cover
Contact Name
Bandiyah
Contact Email
jurnaldikbud1@gmail.com
Phone
+6281288370671
Journal Mail Official
jurnaldikbud@kemdikbud.go.id
Editorial Address
Sekretariat BSKAP Kemendikbud Gedung E, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telepon: (021) 57900405, Faksimile: (021) 57900405 Email: jurnaldikbud@kemdikbud.go.id; jurnaldikbud@yahoo.com
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
ISSN : 24608300     EISSN : 25284339     DOI : https://doi.org/10.24832/jpnk.v5i1.1509
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan is a peer-reviewed journal published by Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Agency for Research and Development, Ministry of Education and Culture of Republic of Indonesia), publish twice a year in June and December. This journal publishes research and study in the field of education and culture, such as, education management, education best practice, curriculum, education assessment, education policy, education technology, language, and archeology.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol. 5 No. 1 (2020)" : 8 Documents clear
CREATIVITY DEVELOPMENT BASED ON THE IDEAS OF KI HAJAR DEWANTARA Vit Ardhyantama
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 5 No. 1 (2020)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.04 KB) | DOI: 10.24832/jpnk.v5i1.1502

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan kreativitas dengan menggunakan gagasan Ki Hajar Dewantara yaitu niteni, nirokke dan nambahi yang dikenal dengan istilah Tri-N. Metode yang dipilih adalah deskriptif kualitatif dengan studi literatur. Data dihimpun dengan menggunakan literasi yang sudah ada, baik dari sumber primer maupun sekunder, kemudian dianalisis dan disajikan secara deskiptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa Konsep niteni, nirokke dan nambahi merupakan sebuah proses yang di dalamnya terkandung pembentukan kreativitas. Niteni adalah awal dari munculnya gagasan atau ide yang kemudian disusul dengan aktivitas nirokke atau menirukan sebagai wahana mengasah keterampilan dengan menambahkan makna pada contoh-contoh yang sudah tersedia, dan nambahi merupakan muara proses yang padanya terlihat jelas bagaimana sebuah produk dari kreativitas mampu menjawab permasalahan dengan menggunakan berbagai macam cara. Menumbuhkan kreativitas, dengan demikian dapat dilakukan dengan menggunakan gagasan niteni, nirokke dan nambahi yang dilakukan secara prosedural. Ki Hajar Dewantara has many ideas and have been applied in the Indonesian education. One of his most well-known ideas is the concept of niteni, nirokke and nambahi as known as Tri-N. Translated into Indonesian the three words mean pay attention, imitate, and add. These three elements have characteristics that are very compatible with the development of creativity. Referring to this, this study was conducted with the aim to find out the development of creativity by using the idea of ​​Ki Hajar Dewantara namely niteni, nirokke and nambahi. Using descriptive qualitative study of literature, data was collected by using existing literacy from both primary and secondary sources and then analyzed and presented descriptively. The results of the study showed that the concept of niteni, nirokke and nambahi is a process which contains the formation of creativity. Niteni is the beginning of the emergence of ideas, followed by nirokke, activities or imitating as an effort to improve skills by adding meaning to the existing examples, and adding is the ultimate process that show clearly how a product of creativity is able to answer problems by using various ways. Thus, growing creativity can done by using the idea of ​​niteni, nirokke and nambahi as a procedure.
UTILIZATION OF RUMAH BELAJAR IN SCHOOLS AFFECTED BY EARTHQUAKE DISASTERS Eni Susilawati; Samsul Fahrozi
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 5 No. 1 (2020)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1138.448 KB) | DOI: 10.24832/jpnk.v5i1.1504

