cover
Contact Name
Ahmad Ihwanul Muttaqin
Contact Email
ihwanmuttaqin@gmail.com
Phone
+6285258606162
Journal Mail Official
tarbiyatunaiais@gmail.com
Editorial Address
Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang Jl. Pondok Pesantren Kiai Syarifuddin Kedungjajang
Location
Kab. lumajang,
Jawa timur
INDONESIA
TARBIYATUNA
ISSN : 20856539     EISSN : 24424579     DOI : DOI: 10.36835/tarbiyatuna
Core Subject : Education,
Tarbiyatuna adalah jurnal ilmiah yang memuat artikel-artikel tentang pendidikan Islam, pendidikan Agama Islam dan bahkan manajemen Pendidikan Islam. Dimaksudkan sebagai wahana pemikiran kritis dan terbuka bagi semua kalangan baik akademisi, agamawan, intelektual, mahasiswa dengan spesifikasi kajian dan penelitian di bidang Pendidikan Islam.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 10 No 2 (2017): AGUSTUS" : 6 Documents clear
Dinamika Kekerasan Antara Guru dan Siswa Imron Fauzi
Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam Vol 10 No 2 (2017): AGUSTUS
Publisher : Lembaga Penelitian, Penerbitan dan Pengabdian Masyarakat Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Guru dan siswa bagaikan dua sisi mata uang yang keduanya tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan. Interaksi antara keduanya kadang berjalan harmonis, namun tidak jarang bersifat kontradiktif. Pihak guru yang melakukan tindak kekerasan terhadap siswa dengan dalih untuk menegakkan kedisiplinan bagi siswa yang berpayung pada Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 dan Permendikbud No. 10 Tahun 2017. Pihak siswa pun juga melakukan perlawanan bahkan kekerasan terhadap guru dengan andalan payung UU No. 23 Tahun 2002 jo UU No. 35 Tahun 2014. Artikel ini mengungkap bagaimana bentuk kekerasan yang dilakukan baik oleh guru maupun siswa. Serta mencoba mencari ‘benang merah’ untuk menengahi kontroversi tersebut. Kajian ini menggunakan metode kualitatif berupa studi descriptive dan explorative, dengan mengungkap fenomena-fenomena berdasarkan data yang beredar di media cetak dan elektronik. Hasil kajian ini mengungkap bahwa meskipun secara normatif perlindungan guru dan perlindungan anak sudah memiliki payung hukum yang jelas, tetapi belum dapat diimplementasikan secara optimal. Bentuk kekerasan yang terjadi di sekolah pada umumnya yaitu kekerasan fisik dan kekerasan psikis. Kekerasan terhadap siswa maupun terhadap guru kerap dipicu oleh adanya sikap egosentris masing-masing pihak. Oleh karena itu, seharusnya guru dan orangtua harus bersinergi dalam membina anak didik serta mengedepankan cara damai dan kekeluargaan untuk mengatasi setiap masalah yang terjadi. Jika tidak, kasus kekerasan akan terus menumbuhkan kebencian, dendam, ketidakpercayaan, dan kecurigaan orangtua dan masyarakat terhadap pihak sekolah.
Analisis Isu dan Kebijakan Pendidikan Islam di Sekolah Pasca Orde Lama Hasanudin Hasanudin
Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam Vol 10 No 2 (2017): AGUSTUS
Publisher : Lembaga Penelitian, Penerbitan dan Pengabdian Masyarakat Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini ingin melihat secara historis tentang diskusrus kebijakan pendidikan Islam di sekolah di masa orde lama. Kajian ini menjadi penting, karena akan menggambarkan kondisi dan kontestasi kebijakan pendidikan Islam di sekolah saat itu. Seperti diketahui, isu pendidikan Islam menjadi hal yang sensitive saat itu karena negarapun saat itu masih dalam proses pemulihan dan mencari bentuk idealnya. Apalagi berbagai pihak menilai Kementerian Agama sebagai pemegang kendali pendidikan Islam menjadi sangat dominan perannya. Bahkan B. J Boland saat itu menggambarkan Kementerian Agama sebagai unique phenomenon in our world. Hasilnya, setelah dikeluarkan peraturan bersama tahun 1946, pada tahun 1951 peraturan bersama dikeluarkan lagi. Isinya mengatur tentang pendidikan agama di sekolah, yakni tentang jam pelajarana agama. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan agama di sekolah sudah mengalami dinamika dan dialektika progresif, sekalipun bukan merupakan mata pelajaran wajib.
Revitalisasi Karakter Bangsa Melalui Lembaga Pendidikan Islam di Tengah Masyarakat Berkarakter Eriyanto Eriyanto
Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam Vol 10 No 2 (2017): AGUSTUS
Publisher : Lembaga Penelitian, Penerbitan dan Pengabdian Masyarakat Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bangsa Indonsia adalah bangsa yang memiliki bermacam ras budaya bervariasi dan bermacam-macam. Keanekaragaman ini yang menjadikannya sebagai bangsa yang memiliki karakter sendiri berbdeda dengan bangsa lain. Karakter tersebut seharusnya mampu dipertahankan melalui lembaga-lembaga pendidikan guna melahirkan generasi bangsa yang mengenal serta melestarikan karakter bangsa yang sudah ada sejak nenek moyang. Kenyataanya masyarakat dewasa ini mengalami kemunduran sehingga menelan pil pahit yang bisa merusak kehidupan masyarakat itu sendiri. Untuk itu keberadaan lembaga pendidikan adalah salah satu solusi untuk mengembangkan karakter bangsa yang hilang dewasa ini. Lembaga pendidikan diharapkan mampu mendistribusikan virus positif atau pil mujarab dari beberapa penyakit masyarakat baik diakibatkan arus modern dan juga era global.
