cover
Contact Name
Fransisca Iriani Rosmaladewi
Contact Email
fransiscar@fpsi.untar.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jmishs@untar.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
ISSN : 25796348     EISSN : 25796356     DOI : -
Core Subject : Art, Social,
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni (P-ISSN 2579-6348 dan E-ISSN 2579-6356) merupakan jurnal yang menjadi wadah bagi penerbitan artikel-artikel ilmiah hasil penelitian dalam bidang Ilmu Sosial (seperti Ilmu Psikologi dan Ilmu Komunikasi), Humaniora (seperti Ilmu Hukum, Ilmu Budaya, Ilmu Bahasa), dan Seni (seperti Seni Rupa dan Design). Jurnal ilmiah ini diterbitkan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara. Dalam satu tahun, jurnal ini terbit dalam dua nomor, yaitu pada bulan April dan Oktober.
Arjuna Subject : -
Articles 34 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni" : 34 Documents clear
PERAN EMPATI DAN SELF-EFFICACY GURU TK TERHADAP GAYA PENGATURAN KELAS DALAM KONTEKS UNJUSTIFIED AGGRESSION Carolyne Sutradjaja; Riana Sahrani; Fransisca Iriani Roesmala Dewi
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i1.5677

Abstract

Penelitian sebelumnya mengaitkan empati dan self-efficacy dengan kemungkinan guru TK merespon situasi bullying. Akan tetapi belum ada penelitian yang mengaitkan empati dan self-efficacy dengan actual behaviour guru TK di dalam kelas. Maka penelitian ini dilakukan untuk melihat peran empati dan self-efficacy terhadap gaya pengaturan kelas guru TK dalam konteks unjustified aggression. Hal ini dipertimbangkan karena gaya pengaturan kelas kerap dikaitkan dengan perilaku konkrit yang diterapkan oleh guru di dalam kelas. Partisipan dalam penelitian ini adalah 124 guru TK dan preschool, teknik pengambilan sampel menggunakan non-probability dan snowball sampling. Analisis data dilakukan menggunakan regresi berganda (multiple regression) dan didapatkan bahwa tingkat empati dan self-efficacy guru TK memiliki peran signifikan terhadap gaya pengaturan kelas sebesar 17.5% (F = 14.045, p = 0.00 < 0.05). Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat empati dan self-efficacy guru TK dapat memprediksi bagaimana mereka mengelola kelas, yang terlihat dalam perilaku saat mereka menetapkan kontrol serta membangun interaksi dengan siswa. Analisis lebih lanjut dilakukan untuk melihat peran empati dan self-efficacy terhadap masing-masing dimensi dalam gaya pengaturan kelas, yaitu kontrol dan keterlibatan guru. Dari analisis tersebut ditemukan bahwa konstruk empati memiliki peran signifikan terhadap keterlibatan guru, sedangkan konstruk self-efficacy memiliki peran signifikan terhadap disiplin. Previous research linked empathy and self-efficacy to the possibility of kindergarten teachers responding to bullying situations. However, there are no studies that relate empathy and self-efficacy with the actual kindergarten teacher behaviour in the classroom. Therefore this study was conducted to examine the role of empathy and self-efficacy towards the classroom management style of kindergarten teachers in the context of unjustified aggression. This is considered because the style of classroom management is often associated with concrete behaviour that is applied by the teacher in the classroom. Participants were 124 kindergarten and preschool teachers, the sampling technique was non-probability and snowball sampling. Data analysis was performed using multiple regression (multiple regression) and it was found that the level of empathy and self-efficacy of kindergarten teachers had a significant role in the style of classroom management by 17.5% (F = 14,045, p = 0.00 <0.05). This indicates that the level of empathy and self-efficacy of kindergarten teachers can predict how they manage the classroom, which is seen in behavior when they establish controls and build interactions with students. Further analysis was carried out to see the role of empathy and self-efficacy towards each dimension in the style of classroom management, namely teacher control and involvement. From the analysis it was found that the construct of empathy has a significant role on teacher involvement, while the construct of self-efficacy has a significant role on discipline.
PERAN ORIENTASI KESADARAN SOSIAL TERHADAP KARAKTERISTIK DAN REAKSI UMPAN BALIK Sartika Zumria; P. Tommy Y.S. Suyasa; Bonar Hutapea
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.3574

