cover
Contact Name
Pantjar Simatupang
Contact Email
jae.psekp@gmail.com
Phone
+62251-8333964
Journal Mail Official
jae.psekp@gmail.com
Editorial Address
Lt. III Gedung A. Kawasan Inovasi Pertanian Cimanggu Jl. Tentara Pelajar No. 3B, Kota Bogor 16111
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Agro Ekonomi
ISSN : 02169053     EISSN : 25411527     DOI : http://dx.doi.org/10.21082/
Core Subject : Agriculture,
Ruang lingkup dari Jurnal Agro Ekonomi adalah sosial ekonomi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 24, No 1 (2006): Jurnal Agro Ekonomi" : 5 Documents clear
Social-Economic Reasons to Soil Conservation An Econometric Analysis on Cross-Sectional Lore Lindu Data Siregar, Hermanto
Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 1 (2006): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.053 KB) | DOI: 10.21082/jae.v24n1.2006.1-20

Abstract

IndonesianKonservasi tanah memiliki peranan penting dalam menentukan keberlanjutan sektor pertanian. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonservasi atau tidak mengkonservasi lahan pertaniannya. Penelitian ini menggunakan data primer sampel petani sawah di sekitar kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL). Dari sampel tersebut, hanya 13,5 persen saja yang melakukan konservasi lahan. Di antara hasil penelitian ini, ditemukan bahwa ternyata konservasi lahan merupakan variabel endogenus, yang berarti keputusan petani untuk mengkonservasi (atau tidak mengkonservasi) lahan tergantung pada beberapa faktor. Faktor yang berpengaruh nyata di antaranya ialah jumlah output yang dihasilkan, persepsi kualitas lahan, jumlah anggota rumah tangga petani, dan usia petani. Dengan menggunakan pendekatan instrumental variable, ditemukan bahwa keputusan untuk mengkonservasi (atau tidak mengkonservasi) lahan berpengaruh nyata terhadap jumlah output yang dihasilkan. Output tersebut juga dipengaruhi oleh luas areal dan—dengan taraf signifikansi yang lebih lemah—oleh jumlah kredit. Agar usahatani berkelanjutan, pemerintah disarankan untuk menentukan batas-batas TNLL secara jelas, mengeluarkan sertifikat tanah, dan memperbaiki akses petani kepada kredit mikro. EnglishSoil conservation plays critical role on agricultural sustainability. The aims of this study are to analyze factors affecting farmers’ decision to conserve or not to conserve their farming land and to evaluate simultaneously effects of such decision on their output. The study uses data gathered from samples of wetland rice farmers in the surrounding area of the Lore Lindu National Park (LLNP). There are only 13.5 percent of the farmers undertaking soil conservation. Soil conservation is found to be an endogenous variable, implying that farmers’ decision to conserve (or not to conserve) depends on a number of factors. Among these factors, the significant ones are quantity of output produced, the perceived quality of farm land, farmer’s family size, and age of the farmer. Using the instrumental variable approach, it is found that the decision of whether or not to carry out soil conservation affects the output significantly. This output is also affected by acreage and, to a lesser significance level, by the amount of credit. The government is recommended to establish clear boundaries of the LLNP, issue proper land rights, and improve accesses to micro-credit in order to promote sustainable agricultural practices.
Analisis Kepuasan Pengunjung dan Pengembangan Fasilitas Wisata Agro (Studi Kasus di Kebun Wisata Pasirmukti, Bogor) Riandina Wahyu Oktaviani; Rita Nurmalina Suryana
Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 1 (2006): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.895 KB) | DOI: 10.21082/jae.v24n1.2006.41-58

