cover
Contact Name
Didik Harnowo
Contact Email
bpalawija@gmail.com
Phone
+62341-801468
Journal Mail Official
bpalawija@gmail.com
Editorial Address
Balitkabi. Jalan Raya Kendalpayak No 8, Malang.
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Buletin Palawija
Core Subject : Agriculture,
Buletin Palawija merupakan wadah bagi para peneliti aneka kacang dan umbi untuk mendiseminasikan hasil penelitiannya dalam bentuk naskah review (tinjauan), primer dan komunikasi pendek. Naskah review dan primer mencakup berbagai disiplin ilmu, yaitu pemuliaan tanaman dan plasma nutfah, fisiologi/budidaya, perlindungan, pascapanen, dan sosial-ekonomi termasuk kebijakan pengembangan tanaman palawija. Buletin Palawija bertujuan menyajikan karya penelitian yang dapat memberikan wawasan pada dunia ilmu pengetahuan secara nasional atau international, sehinga naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dimuat diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap literatur teoritis, metodologis, dan/atau inovatif dalam penelitian aneka kacang dan umbi.
Articles 223 Documents
PENGARUH KEKERINGAN PADA BERBAGAI FASE TUMBUH KACANG TANAH Herdina Pratiwi
Buletin Palawija No 22 (2011): Buletin Palawija No 22, 2011
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (119.941 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v0n22.2011.p71-78

Abstract

Di Indonesia kacang tanah umumnya ditanam di lahan kering (64%) dan selebihnya ditanam di lahan sawah irigasi setelah padi (36%). Kondisi tersebut menyebabkan kacang tanah berpeluang besar mengalami kekeringan pada sebagian maupun keseluruhan fase pertumbuhannya. Kekeringan pada fase vegetatif berpengaruh terhadap morfologi batang, daun, dan akar, tetapi tidak berpengaruh terhadap hasil. Kekeringan pada fase pembungaan hingga fase perkembangan biji (R1–R7) menurunkan jumlah bunga, menghambat pembuahan, perkembangan polong, dan biji sehingga menurunkan hasil 70–80%. Fase pertumbuhan R1–R7 merupakan fase kritis tanaman kacang tanah terhadap kekeringan. Penanaman varietas toleran kekeringan dapat mengurangi penurunan hasil. Varietas-varietas yang diketahui toleran kekeringan adalah Singa, Jerapah, Bison, Zebra, Sima, dan Talam 1.
Pengelolaan Air Pada Budidaya Kedelai di Lahan Sawah Tanah Vertisol Agustina Asri Rahmianna
Buletin Palawija No 4 (2002): Buletin Palawija No 4, 2002
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (51.423 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n4.2002.p58-66

Abstract

Luas tanah Vertisol di Indonesia adalah 832.000 ha, sekitar 350.000 ha merupakan lahan sawah terdapat di P. Jawa dan digunakan untuk budidaya kedelai. Tanah Vertisol mengandung antara 30–95% lempung dengan tipe 2:1; akan mengembang bila basah dan mengkerut, keras, mampat dan pecah membentuk bongkahan dan retakan bila kering. Sifat fisik tanah tersebut menyebabkan kisaran tingkat ketersediaan lengas tanah antara kekeringan dan kelebihan air menjadi sempit sehingga pengelolaan fisik lahan merupakan fungsi dari status lengas tanah. Hasil kedelai pada lahan sawah Vertisol berpeluang ditingkatkan dengan pengelolaan lengas tanah. Nilai kritis kandungan lengas tanah Vertisol untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif kedelai sekitar 50% dari kapasitas lapang atau pF 3,3. Sedangkan pertumbuhan vegetatif dan generatif mencapai maksimal pada saat kandungan lengas tanah antara 75% hingga 87,8% air tersedia. Di lapang, kondisi tersebut sangat sulit dicapai secara tepat, namun bisa didekati dengan pengairan paling tidak setiap 10 hari sekali selama pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tidak layu, tidak kerdil, tidak terserang gejala khlorosis serta banyak membentuk polong. Hasil penelitian pada musim kemarau menunjukkan hasil tinggi dengan tiga kali pengairan (pada saat tanam, awal berbunga dan pengisian polong) apabila masih ada hujan atau empat kali pengairan tanpa adanya hujan. Praktek ini memberikan hasil biji kedelai tinggi (3,13 t/ha), namun petani enggan mengeluarkan biaya tambahan untuk 4 atau 5x pengairan karena biaya bisa melebihi 30% dari total biaya produksi. Sedangkan budidaya kedelai pada musim hujan di lahan sawah tadah hujan mutlak memerlukan saluran drainase sebagai sarana pematusan lahan. Berhubung jumlah curah hujan tidak bisa diduga dan di sisi lain kadar lengas tanah optimal untuk pertumbuhan vegetatif, generatif dan hasil biji adalah antara 75–87,8%AT maka lebar bedengan atau jarak antar saluran drainase antara 3 hingga 4 m disarankan untuk dilakukan dengan pengalaman hasil biji yang diperoleh sama dengan kedelai yang ditanam pada bedengan yang lebih sempit.
INOVASI REKAYASA TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Sudaryono Sudaryono
Buletin Palawija No 13 (2007): Buletin Palawija No 13, 2007
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (58.935 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n13.2007.p16-28

