cover
Contact Name
Sisva Maryadi
Contact Email
45trea@gmail.com
Phone
+6281374389611
Journal Mail Official
jurnalhandep.bpnbkalbar@kemdikbud.go.id
Editorial Address
Jalan Sutoyo Pontianak, Kalimantan Barat
Location
Kota pontianak,
Kalimantan barat
INDONESIA
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya
ISSN : 26140209     EISSN : 26847256     DOI : https://doi.org/10.33652/handep
Core Subject : Social,
Handep merupakan seri penerbitan kajian sejarah dan budaya yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat. Skop utama dari penerbitan ini adalah sejarah dan budaya. Kami memprioritaskan tulisan yang memuat isu tentang Kalimantan.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Volume 3, No. 2, June 2020" : 5 Documents clear
PEMIKIRAN MARIA ULLFAH SANTOSO TENTANG HAK PILIH PEREMPUAN INDONESIA (1938-1941)) Laksmita Hestirani
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 3, No. 2, June 2020
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33652/handep.v3i2.104

Abstract

Tulisan ini membahas tentang sejarah pemikiran Maria Ullfah Santoso dalam memperjuangkan hak pilih perempuan Indonesia pada masa kolonial Belanda. Hingga awal dekade 1930-an, perempuan Indonesia belum memiliki hak pilih serta masih menjauhkan diri dari partisipasi politik. Sebagai seorang ahli hukum yang memiliki keterlibatan aktif dalam pergerakan perempuan Indonesia, Maria Ullfah aktif mengampanyekan hak pilih perempuan Indonesia melalui tulisan dan pidato. Pokok permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini adalah bagaimana pemikiran Maria Ullfah tentang hak pilih perempuan diformulasikan serta pengaruhnya dalam perjuangan hak pilih perempuan Indonesia. Dengan menggunakan metode penelitian sejarah dan pendekatan sejarah pemikiran, penulismenemukan bahwa Maria Ullfah berpendapat bahwa setiap golongan masyarakat, termasuk perempuan, harus memiliki hak pilih. Menurutnya, hak pilih pasif diperlukan agar perempuan Indonesia dapat duduk di dewan-dewan perwakilan untuk memperjuangkan kepentingan perempuan Indonesia. Adapun hak pilih aktif diperlukan agar perempuan Indonesia dapat memilih wakil-wakilnya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Pengaruh pemikiran Maria Ullfah terlihat dalam usaha kaum perempuan Indonesia untuk memiliki perwakilan di Dewan Rakyat (Volksraad), serta keberhasilan perempuan Indonesia dalam mendapatkan hak pilih aktif untuk pertama kalinya pada tahun 1941.
“MENJADI INDONESIA” DI TAHUN 1950-AN: SAUTI, TARI SERAMPANG XII, DAN KEBANGKITAN MELAYU DI SUMATRA UTARA Nasrul Hamdani
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 3, No. 2, June 2020
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33652/handep.v3i2.111

Abstract

Dalam sejarah Indonesia, tahun 1950-1963 disebut sebagai periode paling dinamis. Pada masa ini, integrasi nasional yang dilandasi asas Berdikari (akronim dari berdiri di atas kaki sendiri) sebagai “ideologi” utama dalam pembentukan ekonomi nasional, menasionalisasi perusahaan asing, dan menumpas pemberontakan daerah mulai terbentuk dengan jelas. Dalam proses ini, peran penggiat kebudayaan daerah menjadi penting terutama dalam usaha-usaha merepresentasikan daerah di tingkat nasional, sementara pada saat yang sama berhadapan dengan konflik kepentingan antara pusat dengan daerah. Dengan mengambil Sauti, tokoh penggiat kebudayaan Melayu, penelitian ini bertujuan memahami perjuangan Sauti dalam merepresentasikan kebudayaan Melayu sebagai produk “Kebudayaan Nasional”. Dengan pendekatan sejarah, sebagian besar data diperoleh melalui sumber-sumber dokumentasi dan wawancara mendalam. Penelitian ini ingin menunjukkan peran dan kontribusi Sauti yang menentukan dalam penyebarluasan Serampang XII. Namun dalam upaya itu, ia menghadapi tantangan dari sesama orang Melayu dan kesultanan Melayu yang menganggap dirinya sebagai pemilik kebudayaan besar Melayu.  
THE STRUCTURE OF MUSIC PRESENTATION IN BALIATN RITUAL OF DAYAK KANAYATN Yudhistira Oscar Olendo
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 3, No. 2, June 2020
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33652/handep.v3i2.93

