cover
Contact Name
Didik Harnowo
Contact Email
bpalawija@gmail.com
Phone
+62341-801468
Journal Mail Official
bpalawija@gmail.com
Editorial Address
Balitkabi. Jalan Raya Kendalpayak No 8, Malang.
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Buletin Palawija
Core Subject : Agriculture,
Buletin Palawija merupakan wadah bagi para peneliti aneka kacang dan umbi untuk mendiseminasikan hasil penelitiannya dalam bentuk naskah review (tinjauan), primer dan komunikasi pendek. Naskah review dan primer mencakup berbagai disiplin ilmu, yaitu pemuliaan tanaman dan plasma nutfah, fisiologi/budidaya, perlindungan, pascapanen, dan sosial-ekonomi termasuk kebijakan pengembangan tanaman palawija. Buletin Palawija bertujuan menyajikan karya penelitian yang dapat memberikan wawasan pada dunia ilmu pengetahuan secara nasional atau international, sehinga naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dimuat diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap literatur teoritis, metodologis, dan/atau inovatif dalam penelitian aneka kacang dan umbi.
Articles 4 Documents
Search results for , issue "No 14 (2007): Buletin Palawija No 14, 2007" : 4 Documents clear
Inovasi Rekayasa Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu Kedelai Sudaryono Sudaryono
Buletin Palawija No 14 (2007): Buletin Palawija No 14, 2007
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (59.258 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n14.2007.p47-59

Abstract

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kedelai memiliki makna filosofis sebagai suatu pendekatan dalam budidaya tanaman kedelai yang menekankan pada pengelolaan tanaman, lahan, air, organisme pengganggu tanaman (OPT), sosial ekonomi, dan kelembagaan wilayah secara terpadu. Inovasi rekayasa teknologi PTT kedelai mengandung empat pengertian, yaitu (1) perbaikan, (2) pembaharuan (innovation), (3) kreasi rancangan teknologi, dan (4) pengaturan kombinasi komponen teknologi untuk budidaya tanaman kedelai agar lebih efektif dan efisien. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dikerjakan dapat dirumuskan teknologi budidaya tanaman kedelai untuk agroekologi sawah irigasi teknis, sawah tadah hujan, lahan kering, lahan rawa lebak maupun lahan rawa pasang surut yang mampu meningkatkan produktivitas kedelai di masing-masing agroekologi tersebut. Penerapan PTT pada skala yang lebih luas pada daerah-daerah sentra produksi kedelai di lahan sawah dan lahan kering masam akan berhasil meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani kedelai, dan diharapkan pada gilirannya apabila diterapkan pada skala nasional akan mampu meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri. Gairah petani kedelai akan meningkat bilamana didukung kebijakan dan sistem kelembagaan yang kondusif terhadap serapan kedelai produk petani dalam negeri. Alih teknologi sekaligus sosialisasi teknologi di tingkat petani dapat dirancang dan dilaksanakan di setiap agroekologi.
Germination and Establishment of Legumes After Rice Under Rainfed Rice Systems: A Review of Literature Agustina Asri Rahmianna
Buletin Palawija No 14 (2007): Buletin Palawija No 14, 2007
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (51.165 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n14.2007.p37-46

Abstract

Crop establishment that occurs during the first three weeks of the growing phase depends on the success of seed germination and seedling emergence. As the first process, germination can be obtained only when the seed absorb water at a sufficiently rapid rate to reach minimum or critical water content, before other biotic factors can prevent its completion. In this regards, high quality of seeds is an ultimate prerequisite. It is recognized that germination and crop establishment are dominated by physical processes and therefore soil physical properties around the seed and the very young seedling govern the success. Strictly speaking, seed germination and early crop establishment are a function of soil physical condition and seed quality. A rainfed rice ecosystem is essentially a rice field with rainfall as the main source of water to flood the field prior to and during the period of paddy rice growth. This ecosystem is characterized by a lack of water control and therefore flooding and drought are potential problems. About 70 to 75% of the rice farms in Asia are rainfed due to inadequate irrigation systems. Since rice has limited success if planted after the wet season without any irrigation, farmers cultivate upland crops in lowland areas after rice that capable of coping with the dry soil during the later part of the growing season as well as to obtain additional income to support their families. Legumes are the most popular dry season crops in rainfed lowland rice-based cropping systems, as farmers expect the crops to rely on stored water left after rice. In reality, the performance of legume crops in rainfed lowland rice-based cropping systems is generally poor. It should be remembered that puddling of the soil in flooded rice fields is an integral part of rice farming in Asia. This results in waterlogged soils and poor soil physical conditions after rice, lead to the compacted and hard soils following drying. These waterlogged conditions and hard soil, together with low seed quality and fungal attack, significantly affect germination and emergence of legume crops. To obtain high crop establishment, farmers manipulate the soil physical conditions using several practices such as soil tillage, build ditches with the various levels of success.
Profil Dan Peluang Pengembangan Ubi Kayu Di Indonesia Nasir Saleh; Yudi Widodo
Buletin Palawija No 14 (2007): Buletin Palawija No 14, 2007
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (43.594 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n14.2007.p69-78

