cover
Contact Name
Laelatul Qodaryani
Contact Email
jtibbsdlp@gmail.com
Phone
+6285641147373
Journal Mail Official
jtibbsdlp@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Tanah dan Iklim
Core Subject : Agriculture,
Jurnal TANAH dan IKLIM memuat hasil-hasil penelitian bidang tanah dan iklim dari para peneliti baik dari dalam maupun dari luar Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Jurnal ini juga dapat memuat informasi singkat yang berisi tulisan mengenai teknik dan peralatan baru ataupun hasil sementara penelitian tanah dan iklim.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 37, No 2 (2013)" : 8 Documents clear
COVER JTI VOL 37 NO. 2 Noegroho, Wahid
Jurnal Tanah dan Iklim (Indonesian Soil and Climate Journal) Vol 37, No 2 (2013)
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jti.v37n2.2013.%p

Abstract

Cover JTI
Variation of Peat Bulk Density and Carbon Density under Several Land Use Types I G.P. Wigena; Setiari Marwanto; Jubaedah Jubaedah
Jurnal Tanah dan Iklim (Indonesian Soil and Climate Journal) Vol 37, No 2 (2013)
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jti.v37n2.2013.101-110

Abstract

Abstract. Assessment of peat carbon stock is very important in the estimate of long term carbon stock changes and hence carbon emissions from peat soil. We studied lateral and vertical variation of Bulk density (BD), carbon (C) content, and C density of primary forest and drained peatland under several drained land use types, namely Acacia mangium, bare land, oil palm, rubber, and secondary forest. The study was done at Lubuk Ogong Village, Sei Kijang Districts, Pelalawan Regency, Riau Province from 2011 to 2012. Peat samples were taken at the distances of 15, 30, 45, 60, and 75 meter on transect perpendicular to the drainage canal on each selected land use. Another site was Sri Menanti Village, Betara District, West Tanjung Jabung Regency, Jambi Province, on two land use types, namely oil palm and rubber plantations and primary peat forest of Berbak National Park. Soil samples were taken at the distances of 10, 25, 50, and 100 m perpendicular to the drainage canal. The vertical variations of C-content showed a common pattern, around 54.29 ± 1.60% in upper (0-200 cm) layer, around 56.70 ± 0.37% in middle (200-400 cm) layer, and around 37.88 ± 16.33% in the lower (>400 cm) layer. In contrast, BD and C-density were high in upper layer of around 0.17 ± 0.03 and 88.26 ± 16.61 kg m-3; 0.11 ± 0.02 and 56.86 ± 16.61 kg m-3 in the middle layer and increased to 0.24 ± 0.10 g cm-3 and 86.59 ± 14.02 kg m-3 in the lower layer, respectively. The soil C-content under oil palm plantation was around 49.31 ± 0.89% in the upper, 52.63 ± 2.72% in the middle, and 44.55 ± 8.25% in the lower layer. However, rubber and primary forest showed a different pattern, with a high C content of 52.47 ± 0.85% in upper layer, 45.10 ± 7.67% in the middle and 35.72 ± 1.74% in the lower layer. The vertical variations of C-density was 68.8 ± 12.5 kg m-3 in the upper, 53.3 ± 25.2 kg m-3 in the middle, and 72.34 ± 19.4 kg m-3 in the lower layer. Under rubber plantation the C density decreased with depth where the upper layer contained 55.09 ± 5.73 kg m-3, the middle layer 48.71 ± 7.61 kg m-3 and the lower layer 41.19 ± 6.82 kg m-3. This variation and unclear pattern requires the whole profile measurement of C content and BD for the assessment of peat C stock.
Pengaruh Pengelolaan Air dan Pemberian Pupuk terhadap Hasil Padi di Lahan Pasang Surut Muhammad Alwi; Dakhyar Nazemi
Jurnal Tanah dan Iklim (Indonesian Soil and Climate Journal) Vol 37, No 2 (2013)
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jti.v37n2.2013.111-117

