cover
Contact Name
Didik Harnowo
Contact Email
bpalawija@gmail.com
Phone
+62341-801468
Journal Mail Official
bpalawija@gmail.com
Editorial Address
Balitkabi. Jalan Raya Kendalpayak No 8, Malang.
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Buletin Palawija
Core Subject : Agriculture,
Buletin Palawija merupakan wadah bagi para peneliti aneka kacang dan umbi untuk mendiseminasikan hasil penelitiannya dalam bentuk naskah review (tinjauan), primer dan komunikasi pendek. Naskah review dan primer mencakup berbagai disiplin ilmu, yaitu pemuliaan tanaman dan plasma nutfah, fisiologi/budidaya, perlindungan, pascapanen, dan sosial-ekonomi termasuk kebijakan pengembangan tanaman palawija. Buletin Palawija bertujuan menyajikan karya penelitian yang dapat memberikan wawasan pada dunia ilmu pengetahuan secara nasional atau international, sehinga naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dimuat diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap literatur teoritis, metodologis, dan/atau inovatif dalam penelitian aneka kacang dan umbi.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "No 1 (2001): Buletin Palawija No 1, 2001" : 6 Documents clear
PERBAIKAN TOLERANSI GENOTIPE KEDELAI TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN Soegijatni Slamet; Suyamto Suyamto
Buletin Palawija No 1 (2001): Buletin Palawija No 1, 2001
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1531.438 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n1.2001.p40-49

Abstract

Di Indonesia, 40% dari total lahan pertanaman kedelai terdapat di lahan kering, sehingga air merupakan salah satu faktor pembatas. Pengairan pada lahan kering tergantung pada air hujan, sehingga setiap musim kemarau sering terjadi kekeringan terutama saat stadia pengisian polong/biji. Rendahnya produksi kedelai sering dijumpai akibat ketersediaan air tidak mencukupi selama pertumbuhan tanaman dan lebih lanjut berakibat menurunnya hasil biji. Masa kritis tanaman terhadap air pada masa pembungaan dan pengisian polong/biji. Pada tanaman kedelai, cekaman kekeringan saat pengisian polong/biji lebih berpengaruh terhadap hasil biji yang akan dicapai. Seleksi untuk mendapatkan varietas kedelai yang toleran terhadap kekeringan dan berdaya hasil tinggi dan lebih efisien dengan karakterisasi hasil biji pada saat periode pengisian polong/biji mengalami cekaman kekeringan. Kriteria yang dapat digunakan dalam penilaian toleransi kekeringan adalah indeks toleransi cekaman (ITC), indeks adaptasi (IA), dan indeks toleransi (IT). Kriteria seleksi ITC dan IA pada dasarnya dapat memilih genotipe-genotipe ysng toleran kekeringan dan berdaya hasil tinggi pada lingkungan tercekam kekeringan maupun lingkungan optimal. Hasil penelitian menunjukan bahwa genotipe MLG 2805, Wilis dan Lokon/MLG 3072-2, Davros/MLG 2984-2, dan Kipas putih/MLG 2805-1. Berdasarkan hasil ini, maka terdapat peluang besar untuk mendapatkan varietas kedelai toleran kekeringan.
Pembentukan Varietas Kacang Tanah Hasil Stabil dan Beradaptasi Luas: Studi Kasus Varietas Jerapah Astanto Kasno; Novita Nugrahaeni; Joko Purnomo; Sumartini Sumartini; Trustinah Trustinah
Buletin Palawija No 1 (2001): Buletin Palawija No 1, 2001
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2125.184 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n1.2001.p1-14