Abstract

EnglishTourist’s preference to go back to nature makes ecotourism as a potential tourism market, including agricultural-based tourism (agrotourism). Kebun Wisata Pasirmukti is one of agrotourisms located in Citeureup, Bogor which has been opened for public in 2001.  This paper presents visitor characteristics, decision process of visitation, visitors’ response and their satisfaction on attributes provided in the area, and the importance of additional facilities to increase performance of Kebun Wisata Pasirmukti. This study uses descriptive analysis, Importance Performance Analysis, and Friedman Test and Multiple Comparison for Friedman. This study shows that the management of Kebun Wisata Pasirmukti should improve performance of promotion, accessibility to reach interesting locations and objects in the area, and worship facilities. In addition, Kebun Wisata Pasirmukti has to maintain performance of education activity known as the strong point of this location compared to other similar recreational objects.IndonesianKecenderungan wisatawan untuk kembali ke alam menyebabkan pengembangan daya tarik wisata yang berbasiskan alam menjadi potensial, tak terkecuali wisata yang berbasiskan alam pertanian (wisata agro). Kebun Wisata Pasir Mukti merupakan salah satu wisata agro yang terdapat di Citeureup, Bogor dan baru dibuka untuk umum pada tahun 2001. Artikel ini menyajikan hasil penelitian mengenai karakteristik pengunjung, proses keputusan kunjungan, respon pengunjung dan tingkat kepuasan pengunjung terhadap atribut yang ditawarkan oleh Kebun Wisata Pasirmukti, serta fasilitas yang perlu ditambahkan untuk menunjang kinerja Kebun Wisata Pasirmukti. Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat analisis antara lain analisa deskriptif, Importance Performance Analysis, serta Uji Friedman dan Multiple Comparison untuk Uji Friedman. Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa pihak manajemen Kebun Wisata Pasirmukti sebaiknya memperbaiki kinerja dari promosi, kemudahan mencapai lokasi serta sarana peribadatan. Selain itu, pihak Kebun Wisata Pasirmukti juga sebaiknya mempertahankan kinerja dari kegiatan edukatif yang merupakan keunggulan perusahaan di mata pengunjung dibandingkan dengan obyek wisata lain yang sejenis.
Imbalan Jasa Lingkungan untuk Pengentasan Kemiskinan Suyanto, S.; Khususiyah, Noviana
Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 1 (2006): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jae.v24n1.2006.95-113

Abstract

EnglishThis study indicates that land right delivered to poor farmers as one type of reward for environmental services is not only important as income sources but also necessary to improve equity in income and land holding size. This study supports policy to hand over land right to poor farmers who provide environmental services and considers such initiative in favor of poor people under the state land management. Land right award for upland poor farmer is a win-win solution in respect to the interest of forest conservation and poverty alleviation. Reward mechanism for environmental services is not widely applied in Indonesia, although similar initiatives have been carried out at lower levels.IndonesianPenelitian ini menunjukan bahwa pemberian imbalan jasa lingkungan berupa hak kelola atas lahan (land right) kepada para petani miskin tidak hanya akan mengurangi kemiskinan tetapi juga akan meningkatkan pemerataan pendapatan dan penguasaan lahan. Hasil penelitian ini mendukung kebijakan pemberian imbalan jasa lingkungan bagi petani miskin sebagai kebijakan yang berpihak pada masyarakat miskin. Selain itu pemberian imbalan jasa lingkungan kepada petani miskin juga merupakan win-win solution antara kepentingan konservasi hutan dan peningkatan kesejahteraan petani miskin di sekitar hutan. Walapun di Indonesia mekanisme pembayaran jasa lingkungan belum berkembang dengan baik, namun telah banyak dilakukan inisiatif-inisiatif dalam skala kecil.
Analisis Saling-Pengaruh Harga Kopi Indonesia dan Dunia Budiman Hutabarat
Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 1 (2006): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jae.v24n1.2006.21-40