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan dan kendala pemanfaatan Rumah Belajar di sekolah terdampak bencana. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Sampel adalah guru-guru sekolah di NTB peserta Program Pembelajaran Berbasis TIK (Pembatik) level 2 dan Level 3 yang telah dilaksanakan oleh Pustekkom pada tahun 2019. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, observasi dan wawancara terbatas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kesiapan sekolah dalam pemulihan sarana prasarana TIK, kompetensi guru dan literasi TIK siswa dalam kategori siap, 2) bentuk pemanfaatan Rumah Belajar di sekolah terdampak bencana meliputi: pemanfaatan rumah belajar secara daring (online); sumber belajar adalah fitur yang paling sering dimanfaatkan guru; jenis konten video dan BBI (Bahan Belajar Interaktif) yang banyak disukai siswa; serta dalam memanfaatkan rumah belajar masih dominan menggunakan metode ceramah; 3) Beberapa rekomendasi upaya peningkatan pemanfaatan rumah belajar di sekolah terdampak bencana, perlunya meningkatkan: dukungan kesiapan sekolah, guru, dan siswa dalam memanfaatkan rumah belajar, ketersediaan konten game untuk healing therapy, jumlah dan variasi konten-konten mitigasi bencana serta meningkatkan sinergi kolaborasi antarsekolah, pemerintah, masyarakat serta stakeholder dalam pemanfaatan rumah belajar di sekolah-sekolah yang terdampak bencana. Rumah Belajar dapat menjadi solusi pembelajaran di daerah bencana. Belajar dapat dilakukan di rumah seperti saat darurat pandemi Covid-19. This study aims to determine the application and constraints of the use of learning application (Rumah Belajar) in schools affected by disasters. The research uses a quantitative descriptive approach. The sample is school teachers in NTB participating in Level 2 and Level 3 ICT-Based Learning Programs (PembaTIK) that have been implemented by Pustekkom in 2019. Data collection uses questionnaires, observation and limited interviews. The results show that: 1) school readiness in the restoration of ICT infrastructure, teacher competence and ICT literacy of students are in the ready category, 2) forms of utilization of Rumah Belajar in schools affected by disasters include: utilization of online of Rumah Belajar; learning resources are the features most often used by teachers; the type of video content and interactive learning content (BBI) that many students like; as well as in utilizing the Rumah Belajar is still dominant using the lecture method; 3) Some recommendations for efforts to increase the use of Rumah Belajar in schools affected by disasters, the need to improve: support the readiness of schools, teachers, and students in utilizing of Rumah Belajar, the availability of game content for healing therapies, the number and variety of disaster mitigation content and increase the synergy of collaboration between schools, government, communities and stakeholders in the use of learning houses in schools affected by disasters. To conclude, the Rumah Belajar can be a learning solution in disaster areas. Learning can be done at home such as during the Covid-19 pandemic emergency.
MANDALA KADEWAGURUAN: THE PLACE FOR RELIGIOUS EDUCATION IN THE WEST SLOPE OF MOUNT LAWU IN 14th – 15th CENTURY Heri Purwanto; Coleta Palupi Titasari
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 5 No. 1 (2020)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (742.565 KB) | DOI: 10.24832/jpnk.v5i1.1505

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri bukti-bukti yang dapat dijadikan sebagai penanda bangunan suci yang digunakan untuk tempat pendidikan agama (mandala kadewaguruan) dan menjelaskan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat pendukungnya. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan langkah-langkah penelitian yang berupa observasi langsung ke situs penelitian, lalu diikuti dengan deskripsi, dan terakhir eksplanasi yang menggunakan analisis komparatif dan kontekstual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa memang benar situs penelitian merupakan bangunan suci berstatus sebagai mandala kadewaguruan. Hal ini dibuktikan dengan terpenuhinya syarat-syarat sebuah mandala kadewaguruan. Syarat tersebut adalah tempat yang jauh dari keramaian, memiliki ruang yang luas, ditemukan lingga-pranala, terdapat temuan gerabah yang mengindikasikan adanya aktivitas dalam waktu yang lama, ditemukan berbagai tingggalan arkeologi yang berkaitan dengan keagamaan, dan terekam dalam prasasti. Aktivitas yang dilakukan nampaknya begitu kompleks yakni belajar-mengajar, bertapa, upacara agama, menulis sastra, dan kegiatan yang berkaitan dengan pemenuhan hidupan (makanan dan minuman). The study aimed at looking for the evidences that can be used as a mark of the sacred building used for the religious education (mandala kadewaguruan) and to explain the various activities that were done by the community supporters. To achieve these goals, this study used measure of research in the form of direct observation to the site, followed by describing the obesevation, and lastly the explanation using contextual and comparative analysis. The result of this study showed that the site is sacred building in the form mandala kadewaguruan. This has been proven with such a criterion as being a mandala kadewaguruan. The criteria among others are quiet place that far away, have a broad space, founded a lingga pranala, the findings of pottery that indicate the presence of activities in along time, founded a variety archaeological remains related with the religious, and recorded in the inscription. Activites that were done were quite complex, such as, learning and teaching, practicing as an ascetic, religious ceremony, writing literature, as well as meeting the needs of life related to foods and drinks.
THE STRATEGY OF SECOND CHOICE PRIVATE SCHOOLS TO FACE EDUCATION COMPETITIVENESS Nanang Martono; Elis Puspitasari; FX Wardiyono Wardiyono
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 5 No. 1 (2020)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.513 KB) | DOI: 10.24832/jpnk.v5i1.1509

