cover
Contact Name
Yusuf Rahman
Contact Email
ushuluna@uinjkt.ac.id
Phone
+628128340778
Journal Mail Official
ushuluna@uinjkt.ac.id
Editorial Address
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Tangerang Selatan
Location
Kota tangerang selatan,
Banten
INDONESIA
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin
ISSN : 24609692     EISSN : 2721754X     DOI : 10.15408
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin is a journal published by the Faculty of Ushuluddin Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta. The journal is published twice annually (June and December) and consists of articles on Qur’anic studies and interpretation, hadith and Prophetic tradition, religious studies, and mysticism.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin | Vol. 2 No. 1 June 2016" : 8 Documents clear
Cara Pandang Baru Atas Pekerjaan (Sebuah Penafsiran Al-Qur’an Terhadap Kata Fa’ala) Ali Thaufan Dwi Saputra
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin | Vol. 2 No. 1 June 2016
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.368 KB) | DOI: 10.15408/ushuluna.v2i1.15175

Abstract

Bekerja (melakukan pekerjaan) sering kali dimaknai sebagai aktivitas yang mendapat balasan, upah atau gaji. Bagi masyarakat modern, bekerja (melakukan pekerjaan) selalu dikaitkan dengan berapa balasan upah dan gaji yang didapat atas sebuah pekerjaan. Dalam al-Qur’an, pekerjaan disebutkan dengan menggunakan beberapa kata, antara lain: fa’ala, kasaba, ‘amila. Tulisan ini berupaya menjelaskan  kata “bekerja” dalam al-Qur'an yang menggunakan kata fa'ala. Untuk itu, penulis melakukan penelusuran kata fa’ala dan sekaligus membaca konteks kata tersebut dalam suatu ayat. Guna mendapat pemahaman mendalam, penulis merujuk beberapa kitab tafsir. melalui pembacaan kata fa’ala dalam alQur’an, penulis berkesimpulan bahwa: balasan yang didapatkan oleh orang yang melakukan sebuah pekerjaan, tidak selalu dalam bentuk materi. Dalam banyak ayat dalam alQur’an, balasan atas sebuah pekerjaan –baik perbuatan buruk atau baik- akan diganjar Tuhan diakhirat kelak. Dan, balasan tersebut bukan dalam bentuk materi, tetapi nikmat Tuhan yang tidak tertandingi. Inilah cara pandang baru untuk memaknai sebuah pekerjaan.
PROSES ASAL KEJADIAN ADAM DALAM PANDANGAN ACHMAD BAIQUNI: SEBUAH PENDEKATAN TAFSIR ILMI Aktobi Ghozali
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin | Vol. 2 No. 1 June 2016
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.389 KB) | DOI: 10.15408/ushuluna.v2i1.15174

Abstract

Perbincangan mengenai kejadian dan asal-mula manusia selalu menarik untuk dikaji. Pernyataan al-Quran mengenai asal kejadian Adam sebagai makhluk biologis menantang para mufassir dan ilmuan untuk menemukan makna dan maksud al-Qur`an sejalan dengan kemajuan cara pandang dan pengetahuan manusia. Dengan pendekatan sains, A.Baiquni mencoba memberikan tafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur`an yang mengisyaratkan kejadian manusia secara biologis. Ia menguraikan bagaimana evolusi sebuah istilah terjadi. Kata “turab” misalnya, yang pertama kali hanya diartikan sebagai “debu”, melalui sains dapat diartikan sebagai “sel”. Alur logis bagaimana proses terjadinya adam dapat melahirkan hipotesa baru, bahwa Adam memang manusia yang benar-benar telah hadir di bumi dengan proses alamiah sebagaimana makhluk lainnya. Temuan semacam ini sesungguhnya tidak bertentangan dengan al-Qur`an yang mengisyaratkan bahwa adam pertama kali hidup di surga (jannah). Tetapi justru sebaliknya, hal ini telah memberikan cakrawala baru bahwa sesungguhnya perkembangan sains semakin menunjukkan kebenaran al-Qur`an sebagai al-wahyu dan Islam sebagai agama yang sangat menjujung tinggi ilmu pengetahuan atau sains.
Al-Hikam Mutiara Pemikiran Sufistik Ibnu Atha’illah as-Sakandari Zaenal Muttaqin
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin | Vol. 2 No. 1 June 2016
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (528.83 KB) | DOI: 10.15408/ushuluna.v2i1.15173