Abstract

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kedelai memiliki makna filosofis sebagai suatu pendekatan dalam budidaya tanaman kedelai yang menekankan pada pengelolaan tanaman, lahan, air, organisme pengganggu tanaman (OPT), sosial ekonomi, dan kelembagaan wilayah secara terpadu. Inovasi rekayasa teknologi PTT kedelai mengandung empat pengertian, yaitu (1) perbaikan, (2) pembaharuan (innovation), (3) kreasi rancangan teknologi, dan (4) pengaturan kombinasi komponen teknologi untuk budidaya tanaman kedelai agar lebih efektif dan efisien. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dikerjakan dapat dirumuskan teknologi budidaya tanaman kedelai untuk agroekologi sawah irigasi teknis, sawah tadah hujan, lahan kering, lahan rawa lebak maupun lahan rawa pasang surut yang mampu meningkatkan produktivitas kedelai di masing-masing agroekologi tersebut. Penerapan PTT pada skala yang lebih luas pada daerah-daerah sentra produksi kedelai di lahan sawah dan lahan kering masam akan berhasil meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani kedelai, dan diharapkan pada gilirannya apabila diterapkan pada skala nasional akan mampu meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri. Gairah petani kedelai akan meningkat bilamana didukung kebijakan dan sistem kelembagaan yang kondusif terhadap serapan kedelai produk petani dalam negeri. Alih teknologi sekaligus sosialisasi teknologi di tingkat petani dapat dirancang dan dilaksanakan di setiap agroekologi.
PELUANG PENGEMBANGAN KACANG TANAH DI LAHAN KERING NUSA TENGGARA TIMUR Fachrur Rozi, MP; Imam Sutrisno; Agustina Asri Rahmianna
Buletin Palawija Vol 14, No 2 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 2, 2016
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.627 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v14n2.2016.p72-77

