cover
Contact Name
Pantjar Simatupang
Contact Email
jae.psekp@gmail.com
Phone
+62251-8333964
Journal Mail Official
jae.psekp@gmail.com
Editorial Address
Lt. III Gedung A. Kawasan Inovasi Pertanian Cimanggu Jl. Tentara Pelajar No. 3B, Kota Bogor 16111
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Agro Ekonomi
ISSN : 02169053     EISSN : 25411527     DOI : http://dx.doi.org/10.21082/
Core Subject : Agriculture,
Ruang lingkup dari Jurnal Agro Ekonomi adalah sosial ekonomi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 18, No 1 (1999): Jurnal Agro Ekonomi" : 7 Documents clear
Tinjauan Buku "Penyuluhan Pertanian: Kembali ke Dasar" Syahyuti, nFN
Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 1 (1999): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.912 KB)

Abstract

Analisis Komparatif Kebijakan Harga Provenue dan Tarif Impor Gula A. Husni Malian
Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 1 (1999): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (577.51 KB) | DOI: 10.21082/jae.v18n1.1999.14-36

Abstract

EnglishThe policy of 1999 sugar price provenue has been a controversial because it can not increase the welfare of sugar cane farmers. There are four main constraining factors in implementing this policy i.e.: (1) The sugar factories have no enough budget to buy the sugar farmers' share; (2) The appreciation of exchange rates will push down the import parity price, thus most of factories will encounter difficulties in selling their product; (3) There is still doubt for the policy makers to decide whether it will be beneficial to the producers or to the consumers; and ( 4) There is a pressure of various organizations which deal with the sugar agribusiness systems to change the pro venue price with the application of import tariff. Results of a comparative study analysis to both policies indicated that the application of sugar import tariff of 65 percents will increase the farmers' income higher than that of to the alternative food crop commodity. The tariff policy is also considered as a short term decision which is good for the present economic crisis only even though it will be apposed by the IMF.IndonesianKebijakan harga provenue gula 1999 telah menimbulkan kontroversi, karena di dalam kenyataannya tidak mampu meningkatkan kesejahteraan petani tebu. Ada empat faktor utama yang menjadi kendala dalam pelaksanaan kebijakan ini, yaitu: (1) Pabrik gula tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli gula bagian petani; (2) Penguatan nilai tukar rupiah akan mendorong penurunan harga paritas impor gula, sehingga sebagian besar pabrik gula akan mengalami kesulitan dalam menjual produknya tanpa merugi; (3) Masih ada keraguan dari para pengambil kebijakan untuk memilih, apakah akan berpihak kepada produsen atau kepada konsumen; dan (4) Adanya desakan dari berbagai organisasi yang berkecimpung dalam sistem agribisnis gula untuk mengganti kebijakan harga provenue dengan penerapan tarif impor. Hasil analisis komparatif terhadap kedua pilihan kebijakan tersebut menunjukkan bahwa penerapan tarif impor gula sebesar 65 persen akan meningkatkan penerimaan petani tebu pada tingkat yang lebih besar dibandingkan dengan komoditas alternatif tanaman pangan. Kebijakan tarif juga dipandang sebagai pilihan jangka pendek yang tepat dalam kondisi krisis ekonomi seperti saat ini, meskipun akan mendapat tantangan dari IMF.
Analisis Posisi Pasar dan Prospek Pemasaran Ekspor Udang Indonesia di Amerika Serikat (AS) Adi Setiyanto
Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 1 (1999): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (507.393 KB) | DOI: 10.21082/jae.v18n1.1999.37-55