Abstract

Traditional music in baliatn ritual has a composition or structure of special music presentation which can influence pamaliatn or tukang liatn (the ritual leader) to experience the transcendental period. Besides, the music played can incur the magical power, it indicates how strong the effect of the sound or voice of gongs, dau, and gadobokng that were played during baliatn ritual. The research problem was how does the structure of music presentation in baliatn ritual of Dayak Kanayatn? Thus, the purpose of this research was to describe and analyze the problem in the structure of music presentation of baliatn ritual. The research used descriptive method in qualitative research design. The study has found that the structure of music presentation in baliatn ritual held in three steps; the beginning part is guntur mandayu beating motif, the main part is ka ‘bawakng beating motif, and the final part is ne’ unte beating motif. In this research, the researcher also made the notation of Dayak Kanayatn music in special and simple way.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TRADISI APITAN DI DESA SERANGAN, KECAMATAN BONANG, KABUPATEN DEMAK Faridhatun Nikmah
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 3, No. 2, June 2020
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33652/handep.v3i2.113

Abstract

Tradisi Apitan merupakan salah satu bentuk upacara selamatan dalam rangka mensyukuri nikmat Tuhan Yang Maha Esa. Penelitian ini mengkaji mengenai proses ritual tradisi Apitan dan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam tradisi Apitan di Desa Serangan, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses ritual dan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam tradisi Apitan di Desa Serangan, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengambilan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses ritual dalam pelaksanaan tradisi Apitan dimulai dari pembukaan, sambutan, doa Apitan, makan bersama, pertunjukan wayang, dan penutupan. Selain itu, dalam pelaksanaan tradisi Apitan terdapat nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat diperoleh di antaranya adalah sikap religius, jujur, disiplin, cinta tanah air, toleransi, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab. Hal lain yang perlu diteladani oleh generasi muda bahwa tradisi Apitan dijadikan sebagai warisan budaya leluhur bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan.
EKSPEDISI MILITER BELANDA DI MANDAR 1905-1907 Abd Karim
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 3, No. 2, June 2020
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33652/handep.v3i2.79

Abstract

Penguasaan Belanda atas wilayah Sulawesi secara utuh dimulai pada 1906. Otoritas Belanda atas Mandar tampak dari perubahan status Mandar menjadi negara bawahan. Kondisi itu terekam dalam laporan ekspedisi militer pemerintah Hindia Belanda 1905-1906, sebuah aksi bersenjata penentu kejatuhan wilayah terakhir di Sulawesi. Bagaimana dan mengapa ekspedisi militer yang menjadi kunci penguasaan Belanda di seluruh wilayah Sulawesi tersebut dapat berhasil adalah pokok permasalahan dari tulisan ini. Dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri atas heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi, permasalahan tersebut akan dibahas dalam tulisan ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspedisi militer Belanda melahirkan pergulatan elite lokal yang dimanfaatkan Belanda untuk diadu domba. Belanda yang kesulitan menghadapi perlawanan rakyat Mandar akhirnya bersepakat dengan sebagian kelompok bangsawan untuk bekerja sama. Dengan demikian, rakyat Mandar yang dipimpin oleh I Sendjata dan Ammana I Wewang juga harus melawan bangsawan Mandaryang berada di pihak pemerintah Hindia Belanda. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menjadi pemenang dan cita-cita desentralisasi untuk membentuk sistem administrasi yang tunggal terlaksana.

Page 1 of 1 | Total Record : 5