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran orientasi kesadaran sosial sebagai moderator hubungan antara karakteristik umpan balik dan reaksi umpan balik. Umpan balik bagi karyawan menjadi salah satu hal yang dapat meningkatkan kinerja dan motivasi. Hasil penelitian mengenai umpan balik terdahulu menunjukkan bahwa reaksi karyawan terhadap umpan balik dapat dipengaruhi oleh proses pemberian umpan balik itu sendiri. Selain itu penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi bagaimana individu yang berbeda dapat bereaksi terhadap umpan balik, salah satunya adalah orientasi kesadaran sosial yang dimiliki tiap individu. Karakteristik umpan balik dalam penelitian ini terdiri dari kredibilitas pemberi umpan balik dan penyampaian umpan balik. Penelitian ini melibatkan 92 partisipan yang terdiri dari 23 laki-laki dan 69 perempuan. Partisipan merupakan karyawan yang bekerja di bidang layanan administrasi akademik di beberapa universitas di Jakarta. Sebanyak 60 orang (65%) diantaranya bekerja di universitas swasta, sedangkan 32 orang lainnya (35%) bekerja di universitas negeri. Berdasarkan hasil uji hipotesis didapatkan bahwa kredibilitas pemberi umpan balik dan penyampaian umpan balik terbukti dapat menjadi prediktor dari reaksi umpan balik pada karyawan layanan administrasi akademik. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa orientasi kesadaran sosial tidak dapat menjadi moderator hubungan antara karakteristik umpan balik dan reaksi umpan balik pada karyawan layanan administrasi akademik. This study aims to examine the role of social awareness orientation as a moderator of the relationship between feedback characteristics and feedback reactions. Feedback for employees can improve performance and motivation. The results of previous studies on feedback indicate that employee reactions to feedback can be influenced by the process of feedback itself. In addition, previous studies have shown that there are other factors that can affect how different individuals react to feedback, one of which is the orientation of social awareness that every individual possesses. Feedback characteristics in this study consist of the credibility of the feedback provider and the delivery of feedback. The study involved 92 participants consisting of 23 men and 69 women. Participants are employees who work in the field of academic administrative services in several universities in Jakarta. As many as 60 people (65%) of them work at private universities, while 32 others (35%) work at public universities. Based on the results of the hypothesis test, it is found that the credibility of the feedback provider and the delivery of feedback are proven to be a predictor of feedback reactions in academic administrative service employees. This study also shows that social awareness orientation fails to become a moderator of the relationship between feedback characteristics and feedback reactions in academic administrative service employees.
ANALISIS BUTIR SELF-HARM INVENTORY Damara Agustin; Rizky Qastrunada Fatria; Puti Febrayosi
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.3880

Abstract

Salah satu bentuk perilaku dari seseorang yang mengalami depresi atau mempunyai pikiran untuk bunuh diri adalah self-harm atau menyakiti diri sendiri. Self-harm atau perilaku merusak diri biasanya merupakan perilaku yang biasanya ditandai dengan adanya bekas atau tanda di tangan setelah melakukan melukai diri, mengigit diri sendiri, terbakar, merusak mata, dan kulit yang rusak (Pattison & Kahan, 1983). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui intensitas self-harm pada remaja sampai dewasa awal dengan menggunakan Self-Harm Inventory oleh Sansone & Sansone. Penelitian ini menggunakan Self-harm Inventory yang dikembangkan oleh Sansone & Sansone (1998) dan terdapat 22 item yang berisi pertanyaan berdasarkan pengalaman pernah melukai diri sendiri. Alat ukur ini disebarkan dengan menggunakan kuesioner online dan diperoleh sebanyak 1071 partisipan yang mengikuti penelitian ini. Hasil penelitian ini didapati reliabilitas item sebesar 1.00 di mana hal ini membuktikan bahwa Self-harm Inventory cukup baik untuk digunakan dan setelah melakukan uji validitas terdapat tiga item yaitu 6, 7, dan 11 tidak valid karena tidak memenuhi syarat validitas menurut Sumintono & Widhiarso (2015). Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa Self-harm Inventory sudah bisa dikatakan reliabel dan valid jika menggunakan item yang sudah diterjemahkan. Kelemahan dalam penelitian ini adalah ketiga item yang tidak valid dapat disebabkan oleh kurangnya pemahaman responden mengenai item tersebut. One indicative behavior of someone who is depressed or has thoughts of suicide is self-harm. Self-harm or self-destructive behavior is a behavior that is usually characterized by the presence of marks on the arms after self-injury, biting oneself, burning, damaged eyes, and damaged skin (Pattison & Kahan, 1983). The purpose of this study was to determine the intensity of self-harm in adolescents to early adult using the Self-Harm Inventory by Sansone & Sansone. This study uses Self-harm Inventory developed by Sansone & Sansone (1998) with 22 items that contain questions based on the experience of having hurt yourself. This measuring instrument was distributed using an online questionnaire and as many as 1071 participants participated in this study. The results of this study found an item reliability of 1.00 where this proves that the Self-harm Inventory is good enough to be used and after conducting a validity test, three items, namely item 6, 7, and 11 are invalid because they do not meet the validity requirements according to Sumintono & Widhiarso (2015). This study proves that the Self-harm Inventory is reliable and valid if using translated items. The weakness in this study are the three items that are invalid which can be caused by a lack of respondents' understanding of these items.
EFEKTIVITAS PELATIHAN BUNYI HURUF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL SISWA SEKOLAH DASAR Beatrix Carnatia Sanoe; Sri Tiatri; Soemiarti Patmonodewo
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.6022

