cover
Contact Name
Jurnal Teknik Lingkungan ITB
Contact Email
jurnaltlitb@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltlitb@gmail.com
Editorial Address
http://journals.itb.ac.id/index.php/jtl/about/editorialTeam
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknik Lingkungan
ISSN : 08549796     EISSN : 27146715     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Teknik Lingkungan ITB merupakan jurnal resmi yang dipublikasikan oleh Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Jurnal ini mencakup seluruh aspek ilmu Teknik Lingkungan sebagai berikut (namun tidak terbatas pada): pengelolaan dan pengolahan air bersih, pengelolaan dan pengolahan air limbah, pengelolaan dan pengolahan persampahan, teknologi pengelolaan lingkungan, pengelolaan dan pengolahan udara, kebijakan air, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Articles 4 Documents
Search results for , issue "Vol 15, No 1 (2009)" : 4 Documents clear
ANALISIS TOKSISITAS AKUT EFLUEN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI DI KOTA CIMAHI Womsiwor, Intan Iriani; Roosmini, Dwina
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 15, No 1 (2009)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.821 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2009.15.1.4

Abstract

Abstrak: Pengukuran toksisitas efluen Insatalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan hal yang penting dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kualitas badan air permukaan. Pada pengukuran toksisitas dapat diketahui respon gabungan dari unsur atau senyawa yang ada dalam efluen. Daphnia sp dan Moina sp adalah organisme yang biasa dipakai dalam uji toksisitas. Tujuan dari studi ini adalah penentuan toksisitas (LC50) efluen IPAL industri Cat, Farmasi, Pelapisan Logam, Penyamakan Kulit, dan Tekstil, serta Kegiatan Rumah Sakit di Kota Cimahi serta membandingkan Daphnia sp dan Moina sp sebagai organisme uji dalam uji toksisitas efluen. Uji toksisitas akut pada efluen IPAL, mendapatkan hasil yang bervariasi, namun tetap dapat diketahui bahwa industri farmasi menghasilkan efluen paling toksik (1,171 % efluen) dan kegiatan rumah sakit menghasilkan efluen yang tidak toksik. Secara keseluruhan pada efluen IPAL, Daphnia sp menunjukkan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan Moina sp.Abstact: Toxicity test is an important parameter in wastewater plant effluent as it provides the whole response of the test organisms to all compounds in water body. Daphnia sp and Moina sp is the commonly used in toxicity test. The objective of this study was to examined the toxicity level (LC50) of the effluent were taken from painting, pharmaceutical, electroplating, leather tanning, and textile industries, also from hospital activity in Cimahi. The second objective was to compared the sensitivity level of Daphnia sp and Moina sp as the test organisms. The acute toxicity test showed that pharmaceutical industry effluent was most toxic (1.171 % effluent) of all the effluents tested, and the lowest was hospital activity effluent. Overall, Daphnia sp was more sensitive than Moina sp.  Keywords : Toxicity Test, Daphnia sp, Moina sp, Wastewater Treatment Plant, Effluent, Cimahi
KADAR ALUMINIUM (AL) DAN BESI (FE) DALAM PROSES PEMBUATAN KOAGULAN CAIR DARI LEMPUNG LAHAN GAMBUT Ramdhani, Widya; Mahmud, Mahmud; Soewondo, Prayatni
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 15, No 1 (2009)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.107 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2009.15.1.5

