cover
Contact Name
Studi Budaya Nusantara
Contact Email
jsbn@ub.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jsbn@ub.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Studi Budaya Nusantara
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : -     EISSN : 26211068     DOI : -
Jurnal Studi Budaya Nusantara (SBN) adalah media komunikasi ilmiah yang diterbitkan oleh Jurusan Seni dan Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya Malang. Jurnal ini dimaksudkan untuk mewadahi hasil penelitian dan kajian ilmiah di bidang seni dan budaya Nusantara sebagai bentuk sumbangan masyarakat ilmiah bagi pengembangan wawasan seni dan budaya dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas. Terbit 2 kali setahun (Juni dan Desember).
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 2 (2022)" : 6 Documents clear
MAKNA FILOSOFIS SUNTIANG SEBAGAI HIASAN KEPALA TRADISIONAL WANITA MINANGKABAU Nurul Izzati Husni; Yulfira Riza
Studi Budaya Nusantara Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia adalah Negara yang kaya. Tak hanya memiliki kekayaan alam yang berlimpah akan tetapi kekayaan dari keberagaman suku, budaya, bangsa, dan bahasa ikut menambah kekayaan Indonesia. Perbedaan ini menciptakan keberagaman yang unik. Oleh karena itu, setiap bangsa memiliki adat dan budayanya sendiri. Dalam pelaksanaan serta pemakaiannya mengikuti tradisi yang berlaku di masyarakat tempat hidupnya. Pakaian tradisional yang digunakan oleh setiap daerah memiliki kekhasan, salah satunya ditunjukkan dengan perhiasan tradisional  yang membawa makna dan nilai tersendiri.  Adapun dalam masyarakat Minangkabau, seorang wanita apabila menggelar pesta perkawinan (baralek) diberi sebutan anak daro. Dalam pesta perkawinan seorang anak daro menggunakan menggunakan pakaian adat dengan suntiang sebagai perhiasan tradisional. Suntiang menyimpan banyak nilai filosofis di dalamnya serta melambangkan kebesaran anak daro. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan makna dan nilai filosofis suntiang bagi seorang wanita yang akan menikah di Minangkabau.  Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dan dalam teknik pengumpulan data  menggunakan metode studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini diketahui makna dan nilai filosofis yang terkandung dari suntiang Minangkabau.
GANENAN, PAWON, DAN DIENG CULTURE FESTIVAL: MEDIA INTERAKSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PARIWISATA DIENG Dede Nursaid; Rahmat Aminullah Muhadli; Siti Zurinani
Studi Budaya Nusantara Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractDieng Kulon adalah desa wisata dengan potensi alam yang menarik wisatawan. Selain potensi wisata yang dimiliki, masyarakat Dieng memiliki tradisi dan budaya yang kemudian dikenal luas oleh masyarakat; ruwatan, ganenan, dan pawon. Ruwatan adalah prosesi pencukuran rambut gimbal Dieng. Anak-anak di Dieng yang memiliki rambut gimbal adalah anak pilihan dan titisan dari Kyai Kolodete (nenek moyang Dieng). Ruwatan ini yang kemudian dikelola oleh Pokdarwis Dieng Pandawa menjadi sebuah festival budaya tahunan yang bernama Dieng Culture Festival. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dieng Culture Festival memberikan manfaat kepada masyarakat karena industri pariwisata di Dieng Kulon mulai dikelola dengan baik. Pengelolaan tersebut menggunakan metode community based tourism yang dibawa oleh Pokdarwis Dieng Pandawa dan diimplementasikan dalam pengembangan pariwisata Dieng. Metode CBT dianggap berhasil diimplementasikan, walaupun tidak sepenuhnya karena beberapa masyarakat masih enggan berpartisipasi dalam pariwisata Dieng. Stakeholder yang terdiri dari beberapa aktor ikut berkolaborasi dan berpartisipasi. Dalam CBT terdapat dimensi yang perlu dihasilkan yaitu dimensi ekonomi, dimensi sosial, dimensi politik, dimensi budaya, dan dimensi lingkungan. Kelima dimensi tersebut dapat dilihat melalui proses dan cara Pokdarwis Dieng Pandawa menerapkan CBT dalam pariwisata Dieng. Ganenan dan pawon adalah tradisi masyarakat untuk menghangatkan tubuh dan cara masyarakat mempererat interaksi. Dari sini lahir bagaimana budaya dan tradisi di masyarakat dikelola oleh Pokdarwis Dieng Pandawa dengan konsep CBT sehingga partisipasi masyarakat adalah poin utama. Partisipasi masyarakat adalah ujung tombak dari pengembangan pariwisata dengan konsep CBT. people have traditions and culture: ruwatan, ganenan, and pawon. Ruwatan is a Dieng “rambut gimbal” shaving procession. Children in Dieng who have dreadlocks are the chosen children and the incarnation of Kyai Kolodete (Dieng's ancestor). This Ruwatan, which was later managed by the Pokdarwis Dieng Pandawa, became an annual cultural festival called the Dieng Culture Festival. The results of this study are that the Dieng Culture Festival provides benefits to the local community because the tourism industry in Dieng Kulon is starting to be managed properly. The management uses the community based tourism method brought by Pokdarwis Dieng Pandawa and is implemented in the development of Dieng tourism. The CBT method is considered to have been successfully implemented, although not completely because some people are still refused to participate in Dieng tourism. Stakeholders consisting of several actors collaborate and participate. In CBT there are dimensions that need to be produced, namely the economic dimension, social dimension, political dimension, cultural dimension, and environmental dimension. These five dimensions can be seen through the process and method of the Dieng Pandawa Pokdarwis implementing CBT in Dieng tourism. Ganenan and pawon are a local community tradition to warm the body and a way for the community to strengthen interaction. From this, how the culture and traditions in the community are managed by the Pokdarwis Dieng Pandawa with the concept of CBT so that community participation is the main point. Community participation is the main gate of tourism development with the CBT concept.