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Apakah pelatihan bunyi huruf efektif dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada Siswa kelas 1 Sekolah Dasar. Pelatihan Bunyi Huruf ini mengacu pada teori Phonological Awareness dari Torgessen dan Wagner (1998) Phonological Awarenes adalah sensitivitas atau kesadaran eksplisit seseorang yang meliputi kemampuan mendengar, melihat, memikirkan atau memanipulasi struktur bunyi dari kata-kata dalam bahasanya. Subyek dalam penelitian ini sebanyak 12 siswa kelas 1 SD yang belum lancar membaca. Siswa tersebut dibagi mejadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Alat pengumpulan data yang digunakan sebagai test yang pada pretest dan postest adalah EGRA (Early Grade Reading Assessment). Pelatihan Bunyi Huruf dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan, dan hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan skor kemampuan membaca yang sangat signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberikan pelatihan bunyi huruf. Disimpulkan bahwa pelatihan bunyi huruf terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa sekolah dasar. This study aims to find out whether effective letter sound training can improve initial reading skills in Grade 1 Elementary School students. This Letter Sound Training refers to the Phonological Awareness theory of Torgessen and Wagner (1998) Phonological Awareness is the sensitivity or explicit awareness of a person which includes the ability to hear, see, think or manipulate the sound structure of words in the language. The subjects in this study were 12 grade 1 elementary school students who had not read fluently. The students were divided into 2 groups, namely the control group and the experimental group. The data collection tool used as a test at the pre-test and post-test was EGRA (Early Grade Reading Assessment). Letter Sounding Training was conducted in 8 meetings, and the results of the study showed a very significant increase in the reading ability score in the experimental group after being given letter sound training. It was concluded that letter sound training proved effective in improving the ability of elementary school students
PERAN MEMBACA AWAL TERHADAP PEMAHAMAN BACAAN PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Amalia Novita Retaminingrum; Sri Tiatri; Soemiarti Patmonodewo
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.6017

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji peran kelancaran membaca awal terhadap pemahaman bacaan. Partisipan adalah 150 siswa kelas empat. Partisipan diberi satu set asesmen yang mencakup beberapa komponen kelancaran membaca awal dan pengukuran atas pemahaman bacaan  fiksi dan non fiksi. Kelancaran membaca awal diukur dengan Early Grade Reading Assessment yang mengukur letter name identification, segmentation (phoneme or syllables), non word reading, oral reading fluency, reading comprehension, listening comprehension, vocabulary, dan dictation.  Pemahaman bacaan fiksi dan non fiksi diukur melalui tes yang dikembangkan berdasarkan Curriculum Based Assessment dari Kurikulum 2013 Indonesia. Analisis regresi dilakukan pada penelitian ini, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua komponen kelancaran membaca awal yang berhubungan dengan pemahaman bacaan. The goal of this study was to examine the role of early reading fluency in reading comprehension. Participants were 150 fourth-grade children. They were given an assessment that included multiple components of early reading fluency, and a fiction and non fiction text to measure their reading comprehension. For early reading fluency, this study used Early Grade Reading Assessment which measures of letter name identification, segmentation (phoneme or syllables), non word reading, oral reading fluency, reading comprehension, listening comprehension, vocabulary, and dictation. For fiction and non-fiction reading comprehension, this study use Curriculum Based Assessment from 2013 Indonesian Curriculum. Regression analyses were undertaken, the results showed that there are two component of early reading fluency which related to reading comprehension. 
HUBUNGAN ANTARA HARAPAN DAN STRES ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK DENGAN AUTISME Kurniadi, Grace; Atmodiwirjo, Ediasri Toto; Soetikno, Naomi
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.3860