Abstract

Potensi pertanian lahan kering di Nusa Tenggara Timur cukup luas sekitar 1.528.308 ha dan di daerah ini cocok untuk dikembangkan kacang tanah. Tanaman kacang tanah masih dibudidayakan secara subsisten sehingga perlu diidentifikasi faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam upaya pengembangannya. Penelitian dilakukan di Kabupaten Sumba Timur pada musim tanam 2015 dengan cara ‘Rapid Rural Appraisal (RRA)’. Metode analisis data yaitu analisis SWOT, tabulasi dan tingkat daya saing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kesesuaian lahan untuk kacang tanah total nilai bobot (TNB=2,0) dan biomassa kacang tanah termanfaatkan untuk pakan (TNB=1,1) menjadi faktor penguat internal pengembangan kacang tanah di NTT. Sedang penguat eksternalnya adalah pasar kacang tanah sudah terbentuk (TNB=2,3) dan permintaan kacang tanah tinggi (1,6). Meskipun ada penghambat seperti faktor benih kacang tanah bermutu rendah (TNB=1,2) dan ada ancaman seperti faktor kekeringan (TNB=1,2), tetapi pengaruhnya lebih kecil dibanding penguat dan potensi sumberdaya yang dimiliki. Strategi pengembangan yang digunakan adalah (1) pengelolaan usahatani yang saat ini harus dilakukan lebih intensif dengan penggunaan VUB kacang tanah dan teknologi tanam, (2) peningkatan skala usaha dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong dan peningkatan indeks pertanaman (IP). Komoditas kacang tanah dapat berkompetisi dengan jagung dan sorgum dan peningkatan daya saingnya mudah dilakukan dengan penggunaan VUB kacang tanah yang telah tersedia sesuai dengan agroekologi dan preferensi petani di NTT. Nilai ekonomi dalam pendapatan komoditas kacang tanah saat ini berkontribusi sebesar 30% terhadap pengeluaran keluarga dan berpeluang dapat ditingkatkan.
EFIKASI CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Lecanicillium lecanii (Zare & Gams) UNTUK PENGENDALIAN HAMA KEPIK COKLAT PADA KEDELAI Yusmani Prayogo
Buletin Palawija No 20 (2010): Buletin Palawija No 20, 2010
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (879.948 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n20.2010.p%p

Abstract

Kepik coklat (Riptortus linearis) merupakan salah satu hama pengisap polong kedelai yang sangat penting karena mampu menyebabkan kehilangan hasil hingga mencapai 80%. Lebih dari 95% petani kedelai dalam mengendalikan hama tersebut hanya mengandalkan keampuhan dari insektisida kimia. Lecanicillium lecanii merupakan salah satu jenis cendawan entomopatogen yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama kepik coklat. Cendawan ini bersifat kosmopolit sehingga mudah ditemukan di daerah tropis maupun subtropis dan mempunyai inang meliputi; ordo Orthoptera, Hemiptera, Homoptera, Thysanoptera, Hymenoptera, Coleoptera, dan Lepidoptera. Cendawan tumbuh pada suhu 15–30 oC namun suhu optimum terjadi pada suhu 25 oC. Kelebihan cendawan tersebut mampu menginfeksi semua stadia kepik coklat, baik stadia nimfa, imago maupun stadia telur. Efikasi cendawan L. lecanii terhadap kepik coklat nimfa instar I dan II lebih tinggi dibandingkan terhadap imago. Meskipun stadia nimfa dan imago juga dapat terinfeksi oleh cendawan namun mobilitas kedua stadia serangga tersebut cukup tinggi sehingga suspensi konidia cendawan yang diaplikasikan kurang infektif. Aplikasi cendawan L. lecanii pada stadia telur lebih efektif dan mampu menekan perkembangan populasi kepik coklat hingga di bawah ambang kendali karena hama sudah ditekan lebih awal sebelum terjadi peledakan. Stadia telur belum mampu merusak polong kedelai, dan stadia telur tidak dapat dikendalikan menggunakan insektisida kimia. Pengendalian telur kepik coklat menggunakan cendawan L. lecanii dianjurkan pada telur yang baru diletakkan oleh imago (0–1 hari) atau pertama kali R. linearis datang di pertanaman kedelai varietas Wilis yaitu terjadi pada umur 35 hari setelah tanam (HST). Ditinjau dari beberapa efikasi L. lecanii maka cendawan tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai bioinsektisida dalam program pengelolaan hama terpadu kepik coklat.
Front Matter Buletin Palawija Volume 18 No 1 Abi Supiyandi
Buletin Palawija Vol 18, No 1 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 1, 2020
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.207 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v18n1.2020.pi-ii

Abstract

PENYAKIT COWPEA MILD MOTTLE VIRUS PADA KEDELAI DAN STRATEGI PENGENDALIANNYA Nasir Saleh; Yuliantoro Baliadi
Buletin Palawija No 11 (2006): Buletin Palawija No 11, 2006
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (44.372 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n11.2006.p7-14