Abstract

Cinta terhadap Allah mengharuskan seseorang menempuh medan perjalanan spiritual yang panjang dan terjal. Ditulis dalam gaya bahasa aporisma yang indah tanpa menggusur kedalaman pesan yang ingin disampaikan, Al-Hikam yang ditulis Ibnu Atha’illah as-Sakandari mendeskripsikan jalan-jalan spiritual yang harus ditempuh para penempuh jalan tersebut. Diantaranya, keharusan menjangkau setiap stasiun spiritual (maqam) seperti taubat, zuhd, shabr, tawakkal), dan ridha. Selanjutnya, para penempuh juga akan mencapai sejumlah kondisi (ahwal) seperti khauf, raja’, tawadhu, ikhlas, dan syukr yang harus diterima sebagai karunia Yang Dituju (Allah), bukan hasil usahanya.
MANUSIA MULTIDIMENSI PERSPEKTIF MURTADHA MUTHAHHARI Syamsuri Syamsuri
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin | Vol. 2 No. 1 June 2016
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.336 KB) | DOI: 10.15408/ushuluna.v2i1.15171

Abstract

Manusia merupakan objek kajian yang menarik dan tidak pernah selesai. Meskipun kajian-kajian manusia sudah menghasilkan berbagai disiplin ilmu, namun manusia tetap menjadi misteri yang belum terpecahkan. Dengan modal badan dan ruh, jasmani dan rohani tersebut, kata Murtadha Muthahhari, manusia memiliki dua segi;  segi positif seperti diangkat sebagai khalifah Allah, memiliki daya intelegensi (kecerdasan yang tinggi), memiliki kecenderungan untuk selaslu dekat dengan Tuhan, memiliki kebebasan atau kemerdekaan, memiliki kesadaran moral dan lain-lain; dan segi negatif sifat zalim, bodoh, mengingkari nikmat, melampaui batas, keluh kesah, tergesa-gesa, kikir dan sebagainya.  Kedua segi tersebut pada perkembangannya kelak akan mempengaruhi kualitas manusia, apakah menjadi orang yang baik atau sebaliknya menjadi orang yang jahat, tergantung segi mana yang mempengaruhi manusia.
Pendidikan Tasawuf Dalam Perspektif Abdullah bin Nuh Zaenal Abidin
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin | Vol. 2 No. 1 June 2016
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (588.536 KB) | DOI: 10.15408/ushuluna.v2i1.15172

Abstract

Islam sebagai agama RAHMATAN LIL ‘ȂLAMȊN, lebih mengutamakan kepada cinta dan kasih sayang sesama umat dalam segala aspek, baik aspek religius maupun aspek sosial, dalam aspek religius yang diterjemahkan hablumminallȃh dan aspek sosial dalam arti hablumminannȃs, bagaimana komunikasi kepada Allah dan komunikasi kepada manusia.Kedua aspek tersebut harus berjalan seimbang dengan tujuan keselamatan manusia di dunia dan di akhirat. Manusia sekarang ini lebih cenderung kepada aspek sosial dalam rangka membangun kekuatan dan kemajuan, dengan kata lain “siapa yang kuat dan maju, dia yang menang dan menguasai”, tapi lupa akan tugas pokoknya yaitu sebagai khalifah bagaimana ia bisa mensejahterakan umat manusia dalam kehidupan dan sebagai (‘abdi), bagaimana ia bisa patuh dan tunduk kepada norma-norma agama yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Tuhan tidak menciptakan manusia melainkan untuk beribadah. Kehidupan dunia dan akhirat adalah ibarat dua mata uang yang tidak dapat terpisahkan.Manusia diperintahkan untuk mencari dan mengejar dunia dengan sebanyakbanyaknya, tapi jangan lupa juga kehidupan akhirat, demikian sebaliknya.Namun manusia lebih cenderung kepada kehidupan dunia, sehingga melupakan kehidupan akhirat. Abdullah bin Nuh berusaha melalui pendidikan dan pemikiran yang dikembangkan mendorong manusia menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat yaitu melalui pendidikan tasawuf yang beliau ajarkan kepada keluarga dan masyarakat dengan meneladani Rasulullah, para sahabat, orang-orang shaleh dan para ulama, terutama Imam Syafi’i dan Ghazali sebagai rujukannya. Pendidikan tasawuf dan psikologi Islam sufistik sebagai alternatif dalam proses  preventif dan kuratif terhadap umat manusia dalam mengatasi masalah-masalah sekarang ini. Abdullah bin Nuh menjadikan pendidikan tasawuf sebagai sebuah metode terhadap penyembuhan dan penyelamatan manusia yaitu melalui dzikir, ibadah dan uswah hasanah yang berpedoman kepada Al-Qur`an dan Sunnah
Islam di Jawa Hubungannya Dengan Dunia Melayu Bustamin Bustamin
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin | Vol. 2 No. 1 June 2016
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2488.985 KB) | DOI: 10.15408/ushuluna.v2i1.15176