Abstract

Autisme merupakan gangguan perkembangan yang ditandai dengan gangguan sosial perilaku dan minat yang terbatas. Setiap orang tua yang mempunyai anak, memiliki harapan yang indah dan baik untuk anaknya. Diagnosis autisme akan kondisi anak menyebabkan stres pada orang tua. Stres ini menyebabkan harapan orang tua berubah. Penelitian ini bertujuan untuk mencari korelasi antara harapan dan stres orang tua yang memiliki anak dengan autisme. Karakteristik partisipan ini adalah orang tua yang memiliki anak berusia 3-16 tahun. Anak sudah didiagnosa autisme oleh dokter atau psikolog ataupun psikiater. Partisipan yang mengisi alat ukur penelitian ini sebanyak 69 orang. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur harapan adalah adult dispotitional hope scale (ADHS), sementara alat ukur yang digunakan untuk mengukur stres orang tua adalah parental stress scale (PSS). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif korelasional dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Analisis data menggunakan uji korelasi dengan perangkat lunak SPSS versi ke 23. Uji korelasi yang dilakukan menunjukkan korelasi negatif yang lemah antara harapan dan stres orang tua (r = -.244, n = 69, p = .043). Hal ini menunjukkan jika stres orang tua tinggi, maka harapan itu rendah. Sebaliknya jika harapan tinggi, stres orang tua rendah. Orang tua diharapkan untuk membuat harapan yang realistis serta mengelola stres yang dapat memengaruhi kondisi psikologisnya. Autism is a developmental disorder characterized by impaired social behavior and limited interests. Every parent with children, hopes for the best for their children. If their children are diagnosed with autism, this will cause stress in parents. This stress causes the hope of parents to change. This study aims to find a correlation between hope and stress of parents who have children with autism. The characteristics of the participants are parents who have children aged 3-16 years. The child has been diagnosed with autism by a doctor, or psychologist, or psychiatrist. Participants who filled out the measurement tools of this study were 69 people. The measuring instrument used to measure expectations is the adult dispotitional hope scale (ADHS), while the measuring instrument used to measure parental stress is the parental stress scale (PSS). The research method used is quantitative correlational research method with purposive sampling technique. Data analysis was a correlation test using SPSS software version 23. The correlation test conducted showed a weak negative correlation between expectations and stress of parents (r = -.244, n = 69, p = .043). This shows that if parental stress is high, then hope is low. Conversely, if hope is high, parental stress is low. Parents are expected to have realistic hope and manage stress that can affect their psychological condition.
PERAN REGULASI EMOSI TERHADAP KUALITAS HIDUP DENGAN WORK LIFE BALANCE SEBAGAI MEDIATOR PADA PEREMPUAN PERAN GANDA Siregar, Gardenia Junissa; Rostiana, Rostiana; Satyadi, Heryanti
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.5551