Abstract

Cowpea mild mottle virus (CMMV) merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman kedelai. Virus tersebut dilaporkan telah tersebar luas di sentra produksi kedelai di Jawa, Sumatera, dan Lombok. CMMV termasuk dalam kelompok Carnation Latent virus (Carla-virus), dapat ditularkan secara mekanik, oleh vektor kutu kebul, Bemisia tabaci Genn. secara non-persisten, tetapi tidak ditularkan melalui biji kedelai. Selain kedelai, CMMV dapat menginfeksi kacang tunggak, tomat, kacang tanah, dan buncis, serta beberapa jenis gulma dari famili chenopodiaceae, leguminosae, dan solanaceae. Kehilangan hasil kedelai akibat infeksi CMMV berkisar 14,6–81,5%, tergantung varietas dan umur tanaman pada saat terinfeksi. Tanaman muda lebih rentan terhadap infeksi dibanding tanaman tua. Pada umumnya intensitas serangan CMMV pada pertanaman kedelai musim kemarau II meningkat seiring dengan meningkatnya populasi hama kutu kebul di lapangan. Pola perkembangan epidemi penyakit CMMV di lapangan mengikuti pola bunga majemuk. Pengendalian CMMV dapat dilakukan secara terpadu dengan menggunakan varietas tahan atau toleran, pengaturan waktu tanam, rotasi tanam, eradikasi tanaman sakit, dan sanitasi lingkungan serta pengendalian vektor dengan pestisida. 
Efisiensi Penggunaan Pupuk Kalium Pada Kedelai di Lahan Sawah T. Adisarwanto
Buletin Palawija No 7-8 (2004): Buletin Palawija No 7-8, 2004
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (42.345 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n7-8.2004.p30-38

Abstract

Di lahan sawah, program intensifikasi tanaman padi telah berlangsung selama lebih dari 25 tahun dan akhir-akhir ini telah dilaporkan tentang kemunduran tingkat kesuburan tanah sawah yang cukup parah (kadar C-organik tanah, kadar NPKS yang rendah). Oleh karena kedelai di lahan sawah ditanam mengikuti pola tanam setelah padi, maka secara langsung maupun tidak langsung kondisi lahan sawah tersebut berpengaruh terhadap penampilan tanaman kedelai. Gejala kahat kalium sudah diindentifikasi sejak awal tahun 1980 pada lahan sawah Vertisol. Akhir-akhir ini gejala tersebut terlihat juga pada jenis tanah Entisol dan Alfisol. Penggunaan pupuk kalium untuk kalangan petani tidak sepopuler dibanding unsur hara Nitrogen sehingga aplikasi pupuk Kalium oleh petani masih minim. Disisi lain anjuran teknologi produksi kedelai khususnya aplikasi pupuk masih bersifat umum. Ada dua aspek yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pupuk kalium tersebut yaitu : pada aspek tanaman itu sendiri dan aspek tanah. Pada aspek tanaman diupayakan dengan pendekatan membuat varietas kedelai unggul baru yang efisien dalam menggunakan unsur hara. Untuk aspek tanah, salah satu melalui metode aplikasi dengan cara pupuk Kalium disebar pada permukaan lahan sebelum tanam. Takaran pupuk kalium anjuran berkisar antara 50–150 kg KCl/ha, tergantung tingkat kekahatan kalium. Pada kondisi tertentu aplikasi pupuk Kalium perlu dikombinasi dengan waktu irigasi dan penggunaan pupuk sulfur dan pupuk kandang (20 t/ha) dan pembakaran jerami karena dapat menambah ketersediaan hara kalium.
SIMULASI VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI MENGGUNAKAN MODEL SISTEM DINAMIK Agus Hasbianto; Muhammad Yasin
Buletin Palawija No 27 (2014): Buletin Palawija No 27, 2014
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (696.197 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v0n27.2014.p52-64