Abstract

Ragam lingkungan yang besar untuk produksi kacang tanah di Indonesia memerlukan varietas yang berdaptasi luas dan hasilnya stabil. Tersedianya varietas kacang tanah yang hasilnya stabil dan memiliki adaptasi luas sangat membantu upaya penigkatan produksi kacang tanah di Indonesia. Stabilitas hasil dapat ditimbulkan oleh besar heterogenitas genetik di dalam populasi dan ketahanan terhadap cekaman lingkungan biotik dan abiotik. Kethanan varietas tehadap penyakit daun, layu bakteri, penyakit bilur dan Aspergillus flavus, serta toleransi terhadap kekeringan dan kemasaman lahan merupakan komponen stabilitas hasil penting. Heterogenitas genetik sebagai penyangga populasi akan terjadi bila di dalam populasi terdiri dari individu-individu secara fenotipik sama, namun secara genotipik berbeda. Seleksi massa pada famili F2 merupakan salah satu cara menghasilkan varietas demikian.Pembentukan kacang tanah yang memiliki stabilitas hasil dan beradaptasi luas, menggunakan varietas jerapah sebagai studi kasus. Kacang tanah varietas jerapah adalah hasil silang tunggal tahun 1988 antara varietas lokal majalengka dengan ICGV 86071. ICGV 86071 adlah varietas tahan penyakit daun asal ICRISAT, India. Dari 1114 famili F2 yang dihasilkan, famili no.16 memilki karakterisitik yang diinginkan. Terhadap famili F2 No.16 dilakukan seleksi massa positif hingga tahun 1991 diberbagai cekaman lingkungan , yakni:kekeringan, lahan masam, serangan penyakit daun, layu, bilur dan A.flavus. Uji daya hasil dilakukan mulai tahun 1992, dan diteruskan dengan uji multilokasi hingga tahun 1997. Uji multilokasi dilakukan di 28 lokasi yang meliputi 11 propinsi. Galur LM/ICGV 86021-88-B-16 lebih unggul dari varietas pembanding. Hasil polong kering rata-rata LM/ICGV 86021-88-B-16 2,0 t/ha. Hasil tertinggi pada lingkungan optimal mencapai 4,0 t/ha. Hasil analisis stabilitas menunjukkan bahwa galur LM/ICGV 86021-88-B-16 hasilnya stabil dan memiki adaptasi umum yang baik. Galur tersebut dinilai toleran kekeringan, agak tahan penyakit daun, dan adaptif pada tanah masam.
PEMBERDAYAAN ALFISOL DENGAN ZK-PLUS UNTUK MENINGKATKAN HASIL KACANG TANAH DI INDONESIA Sudaryono Sudaryono
Buletin Palawija No 1 (2001): Buletin Palawija No 1, 2001
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1341.689 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n1.2001.p50-58

Abstract

Alfisol atau Tanah Mediteran merupakan kelompok tanah merah yang menduduki presentase tertinggi sebagai areal kacang tanah. Bahan induk Alfisol umumnya adalah batu kapur sehingga mempunyai pewaris sifat basis yang kuat. Dari analisis dan telaah percobaan lapang pada lahan tegal Alfisol basis ternyata miskin hara P, K, Mg, Fe, Zn, dan Cu serta dapat diemukakan bahwa: (1) Pemakaian ZK-Plus dengan bahan dasar abu produk samping pabrik Etanol mempunyai dampak peningkatan kesuburan hara tanah cukup lengkap, baik hara makro maupun mikro, (2) Peningkatan status hara K tersedia hingga taraf optimum pada tebal solum 10 cm memerlukan 10 t abu ZK-Plus/ha dengan hasil kacang tanah mecapai 2,7 t polong kering/ha dan efek residunya mampu menghasilkan kedelai 1,4 t/ha yang ditanam sesudah kacang tanah, dan (3) Penigkatan status hara K di atas 20% dari K tersedia selain kurang praktis pada aplikasi bahan pupuknya juga berpengaruh kurang baik berupa proses antargonistik antar unsur hara. Penambahan hara berdasarkan status hara dalam tanah dan dihitung menurut massa tanah sebenarnya pendekatan yang realistis. Namun pendekatan sering dianggap mahal secara teknis agronomis dan ekonomis yang mengedepankan gatra budidaya tanaman bermatra satu periode tanam. Implikasi penelitian yang mempunyai target luaran reklamasi dan rehabilitasi kesuburan lahan, pendekatan perbaikan massa tanah (soil basis) akan lebih cocok, sebaliknya untuk penelitian yang mendasarkan pada peningkatan efisien dan bersifat jangka pendek pendekatan berdasarkan pertumbuhan tanaman lebih cocok. Pemanfaatan ZK-Plus pada Alfisol memiliki kelayakan teknik kimiawi tanah sehingga menigkatkan kesuburan tanah. Pemberdayaan Alfisol untuk pengembangan agribisnis kacang memerlukan kajian komprehensis.
PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA BUDIDAYA KEDELAI Marwoto, Marwoto; Suharsono, Suharsono; Bedjo, Bedjo
Buletin Palawija No 1 (2001): Buletin Palawija No 1, 2001
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1180.657 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n1.2001.p15-23

