cover
Contact Name
Didik Harnowo
Contact Email
bpalawija@gmail.com
Phone
+62341-801468
Journal Mail Official
bpalawija@gmail.com
Editorial Address
Balitkabi. Jalan Raya Kendalpayak No 8, Malang.
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Buletin Palawija
Core Subject : Agriculture,
Buletin Palawija merupakan wadah bagi para peneliti aneka kacang dan umbi untuk mendiseminasikan hasil penelitiannya dalam bentuk naskah review (tinjauan), primer dan komunikasi pendek. Naskah review dan primer mencakup berbagai disiplin ilmu, yaitu pemuliaan tanaman dan plasma nutfah, fisiologi/budidaya, perlindungan, pascapanen, dan sosial-ekonomi termasuk kebijakan pengembangan tanaman palawija. Buletin Palawija bertujuan menyajikan karya penelitian yang dapat memberikan wawasan pada dunia ilmu pengetahuan secara nasional atau international, sehinga naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dimuat diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap literatur teoritis, metodologis, dan/atau inovatif dalam penelitian aneka kacang dan umbi.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "No 28 (2014): Buletin Palawija No 28, 2014" : 5 Documents clear
UPAYA PENYEDIAAN VIRUS MURNI UNTUK PEMBUATAN ANTISERUM Soybean Mosaic Virus Wuye Ria Andayanie
Buletin Palawija No 28 (2014): Buletin Palawija No 28, 2014
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.683 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v0n28.2014.p84-92

Abstract

SMV merupakan salah satu penyebab penyakit mosaik penting pada kedelai (Glycine max L. Merr.) karena dapat mengakibatkan penurunan hasil hingga 57%. Hingga saat ini SMV masih merupakan salah satu kendala bagi peningkatan produksi kedelai. Hingga saat ini, pemuliaan tanaman kedelai lebih diarahkan untuk hasil tinggi, belum ada program pemuliaan untuk ketahanan terhadap penyakit soybean mosaic virus. Pemurnian virus merupakan salah satu langkah penting untuk kajian suatu virus dan pengelolaan penyakit virus tersebut. Virus murni dapat diisolasi dari satu luka lokal (local lesion) pada Chenopodium amaranticolor yang diinokulasi SMV. Tanaman untuk perbanyakan virus (propagative plants) kebanyakan berbeda dengan tanaman inangnya. Pada SMV hanya diperbanyak pada tanaman kedelai. Salah satu faktor untuk keberhasilan pemurnian virus adalah perbanyakan virus pada tanaman inang yang tepat. Metode pemurnian sangat ditentukan oleh karakter virus. Sifat-sifat kimia fisika protein dan asam nukleat yang berbeda antara virus atau strain virus akan menyebabkan metode pemurnian virus sangat bervariasi. Virus murni ini digunakan untuk karakterisasi virus dan pembuatan antiserum. Identifikasi SMV dengan memanfaatkan reaksi antara antigen dan antibodi telah banyak diaplikasikan sebagai alat deteksi keberadaan virus pada tanaman dan evaluasi genotipe sebagai sumber gen dalam program pemuliaan untuk ketahanan terhadap SMV berdaya hasil tinggi.
DINAMIKA PREFERENSI PETANI DAN PENYEBARAN VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Ruly Krisdiana
Buletin Palawija No 28 (2014): Buletin Palawija No 28, 2014
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.539 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v0n28.2014.p93-101

Abstract

Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan penyumbang produksi kedelai ketiga terbesar setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dinamika preferensi petani dan penyebaran varietas unggul kedelai di Nusa Tenggara Barat pada tahun 2012 mengalami pergeseran dan perbedaan dengan tahun 2008. Penulisan ini adalah untuk menelaah dinamika preferensi petani dan penyebaran varietas kedelai di Nusa Tenggara Barat. Makalah disusun berdasarkan suatu telaah beberapa studi perilaku petani pada tahun 2008 dan 2012. Hasil telaah mampu memberikan gambaran bahwa adanya dinamika preferensi petani dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan 2012, kecuali keinginan petani dari aspek kulit biji kedelai yang tetap yakni kuning sampai dengan putihkekuningan dan bentuk biji yang oval. Di sisi lain, telah terjadi pergeseran preferensi petani terhadap kedelai yang mengarah ke biji besar dan umur panen genjah. Implikasinya adalah pengembangan kedelai berbiji besar, bentuk biji yang oval, berumur genjah dan warna kulit biji kuning atau putihkekuningan mempunyai peluang besar untuk diterima petani secara cepat. Dari aspek penyebaran varietas kedelai memberikan pengertian bahwa varietas unggul kedelai yang ukuran bijinya besar mendominasi areal tanam atau panen kedelai (Anjasmoro dan Grobogan). Peran pemerintah melalui program bantuan langsung benih unggul (BLBU) mempercepat penyebaran varietas unggul baru.
PUPUK HAYATI UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN PRODUKSI KEDELAI DI TANAH MASAM Harsono, Arief; Husein, E.; Sucahyono, Didik; Muzaiyanah, Siti
Buletin Palawija No 28 (2014): Buletin Palawija No 28, 2014
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (142.551 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v0n28.2014.p102-114

