cover
Contact Name
Pantjar Simatupang
Contact Email
jae.psekp@gmail.com
Phone
+62251-8333964
Journal Mail Official
jae.psekp@gmail.com
Editorial Address
Lt. III Gedung A. Kawasan Inovasi Pertanian Cimanggu Jl. Tentara Pelajar No. 3B, Kota Bogor 16111
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Agro Ekonomi
ISSN : 02169053     EISSN : 25411527     DOI : http://dx.doi.org/10.21082/
Core Subject : Agriculture,
Ruang lingkup dari Jurnal Agro Ekonomi adalah sosial ekonomi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan
Articles 391 Documents
The Impact of Migration on the Rice Household Economy: A Case Study in Central Java, Indonesia Wardana, I. P.; Luis, J. S.; Paris, T.
Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 1 (2008): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.728 KB) | DOI: 10.21082/jae.v26n1.2008.1-20

Abstract

IndonesianPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari dampak migrasi pria dan wanita terhadap kehidupan dan pemberdayaan wanita. Survei formal dilakukan pada 12 desa dari 4 kabupaten dan mencakup 7 desa sawah tadah hujan dan 5 desa sawah irigasi. Responden yang diwawancarai dalam survei terdiri dari 297 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa migrasi jangka panjang kebanyakan dengan tujuan luar negeri dan migrasi musiman kebanyakan dengan tujuan kota atau desa terdekat. Migran kebanyakan berasal dari rumah tangga dengan kepemilikan sawah kurang dari 0,25 hektar. Migran jangka panjang didominasi oleh anak laki-laki dan migran musiman didominasi oleh suami dan anak laki-laki. Tujuan dari migrasi jangka panjang adalah luar negeri sedangkan migrasi musiman adalah kota-kota di Jawa. Migran jangka panjang maupun musiman kebanyakan bekerja sebagai buruh bangunan. Penghasilan dari migran jangka panjang dan musiman berkisar 30-50 persen dari pendapatan rumah tangga. Migrasi berdampak negatif terhadap produksi padi di lahan irigasi berupa kelangkaan tenaga kerja. Akan tetapi, migrasi sangat penting bagi peningkatan pendapatan rumah tangga karena kontribusinya cukup besar. Ukuran rumah tangga, usia istri, dan aset rumah tangga berpengaruh positif terhadap kejadian migrasi, sedangkan usia suami, pendidikan suami, kepemilikan lahan, dan tenaga kerja upahan berpengaruh negatif terhadap kejadian migrasi.EnglishThis study aimed at assessing the impact of male and female migration on women empowerment and livelihood. Formal survey was conducted at 12 villages in four districts including 7 villages of rainfed and 5 villages of irrigated lowland areas. Two hundred and ninety seven of respondents were interviewed during the survey. Results of the study showed that prevalent migration is mostly long-term for international and seasonal for rural to rural/city migration. Distribution of household with migrant is dominated by those with land ownership size less than 0.25 hectare. Long-term migrants are mostly son of the family while seasonal migrants are both son and husband. Destination of permanent migrant is foreign countries while seasonal migrant works in cities of Java. Occupation of permanent and seasonal migrant is mostly as construction worker. Remittances of permanent and seasonal migrant is ranging from 30-50 percent of total household income. Migration has more prevalent negative effect on the production in irrigated environment because of the scarcity of labor. However, migration is important in household income because of the contribution of remittances. Household size, age of wife and household durables have positive effect on migration while age of husband, education of husband, size of land holding and hired labor have negative effect.
Pendugaan Permintaan Pangan Utama di Indonesia: Penerapan Model Almost Ideal Demand System (AIDS) dengan Data Susenas 1990 Rachmat, Muchjidin; Erwidodo, nFN
Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 2 (1993): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (748.288 KB) | DOI: 10.21082/jae.v12n2.1993.24-38