Abstract

EnglishBlack tiger shrimp (Panaeus monodon) is one of important Indonesian exported commodities to United States (US). Per capita consumption of shrimp in US is about 1134 kg per year or equal to 450,000 tons per year. Export share of frozen shrimp from Indonesia to US is only 5 percent which is much lower than that of Thailand (31%), Equador (20%), and Mexico (13%). The competing shrimp exporters to US are China, India, Bangladesh, Panama, Venezuela, Philippines, Honduras and Taiwan. Constraining factors of Indonesian shrimp export to US are increased production of domestic shrimp in US, diversified products such as fresh or chilled shrimp and prepared shrimp. Indonesian shrimp exporters prefer Japan market to that of US due to higher price, simple export procedures, and rigidity of US import market such as TED, HACCP, Automatic Detention and FDA inspection. Indonesia is still potential to increase its shrimp export share to US through improving production capacities of all domestic shrimp producers.IndonesianUdang Windu (Panaeus monodon) memberikan kontribusi ekspor Indonesia dan masyarakat USA sangat menyukai udang. Konsumsi per kapita udang AS sekitar 1.134 kg per tahun (edible weight) atau sekitar 450 ribu ton per tahun. Potensi impor AS sekitar 340 ribu ton per tahun dan pengusaha Indonesia belum memanfaatkan hal itu. Pangsa pasar ekspor Indonesia di AS sekitar 5 persen, di bawah Thailand (31%), Equador (20%) dan Meksiko (13%). Pesaing-pesaing pasar utama Indonesia di AS lainnya adalah Cina, India, Bangladesh, Panama, Venezuela, Filipina, Honduras dan Taiwan. Sedangkan pesaing pasar potensial bagi Indonesia adalah Vietnam, Kanada, Myanmar, Srilangka dan Brazil. Ancaman pasar bagi ekspor udang beku Indonesia adalah peningkatan produksi udang dalam negeri AS, diversifikasi produk udang yaitu udang segar atau kupas dan udang dalam kaleng (prepared or preserved). Udang segar atau kupas pesaing pasar Indonesia masih udang yang berasal dari Thailand, Cina dan Vietnam, dan untuk udang dalam kaleng adalah udang yang berasal dari Thailand, Bangladesh, Cina, Vietnam, India dan Filipina. Eksportir udang Indonesia lebih menyukai pasar ekspor Jepang dibandingkan AS, karena harga yang lebih tinggi, prosedur ekspor yang mudah dan ketatnya kebijakan pemasaran dan impor AS khususnya terkait dengan TED, HACCP,Automatic Detention dan inspeksi dari FDA. Struktur ekspor udang Indonesia menunjukkan bahwa ekspor ke Jepang mencapai sekitar 81 persen dan ke AS hanya sekitar 5 persen. Saat ini, Indonesia mempunyai keunggulan komparatif perdagangan udang terhadap AS yang ditunjukkan dengan nilai ratio TSR 0,990- 1,000. Permintaan impor AS terhadap udang beku dari Indonesia diperkirakan akan meningkat hingga sekitar 15,49 ribu ton, dengan nilai sekitar US $ 200,97 juta dan harga sekitar US $ 12,97 per kg, pada tahun 2005 mendatang. Indonesia mempunyai peluang yang baik untuk meningkatkan kemampuan bersaing dan pangsa pasar udang beku di AS. Untuk meraih peluang itu, kebijakan operasional spesifik diperlukan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas petambak dan nelayan udang, koperasi dan usaha skala kecil menengah lainnya, karena saat ini mereka mempunyai kontribusi yang besar terhadap produksi dan ekspor udang Indonesia.
Tinjauan Metode Penelitian "Mengakomodasikan Aspek Politik ke dalam Model: Kasus Hipotetis Pir Tebu" Susila, Wayan R.
Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 1 (1999): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

EnglishPublic interest or public good phenomena are generally technical in nature but political in perspective. On the other hand, political aspects of the phenomena are often ignored or inadequately captured in analyses (models). As a result, the recommendations of this kind of study will be characterized by either ineffective policy research or misguided policy implications. To overcome this problems, the model used in a analysis should able to explicitly incorporate political aspects of the phenomena in the model. In response to this need, a multy party-multy objective model using STEP method is discussed in this paper. The discussions cover the theoretical framework and the solution technique of the model. Moreover, the use of the model to determine various agreements or rule in sugar-cane development scheme is also demonstrated to give a more comprehensive feature of the model.IndonesiaFenomena yang berkaitan dengan kepentingan umum atau komoditas umum pada dasarnya adalah masalah teknis namun mempunyai perspektif politik. Di sisi lain, masalah politik dari fenomena tersebut sering diabaikan atau ditangkap secara tidak memadai dalam analisis. Sebagai akibatnya, rekomendasi yang dihasilkan oleh analisis ini akan dicirikan oleh rekomendasi kebijakan yang tidak efektif atau implikasi kebijakan yang salah arah. Untuk mengatasi masalah ini, model analisis yang digunakan harus secara eksplisit mampu mengakomodasikan aspek politik dalam model. Sejalan dengan kebutuhan tersebut, multi party-multi objective model dengan menggunakan metode STEP akan didiskusikan dalam tulisan ini. Diskusi tersebut akan mencakup kerangka berfikir serta teknik solusi model tersebut. Penggunaan model tersebut untuk menentukan beberapa kesepakatan atau aturan dalam pola pengembangan tebu juga ditujukan dalam tulisan ini guna memberi gambaran yang lebih lengkap mengenai model tersebut.
Peri-Urban Agriculture in Jakarta Siregar, Masdjidin
Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 1 (1999): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jae.v18n1.1999.67-81

