cover
Contact Name
Didik Harnowo
Contact Email
bpalawija@gmail.com
Phone
+62341-801468
Journal Mail Official
bpalawija@gmail.com
Editorial Address
Balitkabi. Jalan Raya Kendalpayak No 8, Malang.
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Buletin Palawija
Core Subject : Agriculture,
Buletin Palawija merupakan wadah bagi para peneliti aneka kacang dan umbi untuk mendiseminasikan hasil penelitiannya dalam bentuk naskah review (tinjauan), primer dan komunikasi pendek. Naskah review dan primer mencakup berbagai disiplin ilmu, yaitu pemuliaan tanaman dan plasma nutfah, fisiologi/budidaya, perlindungan, pascapanen, dan sosial-ekonomi termasuk kebijakan pengembangan tanaman palawija. Buletin Palawija bertujuan menyajikan karya penelitian yang dapat memberikan wawasan pada dunia ilmu pengetahuan secara nasional atau international, sehinga naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dimuat diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap literatur teoritis, metodologis, dan/atau inovatif dalam penelitian aneka kacang dan umbi.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "No 27 (2014): Buletin Palawija No 27, 2014" : 5 Documents clear
SIMULASI VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI MENGGUNAKAN MODEL SISTEM DINAMIK Agus Hasbianto; Muhammad Yasin
Buletin Palawija No 27 (2014): Buletin Palawija No 27, 2014
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (696.197 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v0n27.2014.p52-64

Abstract

Salah satu permasalahan dalam pengembangan produksi kedelai (Glycine max L. Merr.) adalah daya simpan benih kedelai yang lebih pendek dibandingkan benih kelompok ortodoks lainnya. Oleh karena itu, pengembangan model simulasi vigor daya simpan benih kedelai yang disimpan secara terbuka sangat diperlukan. Salah satu penyebab pendeknya daya simpan benih kedelai adalah tingginya kandungan protein benih. Benih kedelai akan memiliki daya simpan yang panjang, jika viabilitas awal benih tinggi dan kadar air sebelum disimpan berada pada tingkat aman. Selain itu, penggunaan kemasan simpan yang kedap udara akan meningkatkan daya simpan benih karena mampu melindungi benih dari pengaruh lingkungan simpan. Pendugaan daya simpan benih kedelai dapat dilakukan secara cepat menggunakan model sistem dinamik berdasarkan simulasi vigor daya simpan benih (VDS). Model sistem dinamik simulasi vigor daya simpan benih kedelai dapat dijadikan alat bantu dalam penentuan mutu benih selama penyimpanan. Dengan menggunakan kemasan karung plastik, diperoleh tingkat koefisien determinasi (R2) model sistem dinamik penyimpanan benih kedelai sebesar 0,929 untuk kedelai varietas Detam-1, nilai R2 0,743 untuk kedelai varietas Anjasmoro, nilai R2 0,964 untuk kedelai varietas Wilis, dan R2 0,867 untuk kedelai varietas Tanggamus. Untuk mendukung aplikasi praktis model sistem dinamik penyimpanan benih kedelai, disarankan mengembangkan database konstanta kadar air keseimbangan benih kedelai guna meningkatkan kehandalan dari model (ratarata R2 >0,95).
PENGENDALIAN HAMA THRIPS KACANG HIJAU DENGAN INSEKTISIDA NABATI DAN KIMIA Sri Wahyuni Indiati
Buletin Palawija No 27 (2014): Buletin Palawija No 27, 2014
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (823.551 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v0n27.2014.p39-51