Abstract

Salah satu kendala untuk meningkatkan produksi kedelai adalah karena gangguan hama. Kehilangan hasil akibat serangan hama pada tanaman kedelai dapat mencapai 80%, bahkan puso apabila tidak dilakukan tindakan pengendalian. Usaha pengendalian hingga saat ini masih mengandalkan penggunaan pestisida kimiawi yang aplikainya masih belum memenuhi rekomendasi. Oleh karena itu upaya pengendalian hama harus didasarkan pada program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan mengutamakan usaha peningkatan peran pengendalian alami (iklim, musuh alami dan kompetitor) dapat bekerja secara optimal.Keberhasilan PHT pada tanaman kedelai diperlukan informasi sifat-sifat biologi dan ekologi serta arti ekonomi yang ditimbulkan oleh hama pada tanaman kedelai. Guna memperoleh hasil penerapan PHT yang optimal di tingkat petani maka pemasyarakatannya dapat ditempuh melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).
BERTANAM KEDELAI DI TANAH JENUH AIR: OPSI INOVATIF PENGELOLAAN AIR UNTUK KEDELAI DI LAHAN SAWAH IRIGASI T. Adisarwanto
Buletin Palawija No 1 (2001): Buletin Palawija No 1, 2001
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n1.2001.p24-32

Abstract

Tanaman kedelai masih dominan ditanam di lahan sawah dalam pola tanam padi-padi-kedelai atau padi-kedelai-kedelai. Selama dasawarsa terakhir ini telah dirasakan adanya kondisi iklim khususnya curah uhujan yang tidak menentu dalam arti saat, jumlah dan distribusi dan ditambah dengan adanya angin siklon El Nino basah sehingga tanah sawah mengalami kondisi jenuh . Di lapang menunjukkan bahwa pertanaman kedelai pada awal musim kemarau sering mengalami kondisi jenuh air pada awal pertumbuhan . untuk itu diperlukan upaya agar cekaman jenuh air tersebut tidak banyak berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Dari serangkaian penelitian di luar negeri memperlihatkan bahwa budidaya kedelai di tanah jenuh air memberikan peluang untuk meningkatkan produksi kedelai. Di Australia, budidaya tanah jenuh air dapat meningkatkan hasil kedelai sebesar 25%, sedangkan di daerah Thailand bagian tengah teknologi ini telah diterapkan oleh petani pada areal yang cukup luas dan hasil kedelai naik dari 2,0 menjadi 4 t/ha. Dari hasil penelitian di indonesia juga memberikan peluang.cekaman kondisi jenuh air ini pada umumnya terjadi pada fase vegetatif. Hasil penelitian komponen teknologi kedelai pada kondisi tanah jenuh air diperoleh bahwa tinggi permukaan air dalam saluran draenase 15cm dari permukaan tanah tidak menurunkan hasil kedelai,varietas unggul kedelai berbiji kecil(kawi)dan sedang(wilis)lebih toleran,cekaman tanah jenuh air meningkatkan jumlah bintil akar. Lebar bedengan yang optimal adalah < 2,00 m dengan cara tanam 4 baris beranjak 40cm antar baris dan 10cm dalam baris,sedangkan takaran , jenis dan saat pemberian pupuk anorganik belum menunjukkan hasil yang positif walaupun penambahan pupu Urea dapat meningkatkan hasil kedelai jenuh air ditanah oxisol.Bertanam kedelai di tanah jenuh air merupakan salah satu teknologi opsi inovatif untuk meningkatkan hasil kedelai walaupun di tanah kondisi jenuh air .walaupun begitu masih terlalu dini untuk menyatakan bahwa teknologi ini layak dikembangkan di lahan petani karena masih memerlukan klarifikasi komponen teknologi pada beberapa jenis tanah yang berbeda khususnya di lahan sawah.
PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL KEDELAI HASIL TINGGI, BIJI BESAR DAN TOLERAN PENYAKIT KARAT Soegito Soegito
Buletin Palawija No 1 (2001): Buletin Palawija No 1, 2001
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n1.2001.p33-39