Abstract

Tanaman ubi kayu merupakan tanaman yang sudah lama dikenal dan dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Sebagai sumber karbohidrat, ubi kayu banyak dimanfaatkan untuk bahan pangan, pakan maupun bahan baku industri. Secara umum keragaan produksi dan produktivitas ubi kayu selama 9 tahun terakhir (1999–2007) menunjukkan pertumbuhan yang positif meskipun dengan luas tanam yang berfluktuasi. Sejalan dengan program diversifikasi pangan yang menjadikan sumber karbohidrat alternatif selain beras, berkembangnya industri pakan ternak dan perkembangan industri kimia berbasis ubi kayu (termasuk industri bio-etanol), kebutuhan ubi kayu dipastikan akan meningkat tajam sehingga diperlukan peningkatan produksi baik melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanaman. Dengan tersedianya varietas unggul dan teknologi budidayanya, lahan untuk perluasan ubi kayu yang luas serta pangsa pasar yang masih terbuka maka peluang pengembangan ubi kayu sangat besar.
Beberapa Jenis Beneficial Microbe Asal Lahan Kering Masam, Lampung Tengah Prihastuti Prihastuti
Buletin Palawija No 14 (2007): Buletin Palawija No 14, 2007
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n14.2007.p60-68

Abstract

Pemanfaatan lahan kering masam banyak dihadapkan pada beberapa kendala, ditinjau dari aspek fisis, kimiawi, dan biologis tanah. Pengelolaan lahan kering masam perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitasnya, antara lain dengan memanfaatkan aktivitas mikroba tanah yang terkandung di dalamnya. Populasi mikroba pada lahan kering masam Lampung Tengah tergolong rendah, namun mempunyai biodiversitas yang tinggi. Ada beberapa jenis mikroba yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman, yang keberadaannya perlu dikembangkan agar dapat dimanfaatkan dalam penyediaan unsur hara, terutama nitrogen dan fosfat. Beberapa jenis beneficial microbe dari lahan kering masam Lampung Tengah antara lain jenis bakteri penambat nitrogen non-simbiotik, bakteri dan jamur pelarut fosfat, serta mikoriza vesikular-arbuskular. Isolat-isolat murni dari beneficial microbe ini perlu dikembangkan dan diaplikasikan kembali ke lahan kering masam asalnya untuk meningkatkan produktivitas lahan, karena sudah bersifat adaptif dan toleran terhadap lingkungan tumbuhnya.

Page 1 of 1 | Total Record : 4


Filter by Year

2007 2007


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2022): Buletin Palawija Vol 20 No 1, 2022 Vol 19, No 2 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 2, 2021 Vol 19, No 1 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 1, 2021 Vol 18, No 2 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 2, 2020 Vol 18, No 1 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 1, 2020 Vol 17, No 2 (2019): Buletin Palawija Vol 17 no 2, 2019 Vol 17, No 1 (2019): Buletin Palawija Vol 17 no 1, 2019 Vol 16, No 2 (2018): Buletin Palawija Vol 16 no 2, 2018 Vol 16, No 1 (2018): Buletin Palawija Vol 16 No 1, 2018 Vol 15, No 2 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 2, 2017 Vol 15, No 1 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 1, 2017 Vol 14, No 2 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 2, 2016 Vol 14, No 1 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 1, 2016 Vol 13, No 1 (2015): Buletin Palawija Vol 13 No 1, 2015 No 29 (2015): Buletin Palawija No 29, 2015 No 28 (2014): Buletin Palawija No 28, 2014 No 27 (2014): Buletin Palawija No 27, 2014 No 26 (2013): Buletin Palawija No 26, 2013 No 25 (2013): Buletin Palawija No 25, 2012 No 24 (2012): Buletin Palawija No 24, 2012 No 23 (2012): Buletin Palawija No 23, 2012 No 22 (2011): Buletin Palawija No 22, 2011 No 21 (2011): Buletin Palawija No 21, 2011 No 20 (2010): Buletin Palawija No 20, 2010 No 19 (2010): Buletin Palawija No 19, 2010 No 18 (2009): Buletin Palawija No 18, 2010 No 17 (2009): Buletin Palawija No 17, 2009 No 16 (2008): Buletin Palawija No 16, 2008 No 15 (2008): Buletin Palawija No 15, 2008 No 14 (2007): Buletin Palawija No 14, 2007 No 13 (2007): Buletin Palawija No 13, 2007 No 12 (2006): Buletin Palawija No 12, 2006 No 11 (2006): Buletin Palawija No 11, 2006 No 10 (2005): Buletin Palawija No 10, 2005 No 9 (2005): Buletin Palawija No 9, 2005 No 7-8 (2004): Buletin Palawija No 7-8, 2004 No 5-6 (2003): Buletin Palawija No 5 & 6, 2003 No 4 (2002): Buletin Palawija No 4, 2002 No 3 (2002): Buletin Palawija No 3, 2002 No 2 (2001): Buletin Palawija No 2, 2001 No 1 (2001): Buletin Palawija No 1, 2001 More Issue