Abstract

Kualitas hidup merupakan aspek yang penting dalam kehidupan, terlebih lagi untuk perempuan yang telah menjadi ibu. Regulasi emosi merupakan strategi yang dilakukan untuk merespon emosi yang terjadi. Secara teoritis regulasi emosi dapat dikatakan berperan untuk menentukan kualitas hidup, namun penelitian menemukan hasil berbeda, dimana hubungan kedua variabel tersebut dinyatakan cukup lemah. Work life balance merupakan keadaan ketika seseorang dapat menyeimbangkan perannya sebagai pekerja dan di dalam keluarga. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat peran regulasi emosi terhadap kualitas hidup dengan work life balance sebagai mediator. Populasi dalam penelitian ini adalah para perempuan peran ganda, yang memiliki aktivitas keseharian, selain menjadi ibu dan istri di dalam keluarga. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 400 orang perempuan peran ganda. Penelitian ini menggunakan tiga alat ukur, yaitu World Health Organizational Quality of Life (WHOQOL-BREF), Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) dan Work Life Balance Scale (WLBS). Pengujian model penelitian dilakukan dengan menggunakan Path Analysis Structural Model menggunakan LISREL 8.80. Hasil pengujian model menunjukan bahwa work life balance dapat berperan sebagai mediator dengan nilai (p-value>0.05) yaitu p-value 1.000 sehingga model dapat dikatakan berada pada kategori good fit. Hasil nilai standardized solution untuk peran regulasi emosi terhadap kualitas hidup yang awalnya sebesar 0.10 juga mengalami peningkatan menjadi 0.1224. Sehingga dapat mengindikasikan bahwa peranan regulasi emosi terhadap kualitas hidup akan lebih besar, ketika para perempuan peran ganda memiliki work life balance. Quality of life is an important aspect of life, especially for women who have become mothers. Emotion regulation is a strategy undertaken to respond to emotions that arise. Theoretically, emotional regulation can be said to play a role in determining the quality of life, however, studies found different results, where the relationship between the two variables was stated to be quite weak. Work-life balance is a condition when a person can balance their role as a worker and in the family. Therefore, this study aims to look at the role of emotion regulation on quality of life with work-life balance as a mediator. The population in this study are dual role women, who have daily activities, besides being mothers and wives in the family. The sampling technique used was purposive sampling with a total sample of 400 dual role women. This research uses three measuring instruments, namely World Health Organizational Quality of Life (WHOQOL-BREF), Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) and Work Life Balance Scale (WLBS). Research model testing was done using the Path Analysis Structural Model using LISREL 8.80. The model testing result shows that work life balance can act as a mediator with (p-value> 0.05), which is p-value 1,000, that the model can be said to be in the good fit category. The results of the standardized solution for the role of emotion regulation on the quality of life which was originally at 0.10 also increased to 0.1224. It indicates that the role of emotion regulation on quality of life will be greater, when dual role women have work-life balance.
THE UNHEALTHY DELIGHTS: ONLINE GAMES – DOES PERSONALITY TRAITS AND NEEDS SATISFACTION PLAYS A ROLE? Liesera, Novita; Tiatri, Sri; Widiastuti, Niken
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.3368

Abstract

Playing too many online games could harm the player both physically and mentally. Online game engagement is a generic indicator of one’s involvement in online game playing (Brockmyer, Fox, Curtiss, McBroom, Burkhart, & Pidruzny, 2009). The previous study found that three out of five traits from the Five Factor Model correlates with psychological needs fulfillment (Teng, 2009). Online games serve as a mean to fulfill these psychological needs (Przybylski, Rigby, & Ryan, 2010). This study attempts to understand the correlation between personality traits and the online game engagement of adolescents in Jakarta with basic psychological needs satisfaction as a mediator. The participants of this study are adolescent gamers age between 15 to 18 years (n = 333). Quantitative methods and questionnaires are used to gather information from participants. Regression result shows that basic psychological needs satisfaction mediates personality traits and online game engagement. Out of five traits, basic psychological needs satisfaction only mediates for conscientiousness (r2 = 0.050, p < 0.01) and neuroticism (r2 = 0.051, p < 0.01).
PERAN KEPEMIMPINAN TRAN SFORMASIONAL TERHADAP KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN MILENIAL DENGAN VARIABEL KOMUNIKASI SEBAGAI MEDIATOR Wailulu, Kintan Nurcahya; Dewi, Fransisca I.R; Idulfilastri, Rita Markus
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.5881