Abstract

EnglishMarket destination of Indonesian coffee remains directed into external markets because domestic consumption per capita of coffee is still very low as well as its rate of growth,  while the rate of consumption growth in foreign markets were kept very high and persistently growing. The question is whether or not these coffee markets were integrated and whether or not the prices in the two production centers in Indonesia were also integrated. To formulate policies that could be used to empower coffee farmers and manage their production, information and data pertaining to integration and causal relationship among these markets are badly needed. This paper aims (a) to evaluate the growth and variation of prices in two production locations in Indonesia and a number of consumer markets abroad, namely Japan, the US, Germany, Italy and the Netherlands and estimate the percentage of price received by the coffee producers, and (b) to analyze orientation trend, integration and cointegration and their impacts on the long-term relationship among the prices in the various markets. The research was undertaken during March throughout December 2003, using time series data from 1983 through 2002. The research shows that retail prices in Japan were always higher than those of in US, Germany, Italy and the Netherlands with positive trends until 1995 and negative trend afterwards. Retail price movements in the US and the Netherlands tended to be similar, and retail prices in Germany had almost similar pattern with those of in the Netherlands, while producer prices in Indonesia were hardly fluctuate. Uncertainty, as reflected by coefficient of variations was more significant for prices received by coffee producers in Indonesia than those of prices paid by consumers in the developed countries. Aside from uncertainty factor, the percentage prices received by the coffee farmers in Indonesia (Lampung and Jawa Timur) are diminutive relative to retail prices in major importing countries. Coffee prices in Jawa Timur were only valued between 4.8 to 24.2 percent of retail prices in the importing countries and coffee prices in Lampung are much lower, only about 1.2 to 7.5 percent of retail prices in the importing countries. The coffee industry in Western Europe seemed to have strong relationship with the coffee industry in Lampung and be less strong with that of in Jawa Timur.  In contrary, coffee industry in the US had strong link with that of in Jawa Timur and less strong with that of in Lampung. Despite its large size of coffee import volume from Indonesia, the market relationship between Japan and Indonesia was not that strong as generally perceived. Indonesian government should prescribe export and import policies that are required to enhance agricultural sector and agribusiness development.IndonesianSasaran pasar komoditas kopi Indonesia sampai saat ini masih mengarah ke pasar ekspor yang tersebar di berbagai kota besar di negara maju, karena konsumsi per kapita di dalam negeri sendiri masih sangat rendah dan pertumbuhannya pun juga rendah, sementara di pusat-pusat konsumen di luar negeri pertumbuhan konsumsi tampaknya cukup mantap. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah apakah dua simpul pasar kopi ini terintegrasi dan apakah harga di pusat produksi kopi di Indonesia juga terintegrasi? Untuk merancang langkah-langkah pemberdayaan dan pengelolaan produksi petani kopi, diperlukan informasi dan data hubungan saling pengaruh dan integrasi antara pasar produsen dan konsumen ini. Makalah ini ditujukan untuk mengevaluasi perkembangan dan keragaman harga di dua lokasi produsen di Indonesia dan beberapa lokasi konsumen di luar negeri, menganalisis perubahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS), serta kecenderungan orientasi dan dampaknya dalam menuju hubungan sesamanya dalam jangka panjang. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2003, menggunakan data sekunder deret waktu tahun 1983 sampai dengan 2002. Penelitian menunjukkan harga eceran di Jepang selalu lebih tinggi daripada harga-harga di negara konsumen seperti AS, Jerman, Italia dan Belanda dan tren perkembangan harga cenderung positif sampai dengan tahun 1995 dan negatif sesudahnya. Harga eceran di AS dan di Belanda cenderung mempunyai pola yang sama, sedangkan harga eceran di Jerman mempunyai pola yang hampir sama dengan di Belanda dan harga produsen di Indonesia terlihat bergerak mendatar. Ketidakpastian, seperti ditunjukkan oleh koefisien keragaman lebih nyata pada harga yang diterima produsen kopi di Indonesia dibanding para konsumen di negara-negara maju. Selain faktor ketidakpastian, harga kopi yang diterima petani kopi Indonesia (Lampung dan Jawa Timur) sangat kecil jika dibandingkan dengan harga eceran di negara-negara pengimpor utama. Harga kopi di Jawa Timur hanya bernilai sekitar 4,8-24,2 persen dari harga eceran di negara konsumen dan bagi petani produsen di Lampung persentase yang diterima jauh lebih rendah, yakni hanya bernilai sekitar 1,2-7,5 persen. Industri kopi di Eropa Barat berhubungan erat dengan industri kopi di Lampung dan kurang erat dengan industri kopi di Jawa Timur. Sebaliknya, industri kopi di Amerika Serikat berhubungan erat dengan industri kopi di Jawa Timur dan kurang dengan industri kopi di  Lampung. Perubahan nilai tukar dolar AS dalam jangka pendek memberikan perubahan pada harga-harga kopi di Jawa Timur lebih rendah daripada harga kopi di Lampung. Meskipun Jepang mengimpor kopi dalam jumlah besar dari Indonesia, hubungan kedua pasar kopi ini tidaklah terlalu kuat seperti diprakirakan. Seperti halnya di negara-negara lain, pemerintah seyogianya mempunyai kebijakan ekspor dan impor yang mendukung pengembangan sektor pertanian dan agribisnis yang tidak merugikan negara.
Analisis Perilaku Instabilitas, Pergerakan Harga, Kesempatan Kerja dan Investasi di Sektor Pertanian Indonesia: Aplikasi Vector Error Correction Model Andi Irawan
Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 1 (2006): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jae.v24n1.2006.59-94