Abstract

Produksi kedelai di Indonesia hingga kini baru dapat memenuhi 40% kebutuhan domestik, karena areal panennya kurang luas dan produktivitasnya rendah. Untuk pengembangan kedelai, di Indonesia tersedia tanah masam 18,5 juta ha yang sebagian besar sudah dimanfaatkan untuk usahatani tanaman pangan dan perkebunan. Dengan pengaturan polatanam yang tepat, kedelai dapat dibudidayakan di lahan tersebut dengan keuntungan memadai. Pengembangan kedelai ke tanah masam juga selaras dengan program pembangunan Kementerian Pertanian ke depan yang akan difokuskan pada lahan suboptimal. Kendala pengembangan kedelai di tanah masam di antaranya adalah pH tanah rendah, ketersediaan hara N, P, K, Ca, dan Mg rendah, kejenuhan Al-dd, kandungan Fe dan Mn tinggi, serta miskin biota tanah. Di tanah masam, penggunaan pupuk hayati dan pupuk organik yang efektif pada kedelai, mampu menghemat kebutuhan NPK lebih dari 50%, dan menghasilkan biji (>2,0 t/ha) lebih tinggi dibanding dipupuk NPK rekomendasi. Di sentra produksi ubikayu, kedelai dapat dikembangkan dengan menerapkan polatanam ubikayu + kacang tanah /+ kedelai, atau ubikayu + kedelai, masing-masing untuk lahan dengan jumlah bulan basah lebih dan kurang dari lima bulan per tahun. Penerapan pola tanam ini mampu meningkatkan intensitas tanam, mengurangi risiko kegagalan panen, dan meningkatkan pendapatan petani, dari 11–13 juta rupiah menjadi 23–27 juta rupiah per hektar tanpa menurunkan hasil ubikayu. Pola tanam tersebut, juga dapat diterapkan pada lahan perkebunan karet dan sawit muda. Keberhasilan upaya pengembangan kedelai pada tanah masam memerlukan: (1) Dukungan program dari penentu kebijakan, (2) Insentif penyediaan sarana produksi, jaminan harga dan pasar, dan (3) Investor yang bergerak di bidang industri dan perdagangan kedelai.
ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT, Piezodorus hybneri Gmelin (HEMIPTERA: PENTATOMIDAE) DAN PENGENDALIANNYA Yudha Ika Bayu, Marida Santi; Tengkano, Wedanimbi
Buletin Palawija No 28 (2014): Buletin Palawija No 28, 2014
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1291.407 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v0n28.2014.p73-83

Abstract

Kepik hijau pucat, P. hybneri Gmelin (Hemiptera: Pentatomidae) merupakan hama penting pada tanaman kedelai. Hama ini mulai menyerang kedelai sejak tanaman berumur 35 hari setelah tanam (HST). Imago dan nimfa merusak dengan cara menusukkan stiletnya ke kulit polong langsung ke biji untuk mengisap cairan makanan. Akibat serangan yang ditimbulkan tergantung pada fase pertumbuhan polong dan biji waktu terjadi serangan, serta banyak dan letak tusukan pada biji. Tanda kerusakan akibat serangan P. hybneri adalah bintik coklat pada biji atau kulit polong bagian dalam. Serangan pengisap polong ini menyebabkan kualitas dan hasil panen berkurang dan mengakibatkan daya kecambah biji menurun. Peningkatan serangan P. hybneri diduga berkaitan dengan makin luasnya pertanaman kedelai dan tersedianya tanaman inang (pakan) secara terus menerus sepanjang tahun. Upaya pengendalian P. hybneri yang selama ini dilakukan adalah dengan menggunakan insektisida, kultur teknik, dan penggunaan musuh alami. Pengendalian secara kultur teknik dapat dilakukan dengan tanam serempak, penggunaan varietas tahan, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang, sanitasi selektif terhadap tanaman inang, dan penanaman tanaman perangkap. Selain itu, menggunakan pestisida secara bijaksana agar dapat meningkatkan peran musuh alami seperti laba-laba (Araneidae) dan semut (Formicidae) dalam menekan populasi P. hybneri di pertanaman.
PEMULIAAN TANAMAN KEDELAI TAHAN KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Genn.) Apri Sulistyo
Buletin Palawija No 28 (2014): Buletin Palawija No 28, 2014
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v0n28.2014.p65-72

