cover
Contact Name
laelatus Syifa Sari Agustina
Contact Email
laelatussyifa.sa@staff.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
wacana@mail.uns.ac.id
Editorial Address
Gedung D Fakultas Kedokteran UNS Jl. Ir. Sutami no. 36A, Kota surakarta (solo), Jebres, Jawa Tengah, 57126
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
WACANA
ISSN : 20850514     EISSN : 27161625     DOI : https://doi.org/10.13057/wacana.v12i1
Wacana adalah wadah pengembangan psikologi di indonesia khususnya dibidang indegenous yang memuat naskah-naskah ilmiah penelitian empiris. Psikologi dalam ranah indegenous mengkhususkan diri pada studi yang mengangkat seni, etnis, budaya, nilai-nilai kepercayaan, spiritualitas, agama dan kearifan lokal yang saling mempengaruhi proses sosial dan proses individual serta hubungan intra dan/atau inter kelompok dan lingkungan. Kajian dalam bidang-bidang psikologi lainnya dapat dimuat dalam Wacana sepanjang memiliki relevansi dengan psikologi khusunya bidang indegenous.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 10, No 1 (2018)" : 6 Documents clear
Hubungan antara Materialisme dan Penghargaan terhadap Suami dengan Kepuasan Pernikahan pada Guru Profesional di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar Rizki Setyasri Nugrahani; Machmuroch .; Arista Adi Nugroho
Wacana Vol 10, No 1 (2018)
Publisher : UNS Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.713 KB) | DOI: 10.13057/wacana.v10i1.122

Abstract

ABSTRAK   Peningkatan perceraian pada guru profesional di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar pascasertifikasi  salah  satunya  dikarenakan  pernikahan  yang  tidak  berhasil.  Pernikahan  yang  berhasil memiliki syarat salah satunya kepuasan pernikahan. Kepuasan pernikahan pada guru profesional di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar diantaranya dipengaruhi oleh materialisme dan penghargaan   terhadap   suami.   Tujuan   penelitian   ini   adalah   untuk   mengetahui   hubungan   antara materialisme dan penghargaan terhadap suami dengan kepuasan pernikahan, hubungan antara materialisme dengan kepuasan pernikahan, dan hubungan antara penghargaan terhadap suami dengan kepuasan pernikahan pada guru profesional di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar.   Populasi dalam penelitian ini  mencakup 362 guru di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini menggunakan cluster random sampling sehingga didapatkan responden sebanyak 100 guru. Instrumen yang digunakan adalah skala kepuasan pernikahan, skala materialisme, dan skala penghargaan terhadap suami. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan nilai Fhitung sebesar 36,715 (> Ftabel 3,09) dengan sig. 0,000 (p < 0,05) dan nilai R = 0,656. Nilai R2  dalam penelitian ini sebesar 0,431 atau 43,1%, dimana sumbangan efektif materialisme sebesar 0,7% dan sumbangan efektif penghargaan terhadap suami sebesar 42,4%. Secara parsial, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dengan kepuasan pernikahan (sig 0,778> 0,05), rx1y  = -0,029; serta terdapat hubungan yang signifikan antara penghargaan terhadap suami dengan kepuasan pernikahan (sig 0,000< 0,05), rx2y = 0,615.   Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara materialisme dan penghargaan terhadap suami dengan kepuasan pernikahan, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dengan kepuasan pernikahan, dan terdapat hubungan yang signifikan antara penghargaan terhadap suami dengan kepuasan pernikahan pada guru profesional di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar.   Kata kunci: materialisme, penghargaan terhadap suami, kepuasan pernikahan, guru profesional, karanganyar
Hubungan antara Kematangan Emosi dan Afeksi Ibu dengan Kemandirian Anak di 4 Taman Kanak-Kanak Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten Annisa Nadya Mursil; Sud Murti Karini; Arista Adi Nugroho
Wacana Vol 10, No 1 (2018)
Publisher : UNS Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/wacana.v10i1.118