Abstract

IndonesianTulisan ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan pertanian pinggiran perkotaan di Jakarta dengan perhatian khusus pada usaha tani sayuran. Usaha tani sayuran pinggiran perkotaan ternyata dilakukan secara intensif jika dilihat dari segi intensitas pertanaman dan penggunaan input. Usaha tani yang memanfaatkan berbagai macam lahan tidur ini memberikan sumbangan kesempatan kerja dan pendapatan yang cukup berarti bagi para migran dari pedesaan. Tetapi, karena usaha tani ini menggunakan lahan tidur yang kelak akan digunakan untuk keperluan nonpertanian, maka prospek usaha tani sayuran di sekitar Jakarta ini masih belum jelas. Pemikiran kearah mencari alternatif lahan untuk usaha tani sayuran pinggiran perkotaan ini sangat diperlukan. Selama masih bertahan, usaha tani ini perlu mendapat perhatian terutama dalam hal kredit, penelitian dan penyuluhan. Kredit diperlukan karena usaha tani ini menggunakan input pestisida dan pupuk yang harganya meningkat dalam krisis ekonomi sekarang ini. Penelitian dan penyuluhan dalam hal pengendalian hama terpadu (PHT) sangat diperlukan untuk mengurangi biaya produksi dan dampak lingkungan serta dampak kesehatan konsumen.EnglishThis paper describes peri-urban agriculture in Jakarta with a special case of leafy vegetable agriculture. It is an intensive agriculture since it uses high inputs while its cropping intensity is also high. It uses many types of 'idle land' and provides employment and income for migrants coming from rural areas. Since it uses currently idle non- agricultural land, the prospect of such agriculture is not clear. Therefore, it is necessary that the Government find alternative lands for the cultivators. As long as the leafy vegetable production exists, it needs assistance in credit, extension, and research. Credit is required because the prices of chemicals are going up due to the economic crisis. Research and extension in integrated pest management are essential to reduce production costs and environmental as well as consumer health impacts.
Pengaruh Kausalitas Antara Ekspor Pertanian dan PDB Pertanian Masdjidin Siregar
Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 1 (1999): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jae.v18n1.1999.1-13

Abstract

EnglishThe major objective of this paper is to investigate the causal relationship between agricultural export and output (GDP) by applying causality tests to the data set gathered from World Tables and various sources from BPS. It is inferred from the analysis that agricultural export did affect agricultural GDP for the period of 1969-97, but the effect was not so strong. Conversely, the growth of agricultural output did not at all affect agricultural export in that period. This is because Indonesia, characterized by a large population, absorbed most agricultural output for domestic market. Any effort to increase agricultural output should of course be encouraged since it potentially increases agricultural GDP.IndonesianTujuan makalah ini adalah untuk menganalisis kausalitas antara ekspor pertanian dan output (PDB) pertanian dengan cara mengaplikasikan metode analisis kausalitas terhadap data yang diperoleh dari World Tables dan berbagai sumber BPS. Disimpulkan dari analisis ini bahwa pertumbuhan ekspor pertanian mempengaruhi pertumbuhan PDB pertanian dalam periode 1969-97, tetapi pengaruhnya relatif kecil. Sebaliknya, pertumbuhan PDB pertanian tidak mempengaruhi pertumbuhan ekspor pertanian dalam periode tersebut. Hal ini disebabkan karena Indonesia sebagai negara besar dalam populasi merupakan pasar domestik yang menyerap sebagian besar output pertaniannya. Ekspor pertanian perlu dikembangkan karena secara potensial dapat meningkatkan PDB pertanian.
Risiko Sebagai Determinan Produksi Usaha Tani Padi: Suatu Penemuan di Tiga Wilayah Agroekosistem Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu Aman Djauhari; Budiman Hutabarat
Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 1 (1999): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jae.v18n1.1999.56-66