Abstract

Kompetisi dalam pendidikan menuntut sekolah swasta harus mampu bersaing dengan sekolah negeri karena mereka menjadi pilihan kedua. Sebagai pilihan kedua maka kebanyakan sekolah swasta tidak mampu menarik siswa-siswa unggulan dan berprestasi. Tujuan studi ini adalah mendeskripsikan usaha yang ditempuh SMA swasta sebagai pilihan kedua untuk berkompetisi dengan sekolah negeri agar dapat bertahan. Penelitian menggunakan metode kualitatif grounded theory di 10 SMA swasta pilihan kedua di Kabupaten Banyumas. Kabupaten ini dipilih karena peningkatan jumlah sekolah swasta yang cukup tinggi. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil studi menunjukkan strategi yang dilakukan sekolah swasta pilihan kedua di antaranya, adalah melakukan promosi secara strategis ke SMP yang menjadi target potensial, memilih siswa tidak mampu, dan memiliki kemampuan akademik rendah sebagai sasaran utama, dan menawarkan biaya sekolah murah bahkan menawarkan sekolah gratis bagi siswa tidak mampu. Competition in education requires the private schools to compete with public schools since they have been as the second choice. As the second choice, most private schools have been in failure to recruit talented and intelligent intake students. This article describes the efforts of private schools as the second choice, to face the competition with other public schools for its survival. This study used grounded theory method by taking 10 private high schools and located in Banyumas district. This district is chosen because the number of private schools is increased almost significantly. Data was collected using observation, interview, and documentation. The result of the study showed that strategies used by this type of school include among others, strategically promote themself to a potential junior high school, choose a low economic and low academic students as their main targets, and offering low-cost education, if possible, offering free cost education for low economic students.
HIGHER ORDER THINKING SKILLS LEARNING POLICY IN K-2013: ECONOMIC AND POLITICAL PERSPECTIVES Fransisca Nur'aini Krisna
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 5 No. 1 (2020)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (817.249 KB) | DOI: 10.24832/jpnk.v5i1.1513

Abstract

Kajian ini bertujuan untuk mengelaborasi pengaruh politik dan ekonomi terhadap kebijakan pembelajaran bermuatan HOTS di Kota Bandung dan Yogyakarta. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, diskusi kelompok terpumpun, observasi kelas, dan studi dokumen. Kota Bandung dan Yogyakarta dipilih karena kedua kota tersebut telah melaksanakan kurikulum 2013 revisi 2016. Analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis politik ekonomi, tingkat sektor yang dikembangkan oleh European Commission. Hasil analisis menunjukkan bahwa kota Bandung dan Yogyakarta belum memiliki kebijakan khusus terkait pembelajaran bermuatan HOTS dalam implementasi Kurikulum 2013. Namun, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta telah menyelenggarakan pelatihan penyusunan soal HOTS sedangkan Dinas Pendidikan Kota Bandung belum melaksanakan. Meskipun demikian, kedua kota telah merencanakan anggaran untuk pelatihan guru melakukan pembelajaran HOTS di tahun 2018. This research aims to elaborate on how politics and economy affecting the policy of Higher Order Thinking Skills (HOTS) Learning as well as to provide recommendations to support this policy in Bandung and Yogyakarta districts. This study uses a qualitative approach with in-depth interviews, focus-group discussion, classroom observations, and desk study as data collection techniques. Bandung and Yogyakarta were selected as cases because they already implemented 2013 Curriculum (version 2016). This study uses the sector analysis for politics and economy developed by the European Commission. The results of this study show that both districts have not yet implemented certain policies in regard to HOTS learning, however, Yogyakarta has trained several teachers in constructing HOTS assessment. Nevertheless, both districts already made financial planning for the training of teachers in HOTS learning in 2018.
ANALYSIS OF MATHEMATICS TEACHERS’ PEDAGOGICAL COMPETENCY IN MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) IN DEVELOPING SCIENTIFIC-BASED LESSON PLAN Gelar Dwirahayu
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 5 No. 1 (2020)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (711.334 KB) | DOI: 10.24832/jpnk.v5i1.1551

