cover
Contact Name
Didik Harnowo
Contact Email
bpalawija@gmail.com
Phone
+62341-801468
Journal Mail Official
bpalawija@gmail.com
Editorial Address
Balitkabi. Jalan Raya Kendalpayak No 8, Malang.
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Buletin Palawija
Core Subject : Agriculture,
Buletin Palawija merupakan wadah bagi para peneliti aneka kacang dan umbi untuk mendiseminasikan hasil penelitiannya dalam bentuk naskah review (tinjauan), primer dan komunikasi pendek. Naskah review dan primer mencakup berbagai disiplin ilmu, yaitu pemuliaan tanaman dan plasma nutfah, fisiologi/budidaya, perlindungan, pascapanen, dan sosial-ekonomi termasuk kebijakan pengembangan tanaman palawija. Buletin Palawija bertujuan menyajikan karya penelitian yang dapat memberikan wawasan pada dunia ilmu pengetahuan secara nasional atau international, sehinga naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dimuat diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap literatur teoritis, metodologis, dan/atau inovatif dalam penelitian aneka kacang dan umbi.
Articles 4 Documents
Search results for , issue "No 4 (2002): Buletin Palawija No 4, 2002" : 4 Documents clear
Pengelolaan Air Pada Budidaya Kedelai di Lahan Sawah Tanah Vertisol Agustina Asri Rahmianna
Buletin Palawija No 4 (2002): Buletin Palawija No 4, 2002
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (51.423 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n4.2002.p58-66

Abstract

Luas tanah Vertisol di Indonesia adalah 832.000 ha, sekitar 350.000 ha merupakan lahan sawah terdapat di P. Jawa dan digunakan untuk budidaya kedelai. Tanah Vertisol mengandung antara 30–95% lempung dengan tipe 2:1; akan mengembang bila basah dan mengkerut, keras, mampat dan pecah membentuk bongkahan dan retakan bila kering. Sifat fisik tanah tersebut menyebabkan kisaran tingkat ketersediaan lengas tanah antara kekeringan dan kelebihan air menjadi sempit sehingga pengelolaan fisik lahan merupakan fungsi dari status lengas tanah. Hasil kedelai pada lahan sawah Vertisol berpeluang ditingkatkan dengan pengelolaan lengas tanah. Nilai kritis kandungan lengas tanah Vertisol untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif kedelai sekitar 50% dari kapasitas lapang atau pF 3,3. Sedangkan pertumbuhan vegetatif dan generatif mencapai maksimal pada saat kandungan lengas tanah antara 75% hingga 87,8% air tersedia. Di lapang, kondisi tersebut sangat sulit dicapai secara tepat, namun bisa didekati dengan pengairan paling tidak setiap 10 hari sekali selama pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tidak layu, tidak kerdil, tidak terserang gejala khlorosis serta banyak membentuk polong. Hasil penelitian pada musim kemarau menunjukkan hasil tinggi dengan tiga kali pengairan (pada saat tanam, awal berbunga dan pengisian polong) apabila masih ada hujan atau empat kali pengairan tanpa adanya hujan. Praktek ini memberikan hasil biji kedelai tinggi (3,13 t/ha), namun petani enggan mengeluarkan biaya tambahan untuk 4 atau 5x pengairan karena biaya bisa melebihi 30% dari total biaya produksi. Sedangkan budidaya kedelai pada musim hujan di lahan sawah tadah hujan mutlak memerlukan saluran drainase sebagai sarana pematusan lahan. Berhubung jumlah curah hujan tidak bisa diduga dan di sisi lain kadar lengas tanah optimal untuk pertumbuhan vegetatif, generatif dan hasil biji adalah antara 75–87,8%AT maka lebar bedengan atau jarak antar saluran drainase antara 3 hingga 4 m disarankan untuk dilakukan dengan pengalaman hasil biji yang diperoleh sama dengan kedelai yang ditanam pada bedengan yang lebih sempit.
Teknologi Penanganan Pascapanen dan Pengolahan Ubikayu Menjadi Produk Antara untuk Mendukung Agroindustri Erliana Ginting
Buletin Palawija No 4 (2002): Buletin Palawija No 4, 2002
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.529 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n4.2002.p67-83