Abstract

Kutu kebulmerupakan hama pengisap daun yang umumnyamenyerang tanaman kedelai (Glycine max Merr.)di musim kemarau. Kehilangan hasil akibatserangan hama ini dapat mencapai 80% bahkangagal panen. Pencegahan dan pengendalian kutukebul dapat dilakukan dengan prinsip PengendalianHama Terpadu (PHT). Salah satu kunci keberhasilannyaadalah penggunaan varietas tahan. DiIndonesia, hanya varietas Tengger yang dideskripsikancukup tahan kutu kebul. Masih sedikitnyavarietas kedelai yang tahan serangan kutu kebulmembuka peluang bagi pemulia tanaman kedelaiuntuk merakit varietas kedelai tahan kutu kebul. Informasi mengenai genotipe-genotipe kedelai yang tahan kutu kebul di Indonesia, memberi peluang lebih besar bagi keberhasilan program pemuliaan kedelai tahan kutu kebul. Keberhasilan perakitan varietas kedelai tahan kutu kebul di Turki dan diketahuinya mekanisme ketahanan serta kriteria seleksinya dapat dijadikan acuan bagi pemulia kedelai di Indonesia. Metode pemuliaan single seeddescent (SSD) dikombinasikan dengan metode bulk dapat digunakan pada pemuliaan kedelai tahan kutu kebul. Jumlah nimfa per daun atau jumlah infestasi kutu kebul per luasan daun dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi.  

Page 1 of 1 | Total Record : 5


Filter by Year

2014 2014


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2022): Buletin Palawija Vol 20 No 1, 2022 Vol 19, No 2 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 2, 2021 Vol 19, No 1 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 1, 2021 Vol 18, No 2 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 2, 2020 Vol 18, No 1 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 1, 2020 Vol 17, No 2 (2019): Buletin Palawija Vol 17 no 2, 2019 Vol 17, No 1 (2019): Buletin Palawija Vol 17 no 1, 2019 Vol 16, No 2 (2018): Buletin Palawija Vol 16 no 2, 2018 Vol 16, No 1 (2018): Buletin Palawija Vol 16 No 1, 2018 Vol 15, No 2 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 2, 2017 Vol 15, No 1 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 1, 2017 Vol 14, No 2 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 2, 2016 Vol 14, No 1 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 1, 2016 Vol 13, No 1 (2015): Buletin Palawija Vol 13 No 1, 2015 No 29 (2015): Buletin Palawija No 29, 2015 No 28 (2014): Buletin Palawija No 28, 2014 No 27 (2014): Buletin Palawija No 27, 2014 No 26 (2013): Buletin Palawija No 26, 2013 No 25 (2013): Buletin Palawija No 25, 2012 No 24 (2012): Buletin Palawija No 24, 2012 No 23 (2012): Buletin Palawija No 23, 2012 No 22 (2011): Buletin Palawija No 22, 2011 No 21 (2011): Buletin Palawija No 21, 2011 No 20 (2010): Buletin Palawija No 20, 2010 No 19 (2010): Buletin Palawija No 19, 2010 No 18 (2009): Buletin Palawija No 18, 2010 No 17 (2009): Buletin Palawija No 17, 2009 No 16 (2008): Buletin Palawija No 16, 2008 No 15 (2008): Buletin Palawija No 15, 2008 No 14 (2007): Buletin Palawija No 14, 2007 No 13 (2007): Buletin Palawija No 13, 2007 No 12 (2006): Buletin Palawija No 12, 2006 No 11 (2006): Buletin Palawija No 11, 2006 No 10 (2005): Buletin Palawija No 10, 2005 No 9 (2005): Buletin Palawija No 9, 2005 No 7-8 (2004): Buletin Palawija No 7-8, 2004 No 5-6 (2003): Buletin Palawija No 5 & 6, 2003 No 4 (2002): Buletin Palawija No 4, 2002 No 3 (2002): Buletin Palawija No 3, 2002 No 2 (2001): Buletin Palawija No 2, 2001 No 1 (2001): Buletin Palawija No 1, 2001 More Issue