Abstract

This paper aims at presenting the estimation results of an Almost Ideal Demand System (AIDS) for main food namely, rice, corn, soybeans, sugar and other, using 1990's SUSENAS data. In addition to estimating the parameter from the pooled data, the demand parameters were also estimated regionally (urban and rural separately) as well as from household's income perspective. Moreover, the estimation was also undertaken using both individual household and group of household in particular block census as a sample unit. The results reveal that the budget share of rice is more than 80 percent of the total budget expenditure for food, very much higher compared to the budget share of corn (14.6%), sugar (12.6%), soybeans (2.2%) and other food (5.8%). Own price elasticity of rice is the highest among other food, that is 0.76, followed by corn (0.55), and sugar (0.54). Demand for food in rural area, with the exception for sugar, is more elastic than that in urban area. In general, there is a somewhat difference on demand elasticities between income groups. The results also show that the income elasticity of demand for food is elastic enough, indicating that the demand for food in the near future is expected to increase with the increases on household's income.
Analisis Kendala Penawaran dan Kebijakan Revitalisasi Produksi Padi Maulana, Mohamad; Syafa’at, Nizwar; Simatupang, Pantjar
Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 2 (2006): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.358 KB) | DOI: 10.21082/jae.v24n2.2006.207-230

Abstract

EnglishDecreasing and decelerating production capacity of paddy have caused decreasing of estate capacity in food supply. This paper aims at describing production overview, problems and policy options to increase paddy production. Analysis methods uses in this study are cross tabulation and econometric model for projection. The results show that decreasing of paddy production growth rate was affected by: (a) decreasing of paddy’s planted/harvested? area, especially in Java and (b) stagnation or decreasing of land productivity. Based on historical tendency, and when the revitalization program of national rice industry is not effective, projection result shows that rice production will have negative growth rate during the period of 2006-2010 and import will increase during the same period. Government policy to increase production capacity in rice industry should be oriented to shift from price policy to focus on increasing capacity of production, i.e., (a) rehabilitation and extensification in irrigation infrastructure, (b) expansion of new land for paddy, and (c) acceleration of technology innovation, including revitalization of research and development and dissemination of agriculture innovation system along with deregulation and creation of conducive environment for private investors.IndonesianPenurunan dan deselarasi kapasitas produksi padi telah menyebabkan kemampuan negara dalam menyediakan pangan menurun. Kajian ini bertujuan untuk menyajikan dinamika produksi, masalah dan kendala, serta opsi kebijakan peningkatan produksi padi. Metode analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah tabulasi silang dan model ekonometrika untuk menduga fungsi penawaran. Hasil analisis menunjukkan kecenderungan penurunan laju pertumbuhan produksi padi adalah akibat dari kombinasi: (a) penurunan luas baku lahan sawah, khususnya di Jawa, dan (b) kemandekan, bahkan penurunan produktivitas lahan. Berdasarkan kecenderungan historis dan bila program revitalisasi industri perberasan nasional tidak efektif, diperkirakan produksi beras akan mengalami pertumbuhan negatif pada periode tahun 2006-2010 dan Indonesia akan terpaksa mengimpor beras dalam jumlah yang semakin besar. Kebijakan pemerintah dalam meningkatan kapasitas produksi industri perberasan nasional harus diorientasikan dari fokus kebijakan harga ke peningkatan kapasitas produksi, melalui: (a) rehabilitasi dan ekstensifikasi infrastruktur irigasi; (b) pembukaan lahan sawah baru; dan (c) memacu inovasi teknologi, termasuk revitalisasi sistem penelitian dan pengembangan pertanian serta sistem diseminasi inovasi pertanian dengan deregulasi dan penciptaan iklim kondusif bagi investor swasta.
Efisiensi Teknis Usaha Tani Bawang Putih Pola Tumpang Sari di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah Rahmawati, Fattiyah; Jamhari, nFN
Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 2 (2018): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.086 KB) | DOI: 10.21082/jae.v36n2.2018.135-147