Abstract

Ubikayu setelah dipanen, mudah rusak baik secara fisiologis maupun mikrobiologis sehingga tidak tahan lama disimpan. Hal ini menimbulkan masalah dalam pemasaran dan pemanfaatannya karena dapat menyebabkan penurunan mutu sekaligus kehilangan hasil sampai 25%. Kerugian akibat kehilangan hasil dan jatuhnya harga seringkali dialami petani, terutama pada saat panen raya. Pembuatan gaplek yang umum dilakukan petani untuk pengawetan ubikayu, relatif belum memadai mutunya akibat kurang sempurnanya proses pengolahan. Untuk itu, diperlukan teknik penanganan pasca panen dan pengolahan yang tepat guna menekan kehilangan hasil, memperpanjang daya simpan sekaligus memperluas pemanfaatan ubikayu. Pemanenan ubikayu sebaiknya dilakukan pada saat umur optimal, tergantung varietas dan tujuan penggunaannya. Upaya mempertahankan mutu ubikayu segar dalam skala kecil dapat dilakukan dengan menggunakan serbuk gergaji basah dan sekam lembab yang terbukti efektif 1-3 bulan penyimpanan. Ubikayu segar juga dapat diolah menjadi produk antara yang relatif lebih awet disimpan, seperti gaplek/chips, pati, tepung dan serbuk ubikayu yang dapat dikendalikan mutunya melalui teknik pengolahan yang tepat dan pemilihan jenis/varietas yang sesuai. Produk antara ini lebih kecil volumenya dan fleksibel untuk digunakan sebagai bahan baku beragam produk pangan dan industri nonpangan. Hal ini akanberdampak pada peningkatan nilai tambah dan permintaan terhadap ubikayu sekaligus memacu usaha agroindustri berbasis ubikayu. Sebagai contoh, pengolahan tepung ubikayu memberi nilai tambah sebesar Rp 189/ kg pada tingkat harga ubi segar Rp 200/kg. Namun, untuk pengembangannya, diperlukan dukungan kebijakan dan strategi yang tepat dengan mempertimbangkan peran aktif petani, pengolah dan konsumen serta promosi dan penyuluhan yang intensif untuk memperbaiki citra produk pangan dari ubikayu.
Pemberdayaan Alfisol untuk Pengembangan Sentra Area Tanam dan Agribisnis Kacang Tanah di Indonesia Sudaryono Sudaryono
Buletin Palawija No 4 (2002): Buletin Palawija No 4, 2002
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n4.2002.p84-99

Abstract

Alfisol atau tanah Mediteran merupakan kelompok tanah merah yang menduduki persentase tertinggi sebagai areal kacang tanah. Bahan induk Alfisol umumnya adalah batu kapur sehingga mempunyai pewaris sifat basis yang kuat. Hasil telaah percobaan di rumah kaca maupun lapangan, lahan Alfisol memiliki potensi persoalan miskin hara P, K, S, Mg, Fe, Zn dan Cu, nir-imbang (inbalance) K/Ca+Mg, dan miskin bahan organik tanah. Sumber daya lahan Alfisol merupakan kimah (asset) yang besar untuk pengembangan agribisnis kacang tanah atau tanaman pangan pada umumnya. Komponen teknologi budidaya kacang tanah pada Alfisol dapat dirakit secara lengkap (utuh). Komponen teknologi pokok budidaya kacang tanah yang perlu mendapat perhatian meliputi : (1) Kebutuhan air optimal kacang tanah adalah 400 mm/musim tanam, (2) Tambahan N untuk pertumbuhan awal kacang tanah adalah 20–35 kg N/ha, (3) Tambahan pupuk P sebesar 50 kg P 2 O 5 /ha. P-alam merupakan sumber alternatif yang efektif dan ekonomis, (4) Tambahan pupuk K sekitar 25–50 kg K 2 O/ha. ZK-Plus merupakan sumber K alternatif yang efektif dan ekonomis, (5) Alfisol basis tanggap terhadap pemupukan S. Takaran 100 kg ZA/ha atau 100 kg S elementer/ha cukup efektif untuk memperbaiki keharaan S dan pH tanah, (6) Ada peluang peningkatan hasil kacang tanah melalui PPC daun dikombinasikan dengan ajuvan (perata dan perekat), dan (7) Pemakaian 20 t pupuk kandang/ha pada Alfisol marginal memiliki pengaruh nyata terhadap peningkatan hasil kacang tanah. Pemanfaatan Alfisol sebagai sentral area tanam kacang tanah memiliki kelayakan teknis dan perspektif agribisnis yang kuat. Agribisnis kacang tanah memiliki spektrum agroindustri hulu yang luas.
Perbaikan Varietas Unggul Kacang Hijau Tahan Penyakit Embun Tepung dan Bercak Daun M. Anwari
Buletin Palawija No 4 (2002): Buletin Palawija No 4, 2002
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n4.2002.p49-57