Abstract

Salah satu permasalahan dalam pengembangan produksi kedelai (Glycine max L. Merr.) adalah daya simpan benih kedelai yang lebih pendek dibandingkan benih kelompok ortodoks lainnya. Oleh karena itu, pengembangan model simulasi vigor daya simpan benih kedelai yang disimpan secara terbuka sangat diperlukan. Salah satu penyebab pendeknya daya simpan benih kedelai adalah tingginya kandungan protein benih. Benih kedelai akan memiliki daya simpan yang panjang, jika viabilitas awal benih tinggi dan kadar air sebelum disimpan berada pada tingkat aman. Selain itu, penggunaan kemasan simpan yang kedap udara akan meningkatkan daya simpan benih karena mampu melindungi benih dari pengaruh lingkungan simpan. Pendugaan daya simpan benih kedelai dapat dilakukan secara cepat menggunakan model sistem dinamik berdasarkan simulasi vigor daya simpan benih (VDS). Model sistem dinamik simulasi vigor daya simpan benih kedelai dapat dijadikan alat bantu dalam penentuan mutu benih selama penyimpanan. Dengan menggunakan kemasan karung plastik, diperoleh tingkat koefisien determinasi (R2) model sistem dinamik penyimpanan benih kedelai sebesar 0,929 untuk kedelai varietas Detam-1, nilai R2 0,743 untuk kedelai varietas Anjasmoro, nilai R2 0,964 untuk kedelai varietas Wilis, dan R2 0,867 untuk kedelai varietas Tanggamus. Untuk mendukung aplikasi praktis model sistem dinamik penyimpanan benih kedelai, disarankan mengembangkan database konstanta kadar air keseimbangan benih kedelai guna meningkatkan kehandalan dari model (ratarata R2 >0,95).
Cover dan Daftar Isi Buletin Palawija Volume 16 No 1 Abi Supiyandi
Buletin Palawija Vol 16, No 1 (2018): Buletin Palawija Vol 16 No 1, 2018
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (717.236 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v16n1.2018.p%p

Abstract

Page 1 of 23 | Total Record : 223


Filter by Year

2001 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2022): Buletin Palawija Vol 20 No 1, 2022 Vol 19, No 2 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 2, 2021 Vol 19, No 1 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 1, 2021 Vol 18, No 2 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 2, 2020 Vol 18, No 1 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 1, 2020 Vol 17, No 2 (2019): Buletin Palawija Vol 17 no 2, 2019 Vol 17, No 1 (2019): Buletin Palawija Vol 17 no 1, 2019 Vol 16, No 2 (2018): Buletin Palawija Vol 16 no 2, 2018 Vol 16, No 1 (2018): Buletin Palawija Vol 16 No 1, 2018 Vol 15, No 2 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 2, 2017 Vol 15, No 1 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 1, 2017 Vol 14, No 2 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 2, 2016 Vol 14, No 1 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 1, 2016 Vol 13, No 1 (2015): Buletin Palawija Vol 13 No 1, 2015 No 29 (2015): Buletin Palawija No 29, 2015 No 28 (2014): Buletin Palawija No 28, 2014 No 27 (2014): Buletin Palawija No 27, 2014 No 26 (2013): Buletin Palawija No 26, 2013 No 25 (2013): Buletin Palawija No 25, 2012 No 24 (2012): Buletin Palawija No 24, 2012 No 23 (2012): Buletin Palawija No 23, 2012 No 22 (2011): Buletin Palawija No 22, 2011 No 21 (2011): Buletin Palawija No 21, 2011 No 20 (2010): Buletin Palawija No 20, 2010 No 19 (2010): Buletin Palawija No 19, 2010 No 18 (2009): Buletin Palawija No 18, 2010 No 17 (2009): Buletin Palawija No 17, 2009 No 16 (2008): Buletin Palawija No 16, 2008 No 15 (2008): Buletin Palawija No 15, 2008 No 14 (2007): Buletin Palawija No 14, 2007 No 13 (2007): Buletin Palawija No 13, 2007 No 12 (2006): Buletin Palawija No 12, 2006 No 11 (2006): Buletin Palawija No 11, 2006 No 10 (2005): Buletin Palawija No 10, 2005 No 9 (2005): Buletin Palawija No 9, 2005 No 7-8 (2004): Buletin Palawija No 7-8, 2004 No 5-6 (2003): Buletin Palawija No 5 & 6, 2003 No 4 (2002): Buletin Palawija No 4, 2002 No 3 (2002): Buletin Palawija No 3, 2002 No 2 (2001): Buletin Palawija No 2, 2001 No 1 (2001): Buletin Palawija No 1, 2001 More Issue