Abstract

EnglishConsumption of garlic in Indonesia continues to increase. An effort for increasing production to meet the increasing need is by increasing efficiency. This study was aimed to determine the factors that influence production, the level of technical efficiency, and the factors that affect technical inefficiency in the intercropping garlic farming in Karanganyar Regency. The study was conducted in April 2018. Regional sampling was done using multistage cluster sampling method. Sampling of farmers was done by simple random sampling method, with a total of 60 farmers. Analysis of factors that influence production using the OLS method, technical efficiency using Stochastic Frontier analysis with the MLE method. Results showed that the production of garlic with intercropping pattern in Karanganyar Regency was influenced by the land, the quantity of seeds and liquid pesticides. Garlic farming with intercropping pattern in Karanganyar Regency was not technically efficient. Factors that reduce technical inefficiency were age, farmer experience, and training. Production of garlic in Karanganyar Regency can be increased by increasing land area, increasing the quantity of seeds, and reduce the quantity of liquid pesticides. Technical efficiency can be improved through providing training for farmers.IndonesianKonsumsi bawang putih di Indonesia terus mengalami peningkatan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi guna memenuhi peningkatan kebutuhan tersebut adalah dengan cara meningkatkan efisiensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi produksi, tingkat efisiensi teknis, dan faktor-faktor yang memengaruhi inefisiensi teknis pada usaha tani bawang putih pola tumpang sari di Kabupaten Karanganyar. Penelitian dilakukan pada bulan April 2018. Pengambilan sampel daerah dilakukan dengan metode multistage cluster sampling. Pengambilan sampel petani dilakukan dengan metode simple random sampling, dengan jumlah 60 petani. Analisis faktor yang memengaruhi produksi menggunakan metode OLS, efisiensi teknis menggunakan analisis stochastic frontier dengan metode MLE. Hasil analisis menunjukkan bahwa produksi bawang putih pola tumpang sari di Kabupaten Karanganyar dipengaruhi oleh luas lahan, jumlah benih, dan pestisida cair. Usaha tani bawang putih pola tumpang sari di Kabupaten Karanganyar belum efisien secara teknis. Faktor yang menurunkan inefisiensi teknis adalah umur, pengalaman petani, dan pelatihan. Peningkatan produksi bawang putih di Kabupaten Karanganyar dapat dilakukan dengan penambahan luas lahan, peningkatan penggunaan jumlah benih, dan mengurangi penggunaan pestisida cair. Efisiensi teknis dapat ditingkatkan melalui pemberian pelatihan bagi petani.
Biaya Pengurangan Marginal Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Pertanian Ariani, Miranti; Setyanto, P.; Ardiansyah, M.
Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 2 (2015): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (661.623 KB) | DOI: 10.21082/jae.v33n2.2015.107-120