Abstract

ABSTRAK   Kemandirian    merupakan     salah    satu    faktor    mental    dasar    anak    yang    kuat mempengaruhi    pencapaian   tugas-tugas    perkembangan    lainnya.  Peran  ibu  mempunyai keterlibatan  yang kuat dalam proses  tumbuh  kembang  anak. Faktor mental  pada  ibu yang mungkin mempengaruhi   kemandirian  anak ialah kematangan   emosi dan afeksi ibu. Tujuan penelitian  ini adalah;  ( 1) mengetahui   hubungan  kematangan   emosi dan afeksi ibu dengan  kemandirian  anak, (2) mengetahui   hubungan   kematangan   emosi  ibu dengan kemandirian  anak,  (3) mengetahui   hubungan   afeksi  ibu dengan   kemandirian  anak  di 4 taman  kanak-kanak  kecamatan   Pondok  Aren, Tangerang   Selatan,  Banten.  Penelitian  ini menggunakan    populasi  di 4  taman   kanak-kanak   kecamatan   Pondok  Aren,  Tangerang Selatan,   Banten   dengan   sampel   sebanyak   123   orang   ibu  yang   diambil  berdasarkan purposive  sampling. lnstrumen   yang  digunakan   adalah  skala  kematangan    emosi,  skala afeksi dan skala kemandirian. Hasil analisis  regresi   berganda   menunjukkan   nilai Fhitung  sebesar   66,079   >   3,07 (Fhitung  >   Ftabel)  (p  <   0,05)  dan  nilai R   =   0,724  yang  menunjukkan   hubungan   yang signifikan dan  kuat  antara  kematangan   emosi  dan  afeksi  ibu dengan  kemandirian  anak. Nilai  R2 adalah  0,524 yang menunjukkan  sumbangan   total  efektif  kematangan   emosi dan afeksi   ibu  terhadap     kemandirian    anak   sebesar    52,4%,    dengan    sumbangan    efektif kematangan   emosi  sebesar  17,71%  dan  sumbangan   efektif  afeksi  sebesar  34.69%. Secara parsial, terdapat hubungan  yang signifikan yang lemah antara  kematangan   emosi dengan kemandirian  (pco.os:   rxty =  0.263)  dan  terdapat  hubungan   signifikan yang  cukup  kuat antara   afeksi  dengan   kemandirian   (p<  0,05;  rx2y= 0.440)  dimana  hubungan   keduanya bersifat  positif. Kesimpulan penelitian  ini adalah  terdapat  hubungan  yang signifikan dan kuat  secara positif antara  kematangan   emosi dan afeksi dengan  kemandirian  anak di 4 taman  kanak• kanak kecamatan  Pondok Aren, Tangerang  Selatan,  Banten.   Kata  kunci:  kemandirian,    kematangan     emosi,   afeksi
Studi Kasus Proses Pencapaian Kebahagiaan Pada Wanita Penyandang Tuna Daksa Pelaku Pernikahan Di Bawah Tangan Zulfa Desy Khoirun Nisa
Wacana Vol 10, No 1 (2018)
Publisher : UNS Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.261 KB) | DOI: 10.13057/wacana.v10i1.123