Abstract

Kacang hijau merupakan tanaman kacang-kacangan utama ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Tanaman kacang hijau peka terhadap serangan penyakit pada semua stadia pertumbuhannya. Penyakit embun tepung dan bercak daun tergolong penyakit yang dominan. Penyakit embun tepung banyak dijumpai pada musim kemarau, sedangkan penyakit bercak daun pada musim hujan. Dari evaluasi terhadap beberapa galur kacang hijau, diperoleh tiga galur yang memberikan hasil tinggi yaitu VC 3012B, VC 2750, dan EVO 947, masing-masing dengan sifat agak peka penyakit bercak daun, tahan penyakit embun tepung, dan tahan penyakit bercak daun. Galur VC 3012B dan VC 2750 mempunyai warna biji hijau mengkilat, sedangkan EVO 947 hijau kusam, dan ketiganya berbiji besar. Galur VC 3012B pada tahun 1998 dilepas sebagai varietas unggul dengan nama Kenari, dan pada tahun 2001 galur VC 2750 dan EVO 947 dilepas sebagai varietas unggul baru masing-masing dengan nama Perkutut dan Murai.

Page 1 of 1 | Total Record : 4


Filter by Year

2002 2002


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2022): Buletin Palawija Vol 20 No 1, 2022 Vol 19, No 2 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 2, 2021 Vol 19, No 1 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 1, 2021 Vol 18, No 2 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 2, 2020 Vol 18, No 1 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 1, 2020 Vol 17, No 2 (2019): Buletin Palawija Vol 17 no 2, 2019 Vol 17, No 1 (2019): Buletin Palawija Vol 17 no 1, 2019 Vol 16, No 2 (2018): Buletin Palawija Vol 16 no 2, 2018 Vol 16, No 1 (2018): Buletin Palawija Vol 16 No 1, 2018 Vol 15, No 2 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 2, 2017 Vol 15, No 1 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 1, 2017 Vol 14, No 2 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 2, 2016 Vol 14, No 1 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 1, 2016 Vol 13, No 1 (2015): Buletin Palawija Vol 13 No 1, 2015 No 29 (2015): Buletin Palawija No 29, 2015 No 28 (2014): Buletin Palawija No 28, 2014 No 27 (2014): Buletin Palawija No 27, 2014 No 26 (2013): Buletin Palawija No 26, 2013 No 25 (2013): Buletin Palawija No 25, 2012 No 24 (2012): Buletin Palawija No 24, 2012 No 23 (2012): Buletin Palawija No 23, 2012 No 22 (2011): Buletin Palawija No 22, 2011 No 21 (2011): Buletin Palawija No 21, 2011 No 20 (2010): Buletin Palawija No 20, 2010 No 19 (2010): Buletin Palawija No 19, 2010 No 18 (2009): Buletin Palawija No 18, 2010 No 17 (2009): Buletin Palawija No 17, 2009 No 16 (2008): Buletin Palawija No 16, 2008 No 15 (2008): Buletin Palawija No 15, 2008 No 14 (2007): Buletin Palawija No 14, 2007 No 13 (2007): Buletin Palawija No 13, 2007 No 12 (2006): Buletin Palawija No 12, 2006 No 11 (2006): Buletin Palawija No 11, 2006 No 10 (2005): Buletin Palawija No 10, 2005 No 9 (2005): Buletin Palawija No 9, 2005 No 7-8 (2004): Buletin Palawija No 7-8, 2004 No 5-6 (2003): Buletin Palawija No 5 & 6, 2003 No 4 (2002): Buletin Palawija No 4, 2002 No 3 (2002): Buletin Palawija No 3, 2002 No 2 (2001): Buletin Palawija No 2, 2001 No 1 (2001): Buletin Palawija No 1, 2001 More Issue