Abstract

Islam di Asia Tenggara mempunyai daya tarik untuk diteliti, karena tidak hanya sekedar tempat bagi agama besar dunia –Islam, Budha, Kristen dan Hindu—tetapi juga penyebarannya sedemikian rupa sehingga ikatan-ikatan yang mempersatukan pengikutnya dapat mengaburkan dan sekaligus menegaskan batas-batas perbedaan politis dan teritorial. Dalam masalah ini kasus Islam adalah yang paling menarik, mengingat para pengikutnya terdapat di hampir semua negara Asia Tenggara dalam jumlah yang besar. Penelusuran kembali sumber-sumber lokal yang berhubungan dengan  kesultanan di Jawa menjadi penting dilakukan. Dengan penelusuran ini diharapkan akan diperoleh data dan fakta mengenai sejarah awal dan perkembangan Islam di Jawa. Data dan fakta tersebut kemudian diidentifikasi, dideskripsikan, diverifikasi, dan dihadirkan sebagai bukti sejarah yang dapat dipercaya. Dalam rangka penelusuran data dan fakta tersebut, ISMA mengadakan seminar Islam di Asia Tenggara, salah satunya adalah Islam di Jawa, yaitu datang, masuk dan berkembangnya.
METODE KRITIK MATAN HADIS MENURUT PANDANGAN MUHADDITSIN MUTAQADDIMIN Said Aqil Husen al-Munawar
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin | Vol. 2 No. 1 June 2016
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.524 KB) | DOI: 10.15408/ushuluna.v2i1.15177

Abstract

Persoalan kritik matan hadis sampai saat ini masih menjadi bahan perdebatan di kalangan para peneliti hadis. Sejumlah peneliti berpendapat bahwa kritik terhadap hadis yang selama ini ada, tidak menyentuh kepada matan, melainkan hanya kritik kepada sanad saja Metode ahli-ahli hadis dinilai lemah oleh kaum orientalis dan yang sependapat dengan mereka. Karena itu mereka menolak metode itu dan membuat metode sendiri yang kemudian dikenal dengan metode kritik matan hadis. Sementara kelompok kedua yang menilai bahwa metode kritik hadis yang selama ini ada yang mengandung beberapa kelemahan dan mereka pun menawarkan metode kritik hadis versi mereka. Metode itu adalah common link dan isnadcum-matn. Ada beberapa metode yang digunakan oleh ulama mutaqadimin yaitu metode membandingkan dua riwayat hadis, rukakh lafz al-Hadith dan Jauh Maknanya.
Cara Pandang Baru Atas Pekerjaan (Sebuah Penafsiran Al-Qur’an Terhadap Kata Fa’ala) Ali Thaufan Dwi Saputra
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin | Vol. 2 No. 1 June 2016
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ushuluna.v2i1.15175

Abstract

Bekerja (melakukan pekerjaan) sering kali dimaknai sebagai aktivitas yang mendapat balasan, upah atau gaji. Bagi masyarakat modern, bekerja (melakukan pekerjaan) selalu dikaitkan dengan berapa balasan upah dan gaji yang didapat atas sebuah pekerjaan. Dalam al-Qur’an, pekerjaan disebutkan dengan menggunakan beberapa kata, antara lain: fa’ala, kasaba, ‘amila. Tulisan ini berupaya menjelaskan  kata “bekerja” dalam al-Qur'an yang menggunakan kata fa'ala. Untuk itu, penulis melakukan penelusuran kata fa’ala dan sekaligus membaca konteks kata tersebut dalam suatu ayat. Guna mendapat pemahaman mendalam, penulis merujuk beberapa kitab tafsir. melalui pembacaan kata fa’ala dalam alQur’an, penulis berkesimpulan bahwa: balasan yang didapatkan oleh orang yang melakukan sebuah pekerjaan, tidak selalu dalam bentuk materi. Dalam banyak ayat dalam alQur’an, balasan atas sebuah pekerjaan –baik perbuatan buruk atau baik- akan diganjar Tuhan diakhirat kelak. Dan, balasan tersebut bukan dalam bentuk materi, tetapi nikmat Tuhan yang tidak tertandingi. Inilah cara pandang baru untuk memaknai sebuah pekerjaan.

Page 1 of 1 | Total Record : 8