Abstract

    ABSTRAK     Kebahagiaan menjadi dambaan setiap individu yang dijadikan sebagai tujuan hidup. Kebahagiaan diraih tidak hanya melalui peristiwa yang menyenangkan, seperti halnya yang terjadi  pada  wanita  penyandang tuna  daksa  pelaku  pernikahan di  bawah  tangan yang menjalani kehidupannya penuh dengan kejadian yang tidak menyenangkan, namun wanita penyandang tuna daksa harus tetap berusaha dan berproses untuk mencapai sebuah kebahagiaan.   Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan proses pencapaian kebahagiaan wanita penyandang tuna daksa pelaku pernikahan di bawah tangan sekaligus mendalami tahapan yang saat ini telah dicapai. Selain itu juga untuk menelusuri mengenai faktor dan dampak yang dirasakan subjek yang melakukan pernikahan di bawah tangan. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang wanita penyandang tuna daksa bawaan sejak lahir dengan usia  24  tahun  dan  sudah  memiliki  pengalaman  menikah  di  bawah  tangan.  Metode penelitian yang digunakan adalah riwayat hidup, wawancara, observasi, dan dokumentasi.   Hasil penelitian menggambarkan adanya serangkaian proses pencapaian kebahagiaan yang dilalui wanita penyandang tuna daksa pelaku pernikahan di bawah tangan dimulai dari pengalaman tragis (tragic event) atau kejadian yang tidak menyenangkan sebagai wanita penyandang tuna daksa bawaan sejak lahir dan menikah di bawah tangan. Secara keseluruhan dari  proses  yang  dijalani  subjek  saat  ini  subjek  masih  berada  pada  tahap pemahaman diri (self insight) sehingga kebahagiaan belum sepenuhnya dirasakan karena adanya hambatan secara personal (masalah mental : terkucilkan sejak kecil, tidak mendapat kasih sayang atau cinta orangtua dan dianggap aib keluarga) dan sosial (kebutuhan dasar atas rasa aman, kasih sayang dan penghargaan) yang tidak terselesaikan secara baik akibat pengendalian diri  subjek  juga  yang  kurang terbentuk secara baik.  Faktor yang  melatar belakangi subjek melakukan pernikahan di  bawah tangan adalah a)  faktor hamil diluar nikah, b) faktor ekonomi dan c) faktor pemahaman masyarakat yang kurang pada pentingnya  pencatatan  pernikahan.  Dampak-dampak dari  pernikahan  di  bawah  tangan yang harus diterima subjek adalah : a) dampak positif, menikah di bawah tangan menjadi satu-satu nya solusi sementara di tengah kondisi subjek yang hamil di luar nikah untuk menghindari aib keluarga. b) dampak negatif, subjek tidak mendapatkan hak sebagai istri, sulit menuliskan status pernikahan di KTP, status anak yang tidak jelas dalam kehidupan sosial, selain itu secara psikologis subjek juga merasa   khawatir akan masa depan dirinya dan anak, tidak mendapatkan nafkah lahir batin, beban fisik dan psikis subjek sebagai istri menjadi lebih berat dengan menjadi tulang punggung keluarga, dan anak  menjadi terlantar dan kurang mendapatkan perhatian.   Kata kunci: proses pencapaian kebahagiaan, penyandang tuna daksa, pernikahan di bawah tangan
Hubungan Konformitas dan Religiusitas dengan Motivasi Memakai Jilbab pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Annisa Putri Afifah; Hardjono .; Selly Astriana
Wacana Vol 10, No 1 (2018)
Publisher : UNS Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (826.949 KB) | DOI: 10.13057/wacana.v10i1.119

Abstract

ABSTRAK   Motivasi memakai jilbab merupakan sebuah kekuatan atau dorongan yang mendorong seseorang untuk memakai  jilbab.  Motivasi memakai jilbab  yang  dipengaruhi oleh  faktor eksternal salah satunya adalah   konformitas.  Konformitas  adalah   perubahan penampilan,  perilaku,  serta cara pandang mengikuti  kelompok  dengan  tujuan  tertentu. Motivasi  memakai  jilbab  tidak  hanya dipengaruhi  oleh  satu faktor saja.  Religiusitas  merupakan salah  satu faktor yang  berasal  dari dalam  diri sendiri (intrinsik). Religiusitas merupakan perilaku taat atau patuh terhadap peraturan- peraturan agama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dan  religiusitas dengan motivasi   memakai   jilbab,   hubungan  antara  konformitas  dengan  motivasi  memakai  jibab, hubungan antara religiusitas dengan motivasi memakai jilbab pada  mahasiswa Program Studi Psikologi   Universitas   Sebelas    Maret  Surakarta.  Populasi   penelitian   ini   adalah    mahasiswa perempuan  Program Studi Psikologi Universitas Sebelas   Maret Surakarta yang  menggunakan jilbab.  Teknik  pengambilan  sampel   menggunakan  simple  random   sampling.   Instrumen  yang digunakan adalah skala motivasi memakai jilbab, skala konformitas, dan skala religiusitas. Hasil  penelitian  menunjukkan  terdapat  hubungan  yang   sifnifikan  antara  konformitas  dan religiusitas  dengan motivasi  memakai  jilbab (Fhitung  = 46,693  > Ftabel  = 3,13,  p = 0,000  < 0,05, dan  r = 0,767).  Uji parsial antara konformitas dengan motivasi memaki jilbab menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan (r = 0,523, dan  p = 0,000  < 0,05),  begitu juga antara religiusitas dengan motivasi memakai jilbab menunjukkan hubungan positif yang signifikan (r = 0,601, dan p = 0,000  < 0,05).  Nilai koefisien determinasi R2 = 0,588  artinya konformitas dan  religiusitas secara bersama-sama  memberi  sumbangan  efektif  sebesar 58,8%  terhadap motivasi  memakai  jilbab dengan sumbangan 21,892% dari konformitas dan 36,908% dari religiusitas.   Kata kunci: motivasi, motivasi memakai jilbab, konformitas, religiusitas, mahasiswa
Gambaran Seksualitas Pada Remaja Down Syndrome Di SLB PGRI Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulonprogo (Studi Kasus) Dzikrina Istighfaroh, Asri; Murti Karini, Suci; Tri Setyanto, Arif
Wacana Vol 10, No 1 (2018)
Publisher : UNS Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1137.791 KB) | DOI: 10.13057/wacana.v10i1.120