Abstract

Dalam tulisan ini diuraikan dengan singkat strategi dan usaha untuk mendapatkan varietas unggul kedelai tahan karat, berbiji besar dan berpotensi hasil tinggi. Strategi yang digunakan pertama-tama adalah mengevaluasi dan seleksi genotipe dari plasma nutfah untuk memperoleh gen-gen yang tahan penyakit karat serta sifat lainnya. Selanjutnya dengan metode silang tunggal dilakukan hibridisas dengan tetuah pemilih yang menghasilkan galur-galur yang perlu diseleksi. Seleksi dan obserasi galur-galur tersebut telah menghasilkan galur MSC 9021-10-1, (persaingan antara genotipe introduksi AVRDC Taiwan yaitu G 10050 dengan Wilis) yang lebih tahan terhadap penyakit karat dibanding galur lain. Pengujian dilakukan dari 1993 hingga tahun 2000. Dari uji daya hasil pendahuluan, uji daya hasil lanjutan dan percobaan multilokasi, galur tersebut hampir konsisten sifat-sifatnya hasil, ketahanan terhadap penyakit karat, dan ukuran biji selalu lebih baik dari galur-galur lainnya. Galur MSC 9021-C-10-1 mempunyai potensi hasil 2,7 t/ha dengan ukuran biji 11,8 g/100 biji dan umur masak tergolong sedang (89 hari) serta agak tahan tahan terhadap penyakit karat.

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2001 2001


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2022): Buletin Palawija Vol 20 No 1, 2022 Vol 19, No 2 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 2, 2021 Vol 19, No 1 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 1, 2021 Vol 18, No 2 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 2, 2020 Vol 18, No 1 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 1, 2020 Vol 17, No 2 (2019): Buletin Palawija Vol 17 no 2, 2019 Vol 17, No 1 (2019): Buletin Palawija Vol 17 no 1, 2019 Vol 16, No 2 (2018): Buletin Palawija Vol 16 no 2, 2018 Vol 16, No 1 (2018): Buletin Palawija Vol 16 No 1, 2018 Vol 15, No 2 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 2, 2017 Vol 15, No 1 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 1, 2017 Vol 14, No 2 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 2, 2016 Vol 14, No 1 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 1, 2016 Vol 13, No 1 (2015): Buletin Palawija Vol 13 No 1, 2015 No 29 (2015): Buletin Palawija No 29, 2015 No 28 (2014): Buletin Palawija No 28, 2014 No 27 (2014): Buletin Palawija No 27, 2014 No 26 (2013): Buletin Palawija No 26, 2013 No 25 (2013): Buletin Palawija No 25, 2012 No 24 (2012): Buletin Palawija No 24, 2012 No 23 (2012): Buletin Palawija No 23, 2012 No 22 (2011): Buletin Palawija No 22, 2011 No 21 (2011): Buletin Palawija No 21, 2011 No 20 (2010): Buletin Palawija No 20, 2010 No 19 (2010): Buletin Palawija No 19, 2010 No 18 (2009): Buletin Palawija No 18, 2010 No 17 (2009): Buletin Palawija No 17, 2009 No 16 (2008): Buletin Palawija No 16, 2008 No 15 (2008): Buletin Palawija No 15, 2008 No 14 (2007): Buletin Palawija No 14, 2007 No 13 (2007): Buletin Palawija No 13, 2007 No 12 (2006): Buletin Palawija No 12, 2006 No 11 (2006): Buletin Palawija No 11, 2006 No 10 (2005): Buletin Palawija No 10, 2005 No 9 (2005): Buletin Palawija No 9, 2005 No 7-8 (2004): Buletin Palawija No 7-8, 2004 No 5-6 (2003): Buletin Palawija No 5 & 6, 2003 No 4 (2002): Buletin Palawija No 4, 2002 No 3 (2002): Buletin Palawija No 3, 2002 No 2 (2001): Buletin Palawija No 2, 2001 No 1 (2001): Buletin Palawija No 1, 2001 More Issue