Abstract

EnglishGreenhouse gases (GHG) concentration in the atmosphere significantly increases with the annual average increase on the past decade (2005-2014) is 2.1 ppm. Today’s concentration is 403 ppm, while the upper safety limit for atmospheric CO2 is 350 ppm. This rising concentration mainly affects global warming and climate change. This study aims to analyze mitigation options in paddy field management that may be conducted through a marginal abatement (MAC) approach by selecting mitigation actions with low cost and high potential emission decrease. This analysis was carried out using the Net Present Value (NPV). Locations were selected purposively in Grobogan Regency, Central Java Province, and East Tanjung Jabung Regency, Jambi Province, in 2013. Data collected consisted of GHG emissions baseline estimate, costs of production and total revenue. Baseline emission was computed using the appropriate approach of 2006 IPCC Guidelines. Data were analyzed using both quantitative and qualitative descriptive methods. The results showed that abatement cost to reduce 1 tCO2e in Grobogan Regency from the lowest to highest were low methane rice variety with the cost of Rp106/tCO2e, intermittent irrigation (Rp124/tCO2e), direct seeded rice (Rp657/tCO2e) and shifting between urea granules with urea tablets (Rp3,582/tCO2e). Meanwhile in East Tanjung Jabung Regency, the lowest to highest costs were compost for amelioration (Rp163/tCO2e), farmyard manure for amelioration (Rp456/tCO2e), direct seeded (Rp504/tCO2e) and interaction between no tillage+direct seeded rice (Rp608/tCO2e). These costs did not include tax, transport and other social costs.IndonesianKonsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer saat ini mengalami peningkatan dengan kenaikan rata-rata tahunan sebesar 2,1 ppm selama sepuluh tahun terakhir. Saat ini konsentrasinya mencapai nilai 403 ppm, sementara batas atas konsentrasi CO2 aman bagi atmosfer bumi adalah 350 ppm. Peningkatan ini menyebabkan adanya pemanasan bumi secara global dan perubahan iklim. Penelitian ini bertujuan menganalisis opsi-opsi mitigasi pada pengelolaan lahan sawah yang mungkin dilakukan dengan menggunakan pendekatan marginal abatement cost atau biaya pengurangan emisi yang berprinsip pada pemilihan teknologi mitigasi dengan biaya rendah dan potensi penurunan emisi yang besar. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan net present value (NPV). Lokasi penelitian dipilih secara purposive, yaitu di Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah; dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, pada tahun 2013. Data yang dikumpulkan, yaitu data aktivitas untuk perhitungan baseline emisi GRK serta data usaha tani yang meliputi semua biaya produksi dan penerimaan. Baseline emisi dihitung dengan menggunakan pendekatan sesuai IPCC Guideline 2006. Hasil penelitian menunjukkan biaya tambahan yang diperlukan untuk menurunkan emisi 1 tCO2e di Kabupaten Grobogan dari yang terendah sampai tertinggi, yaitu teknologi varietas rendah emisi sebesar Rp106/tCO2e, teknologi pengairan berselang sebesar Rp124/tCO2e, teknologi tanam benih langsung sebesar Rp657/tCO2e, dan penggantian urea prill dengan urea tablet sebesar Rp3.582/tCO2e. Sementara, di Kabupaten Tanjung Jabung Timur biaya tambahan terendah sampai tertinggi, yaitu teknologi ameliorasi dengan kompos sebesar Rp163/tCO2e; ameliorasi dengan pupuk kandang sebesar Rp456/tCO2e; teknologi tanam benih langsung sebesar Rp504/tCO2e; dan interaksi antara tanpa olah tanah+tanam benih langsung sebesar Rp608/tCO2e. Biaya ini tidak termasuk pajak, biaya transpor, dan biaya-biaya sosial.
Perkiraan Dampak "Tragedi Bali 12 Oktober 2002" Terhadap Sektor Pertanian Simatupang, Pantjar; Syafa’at, Nizwar; Dermoredjo, Saktyanu K.
Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 2 (2002): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.544 KB) | DOI: 10.21082/jae.v20n2.2002.24-39