Abstract

Abstrak: Penelitian tentang pemanfaatan lempung relatif intensif dilakukan. Selama ini penelitian tersebut lebih banyak digunakan sebagai absorben daripada sebagai koagulan. Padahal lempung memiliki kadar aluminium dan besi yang relatif tinggi sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai bahan koagulan. Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran kadar aluminium (Al) dan besi (Fe) dalam bentuk koagulan cair yang terbuat dari bahan baku lempung yang berasal dari lahan gambut. Penelitian ini dilakukan pada skala laboratorium. Lempung gambut ini diperoleh dari daerah bergambut yang terletak di Kecamatan Gambut, Kalimantan Selatan yang memiliki kadar Al dan kadar Fe sebesar 8,46 %berat dan 2,59 %berat (Laboratorium Pusat Survei Geologi Bandung, 2008). Untuk memperoleh Al dan Fe dari lempung tersebut dalam bentuk koagulan cair dilakukan dengan cara ekstraksi pada lempung dengan menggunakan asam sulfat (H2SO4). Pengukuran kadar Al dalam koagulan cair tersebut dilakukan dengan menggunakan metode Atomic Absorption Spectrometry (AAS) sedangkan Fe dengan menggunakan spektrofotometri. Variabel yang diamati dalam proses pembuatan koagulan ini, yaitu pengaruh ukuran mesh (ukuran butiran lempung), temperatur kalsinasi, dan konsentrasi asam sulfat yang digunakan. Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan AAS, kadar Al terbesar dalam proses pembuatan koagulan cair terdapat pada percobaan 2 yaitu dengan ukuran mesh 20 (diameter lempung 0,85 mm) dengan suhu kalsinasi 700?C dan konsentrasi asam sebesar 2N yaitu sebesar 7480,78 ppm. Kadar Fe terbesar pada percobaan 2 berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer terdapat pada ukuran mesh 20 (diameter lempung 0,85 mm) dengan suhu kalsinasi 700?C dan pada konsentrasi asam sulfat sebesar 2N yaitu sebesar 1475,51 ppm.Kata kunci: Koagulan Cair, Kadar Aluminium (Al), Kadar Besi (Fe), Lempung Lahan Gambut Abstract: Research about clay utilization relative intensive conducted. Currently research is referred more used as absorbent than as coagulant. Though clay haves level of aluminum and iron that relative high until to be used as coagulant material. At this research will be conducted measurement level of aluminum (Al) and iron (Fe) in the form of liquid coagulant that made of clay raw material that come from peat land. This Research is conducted at laboratory scale. This peat Clay is obtained from area that located in Gambut District, South Kalimantan that have level of Al and Fe as high as 8,46 %weight and 2,59 %weight (Laboratory Geology Survey Center Bandung, 2008). For getting the Al and Fe from clay referred in the form of liquid coagulant is conducted by extraction at clay by using sulfide acid (H2SO4). Measurement level of Al in liquid coagulant referred conducted by using method Atomic Absorption Spectrometry (AAS) whereas Fe by using spectrophotometer. Variable that perceived in course of making this coagulant which is size effect mesh (clay size of grain), temperature calcinations, and concentration of sulfide acid that used. Base measurement result by using AAS, level of biggest Al in course of making liquid coagulant exist on experiment 2 that is of the size mesh 20 (clay diameter 0,85 mms) with calcinations temperature 700°C and acid concentration as big as 2N that is as high as 7480,78 ppms. Level of biggest Fe at experiment 2 base measurement result by using spectrophotometer exist on size mesh 20 (clay diameter 0,85 mms) with calcinations temperature 700°C and at concentration of sulfide acid as big as 2N that is as high as 1475,51 ppms.  Key words: Liquid Coagulant, Level of Aluminum (Al), Level of Iron (Fe), Clay of Peat land.
SPREADING ANALYSIS OF PHENOL, OIL AND GREASE OFPRODUCED WATER FROM OIL AND GAS FIELD AND THEIR IMPACTS TO OFFSHORE ENVIRONMENT Ramos M, Yovita; Muntalif, Barti Setiani; Muin, Muslim
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 15, No 1 (2009)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (862.218 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2009.15.1.3

Abstract

Abstract: Sea is one of natural resources, which has potential to provide human needs. However, due to resident growth and there are many industries have activities, the sea is started to be polluted and negative impact to people and environment is arisen. One of industry, which has potential to pollute Indonesian sea, is oil and gas production in Natuna Sea. Produced water, which is produced by oil and gas production process in PT. Star Energy, may contain few contaminant constituents including phenol, oil and grease. Distribution of phenol and oil and grease is done using MuQual3D software, which includes hydrodynamic model and qualitative water model. Simulation of phenol distribution and oil and grease from produced water is done for a year for each discharge location within two layers of sea water layer which are mean sea water layer and sea bottom layer.  Phenol concentration spreading at the depths of 7 m and 75 m such as 0.012 - 0.14 µg/L, where as oil and grease concentration such as range between 0.15-1.7 µg/L.  These spreading simulations show that produced water discharge have complied the sea water quality standard for aquatic biota.  From laboratory results of aquatic biota for phytoplankton and zooplankton, are indicated that there is occurrence of ecological pressure within the aquatic area, but still in moderate and stable condition, which means that it could be changed according to the surrounding environment. Where as, from Chanos chanos toxicological model simulation about 9.53-10.12% of study area has impacted.  For balancing the ecosystem of Natuna sea, produced water discharge management and other research for aquatic biota in study area are needed.Key words: Produced Water, Phenol, Oil and Grease, Impacts, MuQual3D, Natuna Sea Abstrak: Laut merupakan salah satu sumber daya alam yang berpotensi untuk memenuhi kebutuhan manusia.  Namun seiring dengan pertumbuhan penduduk dan banyaknya industri yang beroperasi, laut mulai tercemar sehingga timbul dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan.  Salah satu industri yang berpotensi dalam mencemari laut Indonesia,khususnya Laut Natuna adalah industri minyak dan gas bumi. Air terproduksi yang dihasilkan oleh proses produksi minyak dan gas di PT. Star Energy, mengandung beberapa senyawa kontaminan termasuk fenol dan oil and grease.  Penyebaran fenol dan oil and grease dilakukan menggunakan software MuQual3D yang mencakup model hidrodinamika dan model kualitas air. Simulasi penyebaran fenol, oil and grease dari air terproduksi dilakukan selama 1 (tahun) untuk masing-masing lokasi pembuangan dalam 2 (lapisan air laut) yaitu lapisan permukaan dan lapisan dasar laut.  Penyebaran konsentrasi fenol pada kedalaman 7 m dan 75 m berkisar antara 0.012 - 0.14 µg/L sedangkan konsentrasi oil and grease berkisar antara 0.15-1.7 µg/L.  Hasil simulasi penyebaran tersebut menunjukkan air terproduksi yang dibuang masih berada di dalam baku mutu.  Dari hasil pengukuran plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton diperoleh bahwa terdapat tekanan ekologis terhadap struktur komunitas laut, namun masih dalam kondisi yang moderat atau stabil, artinya dapat berubah sesuai dengan keadaan lingkungan sekitarnya.  Sedangkan dari hasil simulasi model toksikologi Chanos-Chanos didapat sekitar 9.53% sampai dengan 10.12% wilayah yang terkena dampak pembuangan air terproduksi.  Untuk menjaga kestabilan ekosistem Laut Natuna diperlukan pengelolaan pembuangan air terproduksi dan penelitian lebih lanjut untuk biota laut di wilayah studi.
IDENTIFIKASI KEBERAGAMAN BAKTERI PADA LUMPUR HASIL PENGOLAHAN LIMBAH CAT DENGAN TEKNIK KONVENSIONAL Dwipayana, Dwipayana; Ariesyady, Herto; Sukandar, sukandar
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 15, No 1 (2009)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.119 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2009.15.1.2