Abstract

Thrips, Megalurothrips usitatus (Bagnall) merupakan salah satu hama penting kacang hijau pada musim kemarau. Berdasarkan hasil penelitian, kehilangan hasil kacang hijau akibat serangan thrips berkisar antara 12–64%, tergantung varietas, umur tanaman dan musim. Serangan thrips pada awal pertumbuhan vegetatif dicirikan dengan gejala keriting pada daun pucuk, sehingga tanaman menjadi kerdil. Gejala serangan pada fase berbunga mengakibatkan dengan rontoknya bunga, polong tidak terbentuk, sehingga mengurangi hasil kacang hijau. Pengendalian thrips pada kacang hijau dengan ekstrak air (rendaman) serbuk biji mimba (SBM), bawang putih, rimpang jahe, daun pepaya, dan rendaman campuran cabai, bawang, dan jahe (LBJ) sebagai insektisida nabati mempunyai keefektifan yang hampir sama. Namun bila dibandingkan dengan insektisida kimia, keefektifan insektisida nabati lebih rendah. Intensitas serangan thrips dapat ditekan sampai 2% dengan penggunaan fipronil, imidakloprid, formetanate hydrocloride 1–2 ml/l seminggu sekali, penggunaan diafentiuron hanya mampu menekan intensitas serangan thrips sampai 32%. Sedangkan pada petak kontrol serangan thrips mencapai 100%. Aplikasi fipronil 2 ml/l pada 10 HST yang diikuti dengan aplikasi rendaman rimpang jahe 20 g/l pada 17, 24, 31 HST efektif mengendalikan serangan thrips sampai 6,8%. Kombinasi insektisida kimia dan nabati dapat mengurangi penggunaan insektisida kimia antara 50–75%.
PROSPEK UWI SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL DAN BAHAN DIVERSIFIKASI PANGAN Hapsari, Ratri Tri
Buletin Palawija No 27 (2014): Buletin Palawija No 27, 2014
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.605 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v0n27.2014.p26-38

Abstract

Uwi (Dioscorea alata) merupakan tanaman pangan lokal yang prospektif dan dapat digunakan sebagai pangan fungsional dan bahan diversifikasi pangan. Uwi mengandung karbohidrat dan protein tinggi namun rendah kadar gula. Berbagai penelitian telah mengungkapkan manfaat uwi bagi kesehatan, seperti dapat digunakan sebagai pengganti nasi untuk penderita diabetes, mengurangi risiko terkena kanker payudara dan penyakit kardiovaskular, serta dapat digunakan sebagai obat terapi pada penderita osteoporosis dan memelihara kesehatan usus. Budidaya tanaman uwi relatif mudah dan tidak memerlukan perawatan khusus, masa dormansi umbi yang panjang dapat dipersingkat hingga 1 bulan, satu umbi berukuran sedang dapat menghasilkan 16– 24 batang bibit. Untuk mempermudah proses pengolahan uwi, sebaiknya dilakukan perbaikan genetik ubi uwi yang memiliki bentuk seragam dan kandungan nutrisi yang baik. Prospek uwi sebagai pangan fungsional dan bahan diversifikasi pangan dapat dilakukan dengan proses pembuatan tepung yang memiliki kapasitas antioksidan yang baik selanjutnya dapat digunakan untuk pembuatan beragam produk olahan modern seperti roti, kue kering (cookies), flakes, muffin, mie atau bihun. Selain itu sosialisasi dan promosi mengenai keunggulan uwi dari segi kesehatan juga diperlukan untuk meningkatkan nilai ekonomi uwi.
TELAAH PENYEBAB GEJALA “GAPONG” PADA KACANG TANAH A. A. Rahmianna; Y. Baliadi
Buletin Palawija No 27 (2014): Buletin Palawija No 27, 2014
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2017.436 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v0n27.2014.p1-14

Abstract

Istilah “gapong” yang mulai dipublikasikan pada tahun 1930an digunakan untuk menamakan polong kacang tanah yang tidak berisi, polong berwarna hitam, kulit polong rapuh, dan kadang-kadang ditandai adanya polong busuk. Banyak petani di bekas Karesidenan Cirebon mengeluhkan gejala ini, karena menimbulkan kerugian ekonomi sangat besar, melebihi kerugian karena serangan penyakit daun. Hingga kini penyebab utama “gapong” masih belum diketahui sehingga cara penanganannya juga belum ditemukan. Hasil survei tanaman kacang tanah di Kab. Cirebon dan Majalengka pada musim kemarau tahun 2008 menunjukkan bahwa istilah “gapong” digunakan untuk menunjuk keadaan polong yang tidak sehat dengan beragam keadaan. Namun demikian apabila dipilah-pilahkan maka “gapong” dapat disebabkan oleh serangan nematoda, hama tanah, penyakit tular tanah, maupun karena luka mekanis (terluka oleh alat-alat pertanian) yang sangat memungkinkan untuk dikendalikan atau ditekan serangannya dengan menggunakan pestisida atau teknologi pengendalian lainnya. Sedangkan fenomena “gapong” yang mendasarkan pada keadaan polong yang berwarna hitam, kulit polong bagian luar melepuh seperti terbakar, berserabut dan rapuh serta diikuti oleh batang yang kaku, daun berukuran lebih kecil dan kaku, hingga kini masih belum dapat diatasi.
PENYAKIT VIRUS TANAMAN UBIJALAR DAN UPAYA PENGENDALIANNYA Nasir Saleh; St. A. Rahayuningsih
Buletin Palawija No 27 (2014): Buletin Palawija No 27, 2014
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v0n27.2014.p15-25