Abstract

English"Bali Tragedy" incident was an international security-politic turbulence, so that it became a disturbing factor toward national economy, especially in Bali and its surroundings. The most directly affected sectors by "Bali Tragedy" were sectors which had high external dependency and also sensitive to security and politic stability, such as tourism, rupiah value, capital market, investment, and international trade. The direct impacts then affected other sectors so that all sectors and regions were also affected. The results of the analysis by using Input-Output model show that "Bali Tragedy" caused national Gross Domestic Product (GOP) decrease by 0.30 up to 3.70 percent from the target of 4 percent, so that the GOP was only about 3.26 up to 3.70 percent in 2002. The potential impacts on agricultural sector was assessed to decre~se its growth rate by 0.65 up to 0.26 percent from of the target of 1.08 percent, so that it was only about 0.42 up to 0.82 percent in 2002. The most severely hit subsector was livestock, especially slaughtering. In 2003, "Bali Tragedy" is anticipated to decrease the growth rate of national GOP by 0. 89 up to 1.48 percent from the target of 5 percent, become only about 3.5 up to 4 percent The impacts on agricultural sector is estimated to cause the decrease of its growth rate by 0. 78 up to 1. 31 percent from the target of 1. 35, become 0.04 up to 0.56 percent in 2003. The results of the analysis recommend that the government should prioritize tourism sector recovery after Bali bomb tragedy.Indonesianlnsiden "Tragedi Bali" merupakan gejolak keamanan-politik berdimensi internasional sehingga menjadi faktor disturban terhadap perekonomian nasional, utamanya di Bali dan sekitarnya. Sektor-sektor yang paling langsung dan paling terpengaruh oleh "Tragedi Bali" tersebut ialah sektor yang paling tinggi tingkat ketergantungan eksternalnya (high external dependency) dan peka pula terhadap stabilitas keamanan dan politik seperti: pariwisata, nilai rupiah, pasar modal, investasi dan perdagangan internasional. Dampak langsung tersebut selanjutnya merambat dan menyebar ke sektor-sektor lain sehingga seluruh sektor dan kawasan turut terpengaruh. Hasil analisis dengan menggunakan model Input-Output menunjukkan bahwa "Tragedi Bali" mengakibatkan laju pertumbuhan ekonomi (GDP) nasional pada tahun 2002 menurun sekitar 0,30 persen hingga 0,74 persen dari target 4 persen, sehingga menjadi sekitar 3,26 persen hingga 3, 70 persen. Dampak potensial terhadap sektor Pertanian dan Peternakan diperkirakan menyebabkan laju pertumbuhan menurun antara 0,65 persen hingga 0,26 persen dari target 1,08 persen, sehingga menjadi sekitar 0,42 persen hingga 0,82 persen pada tahun 2002. Subsektor yang paling terpukul ialah Peternakan utamanya usaha pemotongan hewan. Pada tahun 2003, "Tragedi Bali" diperkirakan akan menyebabkan laju pertumbuhan GOP nasional menurun antara 0,89 persen hingga 1 ,48 persen dari target 5 persen sehingga menjadi sekitar 3,5 persen hingga 4 persen. Dampak terhadap sektor Pertanian dan Peternakan pada tahun 2003, diperkirakan dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan antara 0.78 persen hingga 1,31 persen dari target 1, 35 persen sehingga menjadi antara 0,04 persen hingga 0,56 persen. Hasil analisis ini merekomendasikan agar pemerintah segera memulihkan sektor parawisata akibat tragedi bom Bali.
International Demand for Palm Oil Estimated Within a Fats and Oils Demand System Suryana, Achmad
Jurnal Agro Ekonomi Vol 6, No 1-2 (1987): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (815.838 KB) | DOI: 10.21082/jae.v6n1-2.1987.67-82

Abstract

IndonesianSistim permintaan untuk minyak nabati dan hewani bagi tiga pasar internasional utama dan dua negara produsen diduga dengan model Almost Ideal Demand System (AIDS). Pembahasan dititikberatkan pada hasil pendugaan untuk sistem permintaan rninyak nabati dan hewani bagi MEE karena kawasan ini merupakan pasar ekspor yang paling penting bagi minyak sawit Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa kecuali di Amerika Serikat, permintaan untuk minyak sawit di pasar internasional adalah inelastis. Telaahan ini juga menunjukkan hubungan antara minyak-minyak nabati dan hewani tidak saja bersifat substitusi tetapi antara beberapa minyak tersebut terjadi juga hubungan yang komplementer. Negara-negara yang termasuk ke dalam analisis ini adalah MEE, Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, dan Indonesia. Sebelas macam minyak nabati dan hewani yang termasuk ke dalam analisis ini adalah lard, edible tallow, minyak-minyak sawit, kelapa, kedelai, biji kapas, biji rape, biji bunga matahari, zaitun, jagung, dan ikan.EnglishDemand systems for fats and oils of three major international markets and two producing countries are estimated using the Almost Ideal Demand System (AIDS). Discussion is focused on the results of the EEC demand system because this region is the most important market for Indonesian palm oil. Results of the analysis indicate that except for the United States, demand elasticities for palm oil in international markets are inelastic; and the relationships among fats and oils are not only as substitutes, but for certain oils there are also as complements. Countries included in this analysis are the EEC, the United States, Japan, Malaysia, and Indonesia. Eleven fats and oils are analyzed, namely lard, edible tallow, palm, coconut, soybean, cottonseed, rapeseed, olive, sunflower seed, com, and fish oils.
Efisiensi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Gabungan Kelompok Tani dalam Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan: Studi Kasus di Kabupaten Bantul Tahun 2012 Saleh, Yopi; Mulyo, Jangkung Handoyo; Waluyati, Lestari Rahayu
Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 2 (2012): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.277 KB) | DOI: 10.21082/jae.v30n2.2012.129-144