Abstract

Abstrak. Salah satu upaya untuk mendukung percepatan surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014 dan menunjang program swasembada beras nasional melalui peningkatan produksi beras nasional (P2BN) adalah pengembangan padi ke kawasan lahan rawa pasang surut, terutama yang tersebar di pulau Sulawesi, Kalimantan, Papua, dan Sumatera. Untuk itu perlu penelitian yang bertujuan mendapatkan pengelolaan air dan pupuk yang dapat meningkatkan hasil padi. Percobaan lapangan menggunakan Rancangan Split Plot dengan tiga ulangan. Sebagai petak utama adalah pengelolaan air pada sistem: 1) tabat dan 2) pipa. Sedangkan anak petak terdri dari enam kombinasi pemberian pupuk N, P dan K. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan air pada sistem pipa lebih baik dibandingkan dengan sistem tabat karena kelarutan unsur-unsur N, P, dan K pada air yang keluar dari petak percobaan melalui pipa lebih kecil dibandingkan dengan tabat. Kombinasi takaran pupuk N, P, dan K yang terbaik untuk tanaman padi adalah 200 kg ha-1 urea, 100 kg ha-1 SP-36, dan 100 kg ha-1 KCl.
MAMPUKAH PENETRALISIR TANAH MENINGKATKAN KESUBURAN TANAH DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KEDELAI? Kasno, A.; Rochayati, Sri
Jurnal Tanah dan Iklim (Indonesian Soil and Climate Journal) Vol 37, No 2 (2013)
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jti.v37n2.2013.129-138

Abstract

Abstrak. Tanaman kedelai (Glicine max (L.) Merr.) berkembang pada tanah masam dengan kejenuhan basa < 50%, kandungan hara, C-organik dan kapasitas tukar kation rendah. Peningkatan produktivitasnya memerlukan bahan pembaik tanah. Penetralisir tanah merupakan salah bahan yang dianggap dapat digunakan sebagai bahan pembaik tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penetralisir tanah terhadap perbaikan sifat kimia tanah, peningkatan pertumbuhan dan hasil kedelai. Penelitian dilakukan di rumah kaca, Balai Penelitian Tanah, Bogor pada bulan November 2010- Maret 2011. Penelitian menggunakan contoh tanah Ultisol yang diambil dari Kentrong, Lebak, Banten dan tanah Inceptisol dari Cidahu, Ciampea, Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Percobaan dilakukan dengan dua kegiatan, yaitu percobaan tanpa tanaman dan dengan tanaman kedelai. Percobaan dilakukan dengan rancangan acak kelompok 6 perlakuan, 3 ulangan. Perlakuan merupakan 5 dosis penetralisir tanah dan perlakuan kapur sebagai pembanding. Pada percobaan tanpa tanaman contoh tanah yang digunakan seberat 5 kg, dan percobaan dengan tanaman seberat 10 kg. Pengamatan dilakukan terhadap sifat kimia tanah dan hasil tanaman kedelai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian penetralisir tanah tidak berpengaruh nyata (p>0.1) terhadap peningkatan pH, Ca, Mg, kejenuhan basa, penurunan Al dapat dipertukarkan, dan kejenuhan Al. Penetralisir tanah tidak meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai baik pada tanah Ultisol maupun Inceptisol.
PENGEMBANGAN SISTEM PEMANTAUAN ELEVASI MUKA AIR LAHAN GAMBUT UNTUK PERTANIAN DI KOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Runtunuwu, Eleonora; Syahbuddin, Haris; Supriyo, Agus; Raihan, Suaidi; Kartiwa, Budi; Sosiawan, Hendri; Sari, Kharmila; Sudarman, Kurmen; Nugroho, Wahyu Tri
Jurnal Tanah dan Iklim (Indonesian Soil and Climate Journal) Vol 37, No 2 (2013)
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jti.v37n2.2013.87-100