Pengembangan Kurikulum Pesantren Pelajar Wafi Ali Hajjaj
Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam Vol 10 No 2 (2017): AGUSTUS
Publisher : Lembaga Penelitian, Penerbitan dan Pengabdian Masyarakat Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One of the efforts that must be taken to anticipate the global changes and the demands of the progress of science and technology, and to increase and equalize the quality of the graduates is through curriculum development efforts. In the world of education, the curriculum becomes one of the decisive factors for the success of graduates in entering the workforce. The curriculum is the core / heart of eeducation, the curriculum is the core or the heart of education. It is said that because the curriculum me elaboration of idealism, ideals, community demands, or certain needs. The direction of education, educational alternatives, educational functions and educational outcomes are highly dependent and dependent on the curriculum. Pesantren education which is presented with boarding school system or dormitory is the right step as preventive action for students to influence environment that is not appropriate because of moral of nation which is getting far from humanity and religion teachings, students have experienced mental crisis and morals, they are stuck at drugs, promiscuity, fights between students, brave of parents.
Telaah Pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwy Al-Haddad Tentang Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Risalatul Mu’awanah Muhammad Abdul Halim Sidiq
Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam Vol 10 No 2 (2017): AGUSTUS
Publisher : Lembaga Penelitian, Penerbitan dan Pengabdian Masyarakat Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sayyid Abdullah bin Alwy al-Haddad adalah salah satu dari beberapa tokoh yang masyhur dikalangan tasawuf. Susunan kitab maupun wirid yang telah beliau tulis banyak dikenal dikalangan pesantren, baik pesantren modern maupun salaf. Oleh karena itu peneliti ingin mengkaji lebih mendalam tentang pendidikan akhlaq yang dikemukakan oleh beliau. Tentunya peneliti menggunakan kitab-kitab yang telah beliau susun, guna sebagai referensi/rujukan utama dalam penulisan artikel ini. Adapun penelitian dalam artikel ini mencakup bagaimana Pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwy al-Haddad tentang nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Risalatul Mu’awanah? Bagaimana relevansi pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwy al-Haddad tentang nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Risalatul Mu’awanah terhadap kehidupan sekarang? Hasil Penelitian ini mengidentifikasikan tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang dikemukakan oleh al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Haddad sangat relevan dengan pendidikan sekarang, dan sangat dibutuhkan untuk merubah para santri yang saat ini masih berakhlak madhmumah (jelek), menjadi pribadi yang berakhlakul karimah (baik). Model pendidikan akhlak yang dikemukakan oleh Sayyid Abdullah bin Alwy al-Haddad bisa dibilang sangat praktis dan tetap berpegang teguh dengan al-Qur’an dan al- Hadist. Di setiap pembahasannya terdapat uraian-uraian tentang kewajiban, kesunahan dan anjuran yang harus dilakukan oleh seseorang yang cinta bersikap menuju jalan akhirat, yang dari setiap uraiannya disertakan dasar-dasar (dalil-dalilnya). Dengan demikian, bagi siapa saja yang mempelajarinya pasti akan menjadi lebih yakin, mantap dan termotivasi untuk melaksanakannya.
Telaah Korelasi Sains dan Agama dalam Paradigma Islam Ahmad Munir Saifulloh
Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam Vol 10 No 2 (2017): AGUSTUS
Publisher : Lembaga Penelitian, Penerbitan dan Pengabdian Masyarakat Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wacana sains dan agama sudah cukup lama bergulir . Pertemuan sains dan agama terwujud dalam situasi persahabatan kurang lebih pada abad ke-17. Memasuki abad ke-20 hubungan sains dan agama mengambil beragam bentuk. Temuan-temuan baru sains nyata-nyata menantang doktrin dan gagasan-gagasan keagamaan klasik. Sehingga, responsnya pun beraneka rupa. Misalnya, beberapa kalangan mempertahankan doktrin-doktrin tradisional, beberapa yang lain meninggalkan tradisi, dan beberapa lagi yang merumuskan kembali konsep keagamaan secara ilmiah. Ian G. Barbour mengusulkan empat hubungan yaitu konflik [conflict], perpisahan [independence], dialog - perbincangan [dialogue], dan integrasi-perpaduan [integration]. Sedangkan John F. Haught membagi pendekatan sains dan agama, menjadi pendekatan konflik, pendekatan kontras, pendekatan kontak, dan pendekatan konfirmasi. Agama dan sains, merupakan dua bagian penting dalam kehidupan sejarah umat manusia. Bahkan pertentangan antara agama dan sains tak perlu terjadi jika kita mau belajar mempertemukan ide-ide spiritualitas [agama] dengan sains. Para sarjana Muslim, menekankan bahwa sains dan agama memiliki dasar metafisik yang sama, dan tujuan pengetahuan yang diwahyukan maupun pengetahuan yang di upayakan adalah mengungkapkan ayat-ayat Tuhan dan sifat-sifat-Nya kepada umat manusia. kegiatan ilmiah sebagai bagian dari kewajiban agama, dengan catatan bahwa ia memiliki metodologi dan bahasanya sendiri. Motivasi di balik upaya pencarian ilmu-ilmu kealaman dan ilmu-ilmu matematis adalah upaya untuk mengetahui ayat-ayat Tuhan di alam semesta.

Page 1 of 1 | Total Record : 6