Abstract

EnglishIn a long run perspective, the aim of this research is to analyze the impact of the inflating policy on the employment growth, and the agriculture investment. For a short run perspective, the aim covers (1) the identification of agriculture price instability on certain economic blocks, (2) the analysis of inflation behavior in agricultural sector and its causality to both output and input prices and the causality within the input prices. The study uses Vector Error Correction Model, Johansen Cointegration Test, and Granger Causality Test on a monthly series data from 1993:01 to 2002:12.  The result shows that the production and capital in agricultural sector are responsive to the output price change.  This means that inflating the output price will effectively help to generate the output and a new investment in agricultural sector. However, as the price shock can be a source of instability, the government should be careful to apply this price inflating policy. In addition, to solve the unemployment problem in agricultural sector, the government should apply the cost strategy, such as input price subsidy policy.IndonesianDalam perspektif jangka panjang, tujuan penelitian adalah untuk menganalisis dampak kebijakan berakibat meningkatkan harga pertanian terhadap pertumbuhan penyerapan tenaga kerja dan investasi di sektor pertanian. Dalam perspektif jangka pendek penelitian ini bertujuan untuk menganalisis blok ekonomi menjadi sumber instabilitas utama bagi sektor pertanian dan menganalisis perilaku pergerakan harga (inflasi) output pertanian dan kausalitas antara harga output dan harga input, serta kausalitas harga input penting. Vector Error Correction Model, Johansen Cointegration Test, dan Granger Causality Test dengan menggunakan data series bulanan dari Januari 1993 – Desember 2002 diterapkan untuk menjawab tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi dan modal cukup respon terhadap perubahan harga output pertanian. Artinya, kenaikan harga output cukup efektif untuk meningkatkan produksi dan investasi baru di sektor pertanian. Akan tetapi gangguan harga dapat sebagai sumber instabilitas, sehingga pemerintah sebaiknya berhati-hati menerapkan kebijakan peningkatan harga. Strategi cost atau produksi seperti kebijakan subsidi harga input dapat diterapkan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja di sektor pertanian.

Page 1 of 1 | Total Record : 5


Filter by Year

2006 2006


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2021): Jurnal Agro Ekonomi: IN PRESS Vol 39, No 1 (2021): Jurnal Agro Ekonomi Vol 38, No 2 (2020): Jurnal Agro Ekonomi Vol 38, No 1 (2020): Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 2 (2019): Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 1 (2019): Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 2 (2018): Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 1 (2018): Jurnal Agro Ekonomi Vol 35, No 2 (2017): Jurnal Agro Ekonomi Vol 35, No 1 (2017): Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 2 (2016): Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 1 (2016): Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 2 (2015): Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 1 (2015): Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 2 (2014): Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 1 (2014): Jurnal Agro Ekonomi Vol 31, No 2 (2013): Jurnal Agro Ekonomi Vol 31, No 1 (2013): Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 2 (2012): Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 1 (2012): Jurnal Agro Ekonomi Vol 29, No 2 (2011): Jurnal Agro Ekonomi Vol 29, No 1 (2011): Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 2 (2010): Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 1 (2010): Jurnal Agro Ekonomi Vol 27, No 2 (2009): Jurnal Agro Ekonomi Vol 27, No 1 (2009): Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 2 (2008): Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 1 (2008): Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 2 (2007): Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 1 (2007): Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 2 (2006): Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 1 (2006): Jurnal Agro Ekonomi Vol 23, No 2 (2005): Jurnal Agro Ekonomi Vol 23, No 1 (2005): Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 2 (2004): Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 1 (2004): Jurnal Agro Ekonomi Vol 21, No 2 (2003): Jurnal Agro Ekonomi Vol 21, No 1 (2003): Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 2 (2002): Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 1 (2002): Jurnal Agro Ekonomi Vol 19, No 2 (2001): Jurnal Agro Ekonomi Vol 19, No 1 (2001): Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 2 (1999): Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 1 (1999): Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 2 (1998): Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 1 (1998): Jurnal Agro Ekonomi Vol 16, No 1-2 (1997): Jurnal Agro Ekonomi Vol 15, No 2 (1996): Jurnal Agro Ekonomi Vol 15, No 1 (1996): Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 2 (1995): Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 1 (1995): Jurnal Agro Ekonomi Vol 13, No 2 (1994): Jurnal Agro Ekonomi Vol 13, No 1 (1994): Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 2 (1993): Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 1 (1993): Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 2 (1992): Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 1 (1992): Jurnal Agro Ekonomi Vol 10, No 1-2 (1991): Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 2 (1990): Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 1 (1990): Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 2 (1989): Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 1 (1989): Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 2 (1988): Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 1 (1988): Jurnal Agro Ekonomi Vol 6, No 1-2 (1987): Jurnal Agro Ekonomi Vol 5, No 2 (1986): Jurnal Agro Ekonomi Vol 5, No 1 (1986): Jurnal Agro Ekonomi Vol 4, No 2 (1985): Jurnal Agro Ekonomi Vol 4, No 1 (1985): Jurnal Agro Ekonomi Vol 3, No 2 (1984): Jurnal Agro Ekonomi Vol 3, No 1 (1983): Jurnal Agro Ekonomi Vol 2, No 1 (1982): Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 2 (1982): Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 1 (1981): Jurnal Agro Ekonomi More Issue