Abstract

EnglishProduction risk is always found in every agricultural production process. Risk which is defined as probability of economic lost for a production decision maker to use a certain strategy of production process will always be one of the factors to be considered. A risk measurement study of rice farming in three ecosystems in Jambi, South Sumatera and Bengkulu was conducted in financial year of 1996/1997, to support the food crop production out of Java program.  A simple model that can use a normal tested distribution of crop cut yield of rice was used. Results show that in tidal swamp ecosystem the probability of lost was very small (<1 ,5%) in irrigation was larger (<3,5%), while in upland situation was largest (20%). The potential lost depends upon the probability if production falls below the break even yield and cash expenditure. In current state of art, the tidal swamp ecosystem shows the production risk amount about Rp 73,000 each hectare, in irrigation ecosystem Rp 294,000 each hectare and upland ecosystem Rp 268,000 each hectare. Analysis of each technology separately was suggested. High risk in upland ecosystem makes the rice farming not so dependable, many farmers supplement it with other non farm job and substituted with other more profitable crops. It is suggested that in irrigation scheme a more timely water management and adoption of more early maturing high yielding varieties in the down stream.IndonesianRisiko produksi selalu ada pada setiap usaha tani pertanian. Risiko yang diterjemahkan dengan peluang merugi bagi pengambil keputusan untuk mengadopsi suatu strategi proses produksi akan selalu menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan. Suatu studi pengukuran risiko pada usaha tani padi di tiga ekosistem di Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu telah diadakan pada tahun 1996/1997 untuk mendukung program perluasan produksi tanaman pangan ke luar Jawa. Suatu model yang mudah memanfaatkan sebaran normal dari hasil ubinan digunakan dalam pengukuran risiko pada usaha tani. Pada ekosistem pasang surut menunjukkan peluang yang kecil (1,5%) pada ekosistem irigasi peluang merugi lebih besar (< 4 %) dan pada ekosistem ladang peluang merugi terbesar (20%). Besarnya potensi merugi sangat tergantung kepada potensi produktivitas di bawah produksi impas dan besarnya biaya tunai. Pada situasi sekarang maka di ekosistem pasang surut dapat mencapai Rp.73.000 tiap hektar, di ekosistem sawah irigasi dapat mencapai antara Rp.294.000- Rp.562.000 tiap hektar dan di ekosistem ladang dapat mencapai Rp.268.000. Analisis menurut karakteristik teknologi masing-masing dianjurkan. Risiko yang tinggi pada ekosistem ladang menjadikan usaha tani padi bukan usaha tumpuan, disuplemen dengan usaha lain dan banyak petani mengganti dengan tanaman lain yang lebih menguntungkan. Implikasi kebijaksanaan pada daerah irigasi ialah pengaturan air yang lebih mantap dan adopsi jenis unggul yang lebih sesuai (genjah) terutama daerah pelayanan hilir.

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

1999 1999


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2021): Jurnal Agro Ekonomi: IN PRESS Vol 39, No 1 (2021): Jurnal Agro Ekonomi Vol 38, No 2 (2020): Jurnal Agro Ekonomi Vol 38, No 1 (2020): Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 2 (2019): Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 1 (2019): Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 2 (2018): Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 1 (2018): Jurnal Agro Ekonomi Vol 35, No 2 (2017): Jurnal Agro Ekonomi Vol 35, No 1 (2017): Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 2 (2016): Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 1 (2016): Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 2 (2015): Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 1 (2015): Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 2 (2014): Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 1 (2014): Jurnal Agro Ekonomi Vol 31, No 2 (2013): Jurnal Agro Ekonomi Vol 31, No 1 (2013): Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 2 (2012): Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 1 (2012): Jurnal Agro Ekonomi Vol 29, No 2 (2011): Jurnal Agro Ekonomi Vol 29, No 1 (2011): Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 2 (2010): Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 1 (2010): Jurnal Agro Ekonomi Vol 27, No 2 (2009): Jurnal Agro Ekonomi Vol 27, No 1 (2009): Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 2 (2008): Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 1 (2008): Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 2 (2007): Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 1 (2007): Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 2 (2006): Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 1 (2006): Jurnal Agro Ekonomi Vol 23, No 2 (2005): Jurnal Agro Ekonomi Vol 23, No 1 (2005): Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 2 (2004): Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 1 (2004): Jurnal Agro Ekonomi Vol 21, No 2 (2003): Jurnal Agro Ekonomi Vol 21, No 1 (2003): Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 2 (2002): Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 1 (2002): Jurnal Agro Ekonomi Vol 19, No 2 (2001): Jurnal Agro Ekonomi Vol 19, No 1 (2001): Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 2 (1999): Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 1 (1999): Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 2 (1998): Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 1 (1998): Jurnal Agro Ekonomi Vol 16, No 1-2 (1997): Jurnal Agro Ekonomi Vol 15, No 2 (1996): Jurnal Agro Ekonomi Vol 15, No 1 (1996): Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 2 (1995): Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 1 (1995): Jurnal Agro Ekonomi Vol 13, No 2 (1994): Jurnal Agro Ekonomi Vol 13, No 1 (1994): Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 2 (1993): Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 1 (1993): Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 2 (1992): Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 1 (1992): Jurnal Agro Ekonomi Vol 10, No 1-2 (1991): Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 2 (1990): Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 1 (1990): Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 2 (1989): Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 1 (1989): Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 2 (1988): Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 1 (1988): Jurnal Agro Ekonomi Vol 6, No 1-2 (1987): Jurnal Agro Ekonomi Vol 5, No 2 (1986): Jurnal Agro Ekonomi Vol 5, No 1 (1986): Jurnal Agro Ekonomi Vol 4, No 2 (1985): Jurnal Agro Ekonomi Vol 4, No 1 (1985): Jurnal Agro Ekonomi Vol 3, No 2 (1984): Jurnal Agro Ekonomi Vol 3, No 1 (1983): Jurnal Agro Ekonomi Vol 2, No 1 (1982): Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 2 (1982): Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 1 (1981): Jurnal Agro Ekonomi More Issue