perlu dikembangkan dalam rangka mendongkrak perekonomian masyarakat setempat. 3) Dukungan dari pemerintah dalam usaha menjadikan Indonesia sebagai pusat halal dunia. 4) Jika potensi industri halal ini tidak dikembangkan maka justru menjadi ancaman bagi perekonomian Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan studi lapangan dengan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara serta dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa halal food di tiga kecamatan tersebut mampu mendogkrak perekonomian masyarakat di wilayah tersebut, dibuktikan dengan cukupnya kebutuhan sehari-hari yang diperlukan oleh masyarakat di tiga kecamatan tersebut. Aneka makanan yang dapat dijadikan sebagai halal food di tiga kecamatan ini beragam, diantaranya dari berbahan singkong adalah Kripik, Tape, Cimplung atau Kulub dan Ciu, dari bahan kedelai meliputi Sule dan Tempe Mendoan, dari bahan legen (air nira kelapa) dapat dijadikan buat menjadi gula jawa / gula merah dan dapat juga dijadikan sebagai campuran pembuatan makanan apem/kue. Namun dari potensi halal food tersebut ada yang sudah berlabel halal dan juga ada yang belum berlabel halal. Inilah yang menjadikan halal food ditiga kecamatan tersebut kurang diminati oleh konsumennya.

Page 1 of 1 | Total Record : 6