Abstract

EnglishPolicy to concert Rural Agribusiness Development (PUAP) into Microfinance Institutions for Agribusiness (MFI-A) is a strategic movement in Ministry of Agriculture to solve the finance constraint of small-scale farmers and farm labor. This paper aims to analyze efficiency level of MFI-A of the Farmer Group Association (Gapoktan) and to identify the factors influencing efficiency of MFI-A Gapoktan in Bantul Regency involving 65 MFI-As from March until June 2012. The research applies DEA (Data Envelopment Analysis) approach using the assumption of constant return to scale (CRS) and variable return to scale (VRS) with output oriented to measure the efficiency score of each observed MFI-A. This research also employs an Ordinary Least Squares (OLS) regression. Based on DEA-CRS CCR as many as 19 MFI-As (29.23%) are efficient, while based on DEA-VRS BCC total of 33 MFI-As (50,77%) are efficient. Manager’s education level, age of MFI-A, time of service, and number of administrators significantly influence efficiency of MFI-A. IndonesianKebijakan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) menjadi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan langkah strategis Kementerian Pertanian untuk menyelesaikan persoalan pembiayaan petani skala mikro dan buruh tani yang jumlahnya cukup besar di perdesaan. Tujuan kajian ini untuk menganalisis tingkat efisiensi LKM-A gabungan kelompok tani (gapoktan) PUAP di Kabupaten Bantul dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi efisiensi LKM-A Gapoktan PUAP di Kabupaten Bantul. Penelitian dilakukan pada 65 LKM-A gapoktan PUAP di Kabupaten Bantul pada bulan Maret-Juni 2012. Metode penelitian menggunakan pendekatan analisis DEA (Data Envelopment Analysis) asumsi constant return to scale (CRS), dan variable return to scale (VRS) dengan output oriented digunakan untuk mengukur skor efisiensi dari masing-masing LKM-A yang diamati. Selanjutnya penelitian ini menggunakan analisis regresi Ordinary Least Squares (OLS) untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi efisiensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari perhitungan DEA-CRS versi CCR, sebanyak 19 LKM-A (29,23%) telah efisien, sedangkan dengan perhitungan DEA-VRS versi BCC terdapat sebanyak 33 LKM-A (50,77%) efisien. Tingkat pendidikan manajer, umur LKM-A, waktu pelayanan dan jumlah pengelola memiliki pengaruh dan nyata terhadap efisiensi LKM-A, sedangkan metode pinjaman dan sistem pembiayaan LKM-A tidak berpengaruh secara nyata terhadap efisiensi LKM-A gapoktan PUAP di Kabupaten Bantul.
Determinan Adopsi Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) dalam Pengkajian Sutpa (Kasus SUTPA di Propinsi Jawa Timur dan Lampung) Hendayana, Rachmat; Saliem, Handewi P.
Jurnal Agro Ekonomi Vol 16, No 1-2 (1997): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.073 KB) | DOI: 10.21082/jae.v16n1-2.1997.61-75

Abstract

The research was undertaken on Direct Seeded Rice technology (Tabela) performance, particularly to test relevant factors affecting adoption of direct seeded rice. It was conducted in Lampung and East Java. The analysis of 120 agribusiness oriented rice based farming system (SUTPA) cooperator farmers was conducted by using logit model. The result shows that technology have the comparative advantage than transplanting metode in rice cultivation. Adoption of direct seeded rice influenced significantly by land ownership, cost of planting and maintenance, planting season, researcher or extention worker guidance and location. Based on the result, the Tabela technology is suitable to be developed in the region where there is a shortage of agricultural labor occure. It reduces labor and cost for planting and maintenanace which increase income of the farmers. However, the sosialization of direct seeded rice technology is still needed guidance from researcher and extension workers.
Tipologi Kecamatan Berdasarkan Beberapa Aspek Ketenagakerjaan Kasus Propinsi Jawa Timur Taryoto, Andin H.
Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 2 (1982): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.387 KB) | DOI: 10.21082/jae.v1n2.1982.28-49