Abstract

Keterikatan kerja merupakan isu yang penting dalam suatu organisasi karena hal tersebut berdampak pada produktivitas individu maupun organisasi saat ini. Keterikatan kerja (work engagement) merupakan hubungan relasi individu ataupun kelompok terhadap suatu pekerjaan. Fenomena dalam dunia kerja saat ini masuknya generasi kerja milenial yang cenderung memiliki keterikatan kerja rendah yakni mudah merasakan adanya tekanan dalam pekerjaan hal tersebut berdampak pada penyelesaian tugas. Dalam penelitian ini, keterikatan kerja ditinjau dari segi gaya kepemimpinan transformasional (transformational leadership) dengan komunikasi sebagai mediator. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling sebanyak 371 partisipan karyawan milenial telah mengikuti survey yang dilakukan. Berdasarkan hasil analisa Structural Equation Model (SEM) dan ditemukan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki peran yang signifikan terhadap keterikatan kerja dan komunikasi terbukti berperan sebagai mediator.  Work engagement is important issue in organization due to it has an impact on the productivity of individuals or organization performance. Work engagement is relationship of individuals or groups to a job. The phenomenon right now is entry of millennial work generation which tends to have a low work engagement, and easy to feel the pressure in the work and it has an impact on task completion. In this study, work engagement is viewed in terms of transformational leadership style with communication as a mediator. This study used a purposive sampling method with 371 millennial employees who already participated. Based on the analysis of the Structural Equation Model (SEM) found that transformational leadership has a significant role in work engagement and communication is proven to act as a mediator.
STUDI KASUS PADA ANAK DENGAN REGULATORY SENSORY PROCESSING DISORDER DI KLINIK TUMBUH KEMBANG X Paramita, Sila; Soetikno, Naomi; Irena, Florencia
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.3873

Abstract

Perkembangan sensori merupakan perkembangan penting bagi individu. Sejak lahir, individu mulai memproses informasi sensori yang diperoleh dari lingkungan. Setiap informasi yang diterima sensori individu akan diintegrasikan dan diolah di otak sehingga menampilkan respons perilaku adaptif. Integrasi sensori dapat membantu individu untuk menguasai kemampuan dasar, seperti bahasa, pengendalian emosi, dan kemampuan berhitung. Masalah dalam integrasi sensori berkaitan dengan masalah dalam pemrosesan informasi sensori yang dikenal sebagai Regulatory Sensory Processing Disorder (RSPD). Ketika individu mengalami masalah dalam pemrosesan informasi sensori, maka individu akan mengalami hambatan baik dalam keberfungsiannya sehari-hari maupun perkembangannya. Masalah sensori dapat dikenali sejak dini melalui karakteristik perilaku yang ditampilkan anak. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku anak dengan Regulatory Sensory Processing Disorder. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah satu orang yang merupakan pasien anak pada Klinik Tumbuh Kembang X. Metode pengambilan data menggunakan observasi, wawancara, dan asesmen psikologi. Ada pun sumber informasi diperoleh langsung melalui partisipan, orangtua, dan terapis. Untuk mengetahui gambaran fungsi sensori pada partisipan, peneliti menggunakan daftar observasi wawancara yang tertera pada ICDL-DMIC (2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan yang terlibat dalam penelitian ini mengalami gangguan pemrosesan sensori dengan tipe sensory-seeking. Partisipan penelitian menampilkan perilaku yang sangat aktif bergerak dan kesulitan memberikan atensi pada tugas yang diberikan. Hal tersebut berdampak pada performa akademis dan interaksi sosial yang dimiliki. Sensory development is an important development for individuals. From birth, individuals begin to process sensory information obtained from the environment. Every information received by an individual sensory receptor will be integrated and processed in the brain so that it displays an adaptive behavioral response. Sensory integration can help individuals to master basic abilities, such as language, emotional control, and numeracy skills. Problems in sensory integration are related to problems in processing sensory information known as Regulatory Sensory Processing Disorder (RSPD). When individuals experience problems in processing sensory information, individuals will experience obstacles both in their daily functioning and development. Sensory problems can be recognized early on through the behavioral characteristics displayed by children. Therefore, this study aims to describe the behaviour of children with Regulatory Sensory Processing Disorder. This research is a qualitative research with case study method. The sole participant in this study is a pediatric patient in the Growth and Development Clinic X. Data collection used observation, interviews, and psychological assessment. Information was also obtained directly through participants, parents, and therapists. To find out the description of sensory functions in participants, researchers used the interview observation list listed in ICDL-DMIC (2005). The results showed that the participants involved in this study experienced sensory-seeking type sensory processing disorders. Participant displayed very active behavior and difficulty in attending to the tasks assigned. This has an impact on academic performance and social interactions.

Page 1 of 4 | Total Record : 34