Abstract

  ABSTRAK   Down syndrome  merupakan suatu gangguan kesehatan fisik atau cacat fisik bawaan dan  disertai dengan retardasi  mental  yang  disebabkan  karena kelainan  pada   kromosom ke-21.  Banyak  anggapan bahwa pengetahuan seksualitas bagi down syndrome  tidaklah penting. Pembahasan mengenai seksualitas bagi  penderita  down  syndrome  masih  dianggap  tabu, menyeramkan, dan  masih  diabaikan  oleh  banyak orang.  Mitos yang mengatakan bahwa anak berkebutuhan khusus,  termasuk juga down syndrome,  adalah aseksual  atau tidak  mengalami  perkembangan  seksual   tidaklah  benar. Remaja  down  syndrome   juga mengalami perkembangan seksual, namun terdapat beberapa perbedaan dengan remaja pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran seksualitas yang  terjadi pada  remaja down syndrome.   Penelitian ini  menggunakan metode  kualitatif dengan desain studi  kasus  dengan harapan dapat menggali fokus penelitian secara lebih mendalam. Responden penelitian ini adalah  satu remaja laki- laki down syndrome dan dua remaja perempuan down syndrome  yang berusia 15-20 tahun yang bersekolah di SLB PGRI Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulonprogo. Metode pengambilan data yang  digunakan adalah  wawancara, observasi, riwayat hidup, tes psikologi, dan  dokumentasi. Tes  psikologi dilakukan dengan tes CPM (Coloured  Progressive  Matrices), dengan hasil  tiap responden berada pada   grade  V (intellectually defective). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara biologis ketiga responden mengalami perkembangan seksualitas yang  sama  dengan remaja lain, ditandai dengan mimpi basah pada  responden laki-laki, dan menstruasi  pada   responden  perempuan.  Secara   umum   responden  belum   memiliki  pengetahuan mengenai seksualitas, seperti reproduksi manusia dan perilaku-perilaku seksual  (ciuman, masturbasi, dan seks).  Hal ini disebabkan karena orang  tua dan  guru  merasa tidak nyaman  dan  takut untuk memberikan penjelasan serta arahan mengenai seksualitas. Orang tua dan guru belum  memiliki cara yang tepat untuk memberikan  penjelasan  tentang  seksualitas  kepada  responden  agar   mudah  memahaminya.  Meski demikian  ketiga  responden  sudah   dapat  merawat  diri  dengan  mandiri,  seperti  dapat  mandi  dan berpakaian sendiri, dapat mencuci piring, dan  dapat mengganti pembalut sendiri saat menstruasi bagi responden perempuan. Pemahaman tentang  gender  juga  sudah   dimiliki  oleh  responden. Responden dapat membedakan gender  melalui penampilan fisik yang  nampak dari luar.  Ketiga responden mulai melihat  lawan   jenisnya  atraktif  dan   menarik  secara fisik,  dua  responden menunjukkan  ketertarikan terhadap lawan  jenis sedangkan satu responden belum  menunjukkan ketertarikan kepada lawan  jenis. Namun,  ketiga responden belum  menunjukkan  adanya   gairah seksual   yang  mengarah pada  perilaku seksual  seperti masturbasi atau seks. Dua responden mulai memiliki body image negatif pada  dirinya yang membuat responden  memandang dirinya  berbeda  dengan remaja  lainnya  dan   perbedaan ini  dapat berakibat pada  kehidupan seksual  responden. Dua dari tiga responden juga memiliki keinginan untuk bekerja dimasa depan. Pengetahuan mengenai bentuk hubungan antara lawan  jenis seperti pacaran dan pernikahan sudah  diketahui  oleh  responden, namun responden belum  memahami  adanya  rasa  sayang, rasa  cinta,  komitmen,  tanggung jawab,  serta aturan-aturan  dalam   hubungan tersebut.  Pemahaman responden terhadap hubungan antara lawan  jenis sebatas pada  sepasang laki-laki dan  perempuan yang saling berdekatan.   Kata kunci:  Down Syndrome, Sindrom Down, Seksualitas, Remaja
Hubungan antara Kecerdasan Emosi dan Iklim Organisasi dengan Burnout pada Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman Hentyn Drajad Rudyarwaty; Bagus Wicaksono; Aditya Nanda Priyatama
Wacana Vol 10, No 1 (2018)
Publisher : UNS Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (877.562 KB) | DOI: 10.13057/wacana.v10i1.121