Abstract

Abstrak: Biodegradasi dengan metode lumpur aktif dilakukan dengan memanfaatkan bakteri yang digunakan selama proses pengolahan yang kemudian diresirkulasi kembali ke proses setelah mengalami pengendapan. Pengolahan ini dapat juga diterapkan pada pengolahan limbah cat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bakteri pendegradasi limbah cat dari lumpur hasil pengolahan serta membandingkannya dengan keberagaman bakteri yang ada pada commercial seed. Bakteri yang dihasilkan dari identifikasi pada lumpur terdiri dari lima jenis, yaitu Bacillus subtilis, Bacillus licheneformis, Bacillus cereus, Bacillus megaterium, dan Pseudomonas flourescens. Keberadaan bakteri-bakteri tersebut menunjukkan proses pengolahan menggunakan bakteri konsorsium yang setiap bakterinya memiliki pola perumbuhan yang berbeda. Hal itu ditunjukkan oleh perbedaan waktu generasi(g) dan konstanta laju pertumbuhan (k). Nilai waktu generasi dan konstanta laju pertumbuhan adalah 44,67 menit dan 0,93 jam-1 untuk Pseudomonas flourescens; 45,04 menit dan 0,92 jam-1 untuk Bacillus subtilis; 35 menit dan 1,17 jam-1 untuk Bacillus licheniformis; 18 menit dan 2,27 jam-1 untuk Bacillus cereus, 19 menit dan 2,18 jam-1 untuk Bacillus megaterium, serta 53 menit dan 0,79 jam-1 untuk kultur campuran. Bakteri commercial seed yang digunakan pada saat pengolahan dan kembali terdapat di lumpur hasil pengolahan menandakan bahwa bakteri tersebut mampu menggunakan limbah sebagai sumber karbon dan berperan dalam pengolahan limbah.Abstract : Biodegradation with activated sludge method is done by using bacteria that are used during treatment process, which was then returned to the treatment process after had been settled. This process can be applied to liquid waste paint treatment. The objectives of this research are to identify the paint waste degradation bacteria of sludge and to compare them with the bacterial types in the commercial seed. The result of bacteria identification from sludge obtained five species. They are Bacillus subtilis, Bacillus licheneformis, Bacillus cereus, Bacillus megaterium, and Pseudomonas flourescens. The presence of five kinds bacteria indicates that the biological process used a consortium bacteria, that has different growth pattern. It was shown by the difference of generation time(g) and growth rate constant of (k) both pure cultures and mixed culture. Value of generation time (g) and growth rate constant (k) for each bacteria were 44.67 minutes and 0.93 hour-1 for Pseudomonas flourescens; 45.04 minutes and 0.92 hour-1 for Bacillus subtilis; 35 minutes and 1.17 hour-1 for Bacillus licheniformis; 18 minutes and 2.27 hour-1 for Bacillus cereus, 19 minutes and 2.18 hour-1 for Bacillus megaterium, and 53 minutes and 0.79 hour-1 for mixed culture. Commercial seed bacteria used during the treatment process and then present in the produced sludge indicates that the bacteria are able to use waste as a source of carbon, and indeed a role in waste treatment process.  Key words: paint waste sludge, identification, generation time, growth rate constant

Page 1 of 1 | Total Record : 4