Abstract

Di Indonesia, tanaman ubijalar (Ipomoea batatas) merupakan sumber karbohidrat yang penting sebagai bahan pangan, pakan maupun bahan baku berbagai industri pangan/non-pangan. Namun demikian karena bukan merupakan komoditas utama, penelitian dan pengembangan komoditas tersebut masih terbatas. Pada tahun 2011, rata-rata nasional hasil ubijalar adalah 12,2 t/ha, masih di bawah potensi hasil beberapa varietas unggul yang mencapai 30–35 t/ha. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas ubijalar adalah adanya infeksi virus. Hingga kini di Indonesia, paling tidak terdapat enam jenis virus yang menginfeksi tanaman ubijalar yaitu: Sweet potato feathery mottle virus (SPFMV), sweet potato mild mottle virus (SPMMV), Sweet potato latent virus (SPLV), Sweet potato chlorotic fleck virus (SPCFV), Sweet potato virus-6 (SPV-6) dan Sweet potato virus-8 (SPV-8). Diduga Sweet potato virus disease (SPVD) yang merupakan infeksi ganda SPFMV+SPCSV juga telah ada di Indonesia. Di luar negeri infeksi virus telah terbukti secara nyata merugikan. Infeksi SPVD dapat mengakibatkan kehilangan hasil hingga 90%. Pengendalian penyakit virus dapat dilakukan dengan merakit varietas tahan/toleran, menanam bibit sehat, pengaturan lokasi/musim tanam, rotasi tanam, dan pengendalian vektor dengan pestisida. Pendekatan PHT dengan melaksanakan sekolah lapang bagi petani akan lebih meningkatkan efektivitas pengendalian penyakit virus.

Page 1 of 1 | Total Record : 5


Filter by Year

2014 2014


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2022): Buletin Palawija Vol 20 No 1, 2022 Vol 19, No 2 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 2, 2021 Vol 19, No 1 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 1, 2021 Vol 18, No 2 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 2, 2020 Vol 18, No 1 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 1, 2020 Vol 17, No 2 (2019): Buletin Palawija Vol 17 no 2, 2019 Vol 17, No 1 (2019): Buletin Palawija Vol 17 no 1, 2019 Vol 16, No 2 (2018): Buletin Palawija Vol 16 no 2, 2018 Vol 16, No 1 (2018): Buletin Palawija Vol 16 No 1, 2018 Vol 15, No 2 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 2, 2017 Vol 15, No 1 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 1, 2017 Vol 14, No 2 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 2, 2016 Vol 14, No 1 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 1, 2016 Vol 13, No 1 (2015): Buletin Palawija Vol 13 No 1, 2015 No 29 (2015): Buletin Palawija No 29, 2015 No 28 (2014): Buletin Palawija No 28, 2014 No 27 (2014): Buletin Palawija No 27, 2014 No 26 (2013): Buletin Palawija No 26, 2013 No 25 (2013): Buletin Palawija No 25, 2012 No 24 (2012): Buletin Palawija No 24, 2012 No 23 (2012): Buletin Palawija No 23, 2012 No 22 (2011): Buletin Palawija No 22, 2011 No 21 (2011): Buletin Palawija No 21, 2011 No 20 (2010): Buletin Palawija No 20, 2010 No 19 (2010): Buletin Palawija No 19, 2010 No 18 (2009): Buletin Palawija No 18, 2010 No 17 (2009): Buletin Palawija No 17, 2009 No 16 (2008): Buletin Palawija No 16, 2008 No 15 (2008): Buletin Palawija No 15, 2008 No 14 (2007): Buletin Palawija No 14, 2007 No 13 (2007): Buletin Palawija No 13, 2007 No 12 (2006): Buletin Palawija No 12, 2006 No 11 (2006): Buletin Palawija No 11, 2006 No 10 (2005): Buletin Palawija No 10, 2005 No 9 (2005): Buletin Palawija No 9, 2005 No 7-8 (2004): Buletin Palawija No 7-8, 2004 No 5-6 (2003): Buletin Palawija No 5 & 6, 2003 No 4 (2002): Buletin Palawija No 4, 2002 No 3 (2002): Buletin Palawija No 3, 2002 No 2 (2001): Buletin Palawija No 2, 2001 No 1 (2001): Buletin Palawija No 1, 2001 More Issue