Abstract

ABSTRAK     Era globalisasi  saat ini, semakin  berkembang  pesatnya  ilmu pengetahuan  dibidang industri dapat timbul pesaingan antar organisasi yang kompleks dan tuntutan organisasi yang tinggi  sehingga menyebabkan individu mengalami burnout. Burnout merupakan bentuk kelelahan fisik, mental maupun emosi karena tuntutan pekerjaan terus menerus dalam jangka waktu lama berakibat pada penarikan diri. Burnout dapat dipengaruhi berbagai faktor baik internal maupun ekstrenal, diantaranya kecerdasan emosi dan iklim organisasi. Kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan mengelola emosi baik dalam diri maupun orang lain serta iklim organisasi merupakan persepsi individu terhadap lingkungan kerjanya. Penelitian  ini bertujuan  untuk  mengetahui  hubungan  antara  kecerdasan  emosi  dan iklim organisasi  dengan burnout,  hubungan  antara kecerdasan  emosi dengan  burnout,  dan hubungan  antara  iklim  organisasi  dengan  burnout  pada  pegawai  Kantor  Pelayanan  Pajak Pratama  Sleman.  Populasi  dalam  penelitian  ini  adalah  pegawai  Kantor  Pelayanan  Pajak Pratama  Sleman  berjumlah  116 pegawai.  Sampling menggunakan  studi populasi  sehingga semua populasi dijadikan responden. Instrumen yang digunakan adalah skala burnout , skala kecerdasan emosi, dan skala iklim organisasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara kecerdasan emosi dan  iklim  organisasi  dengan  burnout  ,  ditunjukkan  dengan  Fhitung  70,968  (>Ftabel  3,090), p=0,000   (p<0,05),   dan  koefisien   korelasi   R=0,771.   Secara   parsial   penelitia   ini  juga menunjukkan ada hubungan negatf yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan burnout dengan nilai korelasi 0,289 dan p=0,004 (p<0,05). Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara iklim organisasi dengan burnout  dengan nilai korelasi 0,454 dan p=0,000 (p<0,05). Nilai R2 yang diperoleh 0,594 berarti dalam penelitian kecerdasan emosi dan iklim organisasi secara   serentak   memberikan   sumbangan   efektif   sebesar   59,4%.   Terhadap   burnout. Sumbangan  relatif  sebesar  9,52%  untuk  variabel  kecerdasan  emosi  dan  90,47%  untuk variabel iklim organisasi   Kata kunci: Kecerdasan emosi, iklim organisasi, burnout

Page 1 of 1 | Total Record : 6