Abstract

IndonesianKonsep Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) merupakan salah satu bentuk nyata dari usaha untuk menjadikan desa sebagai subyek pembangunan. Dengan UDKP, pembangunan di tingkat kecamatan dapat dianggap sebagai suatu sistem yang efektif dan efisien untuk mengembangkan seluruh desa dalam UDKP yang bersangkutan secara komprehensif dan terkoordinir. Kajian secara lebih mendalam tentang keadaan dan potensi kecamatan dengan demikian dianggap perlu untuk dilakukan. Tulisan ini mencoba menggambarkan hal itu, dengan tekanan pada beberapa aspek-aspek ketenagakerjaan di kecamatan-kecamatan Jawa Timur sebagai daerah penelitian. Studi kemudian dilanjutkan dengan penetapan tipologi kecamatan-kecamatan tersebut berdasarkan aspek-aspek ketenagakerjaan itu, dengan menggunakan Factor Analysis sebagai alat analisanya. Tipologi diharapkan dapat menjadi dasar kebijaksanaan yang dapat mencerminkan tindak pemerataan pembangunan beserta hasil-hasilnya.

Page 1 of 40 | Total Record : 391


Filter by Year

1981 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2021): Jurnal Agro Ekonomi: IN PRESS Vol 39, No 1 (2021): Jurnal Agro Ekonomi Vol 38, No 2 (2020): Jurnal Agro Ekonomi Vol 38, No 1 (2020): Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 2 (2019): Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 1 (2019): Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 2 (2018): Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 1 (2018): Jurnal Agro Ekonomi Vol 35, No 2 (2017): Jurnal Agro Ekonomi Vol 35, No 1 (2017): Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 2 (2016): Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 1 (2016): Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 2 (2015): Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 1 (2015): Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 2 (2014): Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 1 (2014): Jurnal Agro Ekonomi Vol 31, No 2 (2013): Jurnal Agro Ekonomi Vol 31, No 1 (2013): Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 2 (2012): Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 1 (2012): Jurnal Agro Ekonomi Vol 29, No 2 (2011): Jurnal Agro Ekonomi Vol 29, No 1 (2011): Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 2 (2010): Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 1 (2010): Jurnal Agro Ekonomi Vol 27, No 2 (2009): Jurnal Agro Ekonomi Vol 27, No 1 (2009): Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 2 (2008): Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 1 (2008): Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 2 (2007): Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 1 (2007): Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 2 (2006): Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 1 (2006): Jurnal Agro Ekonomi Vol 23, No 2 (2005): Jurnal Agro Ekonomi Vol 23, No 1 (2005): Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 2 (2004): Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 1 (2004): Jurnal Agro Ekonomi Vol 21, No 2 (2003): Jurnal Agro Ekonomi Vol 21, No 1 (2003): Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 2 (2002): Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 1 (2002): Jurnal Agro Ekonomi Vol 19, No 2 (2001): Jurnal Agro Ekonomi Vol 19, No 1 (2001): Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 2 (1999): Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 1 (1999): Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 2 (1998): Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 1 (1998): Jurnal Agro Ekonomi Vol 16, No 1-2 (1997): Jurnal Agro Ekonomi Vol 15, No 2 (1996): Jurnal Agro Ekonomi Vol 15, No 1 (1996): Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 2 (1995): Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 1 (1995): Jurnal Agro Ekonomi Vol 13, No 2 (1994): Jurnal Agro Ekonomi Vol 13, No 1 (1994): Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 2 (1993): Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 1 (1993): Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 2 (1992): Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 1 (1992): Jurnal Agro Ekonomi Vol 10, No 1-2 (1991): Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 2 (1990): Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 1 (1990): Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 2 (1989): Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 1 (1989): Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 2 (1988): Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 1 (1988): Jurnal Agro Ekonomi Vol 6, No 1-2 (1987): Jurnal Agro Ekonomi Vol 5, No 2 (1986): Jurnal Agro Ekonomi Vol 5, No 1 (1986): Jurnal Agro Ekonomi Vol 4, No 2 (1985): Jurnal Agro Ekonomi Vol 4, No 1 (1985): Jurnal Agro Ekonomi Vol 3, No 2 (1984): Jurnal Agro Ekonomi Vol 3, No 1 (1983): Jurnal Agro Ekonomi Vol 2, No 1 (1982): Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 2 (1982): Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 1 (1981): Jurnal Agro Ekonomi More Issue