Abstract

Tulisan ini merupakan hasil penelitian tentang kompetensi pedagogis guru matematika MTs dalam hal mengembangkan desain pembelajaran. Dua hal yang dikaji yaitu: 1) bagaimana guru mengembangkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik; 2) bagaimana kompetensi guru dalam proses pembelajaran yang mendukung kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa (KBTTM). Populasi dalam penelitian ini adalah guru MTs yang berasal dari Banten, Sumatra Selatan, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Guru yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 61 orang. Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi yang meliputi 11 keterampilan dasar dalam penyusunan RPP dan angket yang terdiri dari 24 butir pernyataan dan 5 pertanyaan terbuka. Instrumen diuji validitasnya dengan uji pakar yang melibatkan 6 orang dosen. Temuan penelitian: 1) berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa guru dapat merancang pembelajaran matematika menggunakan pendekatan saintifik cukup baik, namun penjabaran indikator yang menunjukkan KBTTM belum terlihat; 2) berdasarkan hasil angket disimpulkan bahwa keterlibatan guru dalam pengembangan KBTTM siswa di MTs masih belum maksimal yang ditunjukkan dengan intensitas keterlibatannya dalam mengikuti pelatihan atau seminar. This paper is the result of study about mathematics teachers’ pedagogical competencies in Madrasah Tsanawiyah (MTs) in developing scientific-bsaed lesson plan. Two things that were examined in this study are: 1) how teachers develop learning using scientific approach; 2) how the teacher’s competence in the learning process that supports students’ high-level thinking skills (KBTTM). The population in this study is MTs teachers in Banten, South Sumatra, Jakarta, West Java, East Java, and South Sulawesi. There were 61 teachers involved in this study. The instrument used was an observation sheet which included 11 basic skills in the preparation of lesson plan, and a questionnaire consisting of 24 statements, and 5 open questions. The instrument was tested for validity with an expert test involving 6 lecturers. Research findings: 1) based on observations, teachers are able to design mathematics learning using scientific approaches quite well, however, the elaboration of indicators that show KBTTM has not been seen. 2) based on the results of the questionnaire, teacher involvement in the development of KBTTM students in MTs was still not maximal, as indicated by the intensity of their involvement in attending training or seminars.
CHARACTER EDUCATION THROUGH CORRECTIO FRATERNA (A CASE STUDY AT MIDDLE SEMINARY OF ST. YOHANES PAULUS II LABUAN Kristoforus Ramlino; Maria Dominika Niron
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 5 No. 1 (2020)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (754.273 KB) | DOI: 10.24832/jpnk.v5i1.1562

Abstract

Program pendidikan di Seminari Menengah St. Yohanes Paulus II menekankan pada aspek sanctitas (kekudusan), Scientia (pengetahuan), Sapientia (kebijaksanaan), sanitas (kesehatan) dan Solidaritas. Untuk mencapai semua aspek tersebut, correctio fraterna menjadi salah satu program pendidikan di seminari yang khas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kegiatan correctio fraterna di Seminari Menengah St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo dapat menunjang pendidikan karakter seminaris. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan pendekatan studi kasus tunggal. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah wawancara, observasi dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa correctio fraterna menjadi kegiatan wajib dalam program pendidikan di Seminari Menengah St. Yohanes Paulus II. Kegiatan ini dilakukan dalam kelompok kecil yang beranggotakan 5-6 orang. Setiap anggota di dalam kelompok saling memberikan koreksi satu dengan yang lainnya, berkaitan dengan beberapa aspek pembinaan di seminari, seperti kerohanian, intelektual, kesehatan, kedisiplinan, kerja dan olahraga, relasi sosial, dan pelayanan. Nilai-nilai karakter peserta didik yang dapat dibangun dari kegiatan ini adalah kejujuran, tanggung jawab, kerendahan hati, keterbukaan, dan tanggung jawab. Kegiatan ini juga merupakan faktor penunjang bagi formator dalam mengukur keberhasilan peserta didik. Kajian ini menyimpulkan bahwa correctio fraterna dapat menunjang pembentukan karakter seminaris, sesuai dengan semangat kurikulum seminari dan Kurikulum 2013. The educational program in the Minor Seminary St. Yohanes Paul II emphasizes the aspects of sanctitas (holiness), scienta (knowledge), sapientia (wisdom), sanitas (health) and solidarity. In achieving all these aspects, correctio fraterna becomes one of the typical seminary education programs. This study aims to determine how the activities related to correctio fraterna in Middle Seminary of St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo, can support seminarian character education. The research method is descriptive qualitative, with a single case study approach. The techniques used in collecting data are interviews, observation and document study. The results showed that correctio fraterna became a mandatory activity in the educational program in the St. Yohanes Paul II Middle Seminary. This activity is carried out in a small group of 5-6 people. Each member in the group provides correction (criticism) with one another, relating to several aspects of coaching in the seminary, such as spirituality, intellectual, health, discipline, work and sports, social relations, and service. The character values of students that can be built from this activity are honesty, responsibility, humility, openness, and responsibility. This activity is also a supporting factor for the formator in measuring student success. This study concludes that correctio fraterna can support the formation of seminarian characters, in accordance with the spirit of the seminary curriculum and the 2013 Curriculum.
DAFTAR ISI, EDITORIAL, LEMBAR ABSTRAK Admin Admin
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 5 No. 1 (2020)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2519.207 KB)

Abstract

-

Page 1 of 1 | Total Record : 8