MINAT GENERASI MUDA KEPADA PELESTARIAN GAMELAN JAWA DI KOMUNITAS GAMELAN MUDA SAMURTI ANDARU LARAS Salma Ananda
Studi Budaya Nusantara Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor pendorong minat generasi muda kepada pelestarian gamelan jawa di Komunitas Gamelan Muda Samurti Andaru Laras dan upaya pelestarian Gamelan Jawa di Komunitas Gamelan Muda Samurti Andaru Laras. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi, studi pustaka dan observasi. Metode dalam analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Sumber data penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor pendorong generasi muda kepada pelestarian gamelan Jawa di Komunitas Gamelan Muda Samurti Andaru Laras didorong oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu, keinginan dari dalam diri sendiri. Faktor eksternal yaitu berasal dari keluarga. Upaya pelestarian gamelan Jawa yang dilakukan Komunitas Gamelan Muda Samurti Andaru Laras yaitu dengan cara pengembangan dan pemanfaatan. Upaya pengembangan dilakukan dengan cara membuat inovasi pada pementasan melalaui kolaborasi alat musik modern, melakukan garapan musik dengan instrumen modern, dan berkolaborasi dengan grup musik modern. Upaya pemanfaatan dilakukan dengan membuka workshop dan kelas pemula bagi masyarakat umum yang ingin bermain gamelan Jawa dan melakukan pementasan-pementasan gamelan Jawa pada setiap event, pengiring pernikahan maupun perlombaan.
DISKURSUS ALAM SEMESTA ORANG LAMAHOLOT DALAM TERANG FILSAFAT ALAM GEORG WILHELM FRIEDRICH HEGEL Eric Yohanis Tatap
Studi Budaya Nusantara Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diskursus mengenai kosmologi atau alam semesta belakangan ini mendapat perhatian khusus dalam kalangan intelektualis. Perhatian itu muncul karena alam semesta dipahami manusia secara berbeda-beda. Kebijaksanaan orang Lamaholot mengartikan alam semesta adalah perwujudan diri Ilahi atau disebut sebagai Lera-Wulan Tana-Ekan. Dalam Filsafat khususnya bagi Idealisme Jerman alam semesta diartikan sebagai tempat alienasi diri Roh Absolut. Dari kedua sudut pandang yang berbeda ini, peneliti ingin menganalisis pemaknaan alam semesta itu secara lebih lanjut. Penelitian ini menggunakan metode studi komparatif untuk melakukan analisis dua arah. Tujuannya adalah antara kebijaksanaan dan ilmu filsafat dapat berperan sebagai objek formal dan material. Temuannya ialah alam semesta tidak bisa dipungkiri memiliki pemaknaan yang berbeda-beda. Alam semesta bisa dimaknai sebagai wujud dari Yang Ilahi atau Roh Absolut maupun sebaliknya. Di samping perbedaan-perbedaan itu, juga masih terdapat satu dua kesamaan yang bisa diterima secara rasional dan dipertanggungjawabkan.
Mempertahankan Eksistensi Dalam Memaknai Tradisi Keduk Beji Pada Era Modernisasi (Studi Deskriptif pada Masyarakat Desa Tawun, Kecamatan Kasreman) Buana Tungga Dewi
Studi Budaya Nusantara Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to obtain data about the people of Tawun Village in maintaining the Keduk Beji Tradition, Kasreman District, Ngawi. To get a clear picture of how the Tawun community carries out the Keduk Beji Tradition in the Modernization era, the research method used is descriptive with a qualitatie approach. Using data collection techniques based on the results of observations, interviews, documentation, and field notes. The data sources used are primary data sources and secondary data sources. The data analysis used is data analysis according to George Herbert Mead's Symbolic Interactionism theory with 3 concepts, namely mind, self, and sociaty. Based on the results of the research, the Tawun Village community still maintains the Keduk Beji Tradition in the Modernization Era which aims to increase solidarity with one another and appreciate the gift of nature for the life of the Tawun community and teach about caring for the environment. The ritual is held on Tuesday Kliwon every year in the month of Suro. Javanese rituals are synonymous with offerings, as is the case with Keduk Beji. 
Eksistensi Teh Nyaneut Sebagai Tradisi Warisan Leluhur Budaya Sunda Bagus syah putra
Studi Budaya Nusantara Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The tradition of drinking Nyaneut Tea is a culture that has been passed down from generation to generation and is often used as a guide for Sundanese people to respect and stay in touch through serving a cup of warm tea. The culture of the Nyaneut Tea tradition is slowly fading among the people with low awareness of preservation, wealth, and culture and the lack of existence of the Nyaneut Tea Tradition so that tea is only seen as a side dish and without meaning. This study aims to determine the existence of the Nyaneut Tea Tradition today, the efforts of the local community to maintain the Nyaneut Tea Tradition and the background of the Nyaneut Tea occurrence so that it can become an ancestral cultural heritage that lasts from generation to generation. This study uses descriptive qualitative methods, to obtain strong data by conducting interviews, observations, and documentation. The location determination was carried out in Cigedug village, Garut Regency as a place for research activities. The results of the study show that the Nyaneut Tea Tradition is indeed lacking in existence among today's society. Nyaneut culture has begun to fade even though Nyaneut itself has many benefits for body health and teaches the rules of drinking tea that need to be applied to the community for etiquette.

Page 1 of 1 | Total Record : 6