Abstract

Abstrak. Kendala utama dalam melakukan pengukuran elevasi muka air di lahan gambut adalah permukaan tanah yang bergelombang, sehingga membutuhkan banyak titik pengamatan untuk mendapatkan data elevasi muka air yang representatif. Penelitian ini mengembangkan sistem pemantauan elevasi muka air yang merupakan prosedur untuk mendapatkan seri data elevasi muka air pada beberapa titik pengamatan dengan menggunakan titik referensi yang sama. Data pengamatan elevasi ini selanjutnya dimanfaatkan untuk pengelolaan air lahan gambut untuk memenuhi kebutuhan air tanaman padi. Telah dilakukan penelitian di Desa Syamsudin Noor, Kecamatan Landasan Ulin, Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan, dari bulan Maret sampai Oktober 2011, yang meliputi instalasi satu unit Automatic Weather Station, dua puluh empat piezometer di lahan pertanian, lima rambu ukur dan dua pintu air di saluran tersier. Pembukaan dan penutupan pintu air pada waktu yang tepat mengakibatkan elevasi muka air dapat dipertahankan pada kondisi 20 cm terhadap kedalaman muka air tanah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman padi. Masalah pada musim kemarau adalah terbatasnya pasokan air dari saluran drainase ke lahan yang menyebabkan tanaman padi tidak selalu tergenang. Oleh karena itu, pintu air pada saluran tersier barat dan timur perlu ditinggikan agar elevasi muka air lahan dapat lebih mudah diatur. Pengembangan sistem pemantau elevasi muka air terpadu di lahan dan saluran dengan menggunakan titik referensi yang spesifik lokasi akan memberikan informasi elevasi muka air yang lebih akurat. Data rekaman elevasi muka air runut waktu ini dapat digunakan dalam penyusunan rancang bangun teknik pengelolaan air lahan gambut untuk pertanian.
Peningkatan Kualitas Tanah dengan Pembenah Tanah Biochar Limbah Pertanian Neneng Laela Nurida; Ai Dariah; Achmad Rachman
Jurnal Tanah dan Iklim (Indonesian Soil and Climate Journal) Vol 37, No 2 (2013)
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jti.v37n2.2013.69-78

Abstract

Abstrak. Optimalisasi penggunaan lahan kering yang telah terdegradasi perlu diawali dengan upaya rehabilitasi yang menggunakan pembenah tanah, antara lain biochar limbah pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula kombinasi pembenah tanah biochar dengan kompos yang mampu memperbaiki kualitas tanah masam dan tanah non masam dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Balai Penelitian Tanah pada Tahun 2008 dengan menggunakan tanah mineral masam (pH 4,1) dari Kebun Percobaan Tamanbogo, Lampung, dan tanah mineral non masam (pH 7,2) dari Pangandaran, Jawa Barat. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Dua belas perlakuan yang diuji merupakan kombinasi biochar limbah pertanian (tempurung kelapa sawit, kulit buah kakao, dan sekam padi), masing-masing dengan komposisi sebanyak 25, 50, 75, dan 100% terhadap kompos. Takaran biochar pembenah tanah yang diuji adalah 5 t ha-1, dengan tanaman indikator jagung. Parameter yang diamati adalah sifat fisik dan kimia tanah serta tinggi tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula pembenah tanah biochar dapat memperbaiki sifat fisik tanah masam dan tanah non masam, baik dengan maupun tanpa dicampur dengan kompos. Pada tanah mineral masam, pemberian biochar dengan dan tanpa kompos, meningkatkan pH tanah secara nyata dari 4,1 menjadi 4,49-4,80 (masam), sedangkan pada tanah mineral non masam pemberian biochar dengan kompos menghasilkan pH dan kadar hara lebih tinggi. Pada tanah mineral non masam, kadar N tanah berkorelasi nyata dengan kadar asam fulvat (r = 0,389;P . 0,05), kadar K-tukar tanah berkorelasi nyata dengan kadar K (r = 0,462; P . 0,01) dan P-tersedia berkorelasi nyata dengan P formula (r = 0,444; P . 0,01). Respon pertumbuhan tanaman jagung sangat nyata terhadap formula pembenah tanah biochar (. 50%) pada tanah mineral non masam. Penggunaan formula biochar dengan kompos dengan proporsi biochar 25-50% (berat kering) disarankan untuk tanah non masam, sedangkan pada tanah masam dapat diaplikasikan formula biochar dengan atau tanpa kompos.
Hubungan antara Karakteristik Tanah dan Produksi Tanaman Eucalyptus pellita Desi Nadalia; Atang Sutandi; Budi Nugroho; Sri Nico Djuniwati
Jurnal Tanah dan Iklim (Indonesian Soil and Climate Journal) Vol 37, No 2 (2013)
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jti.v37n2.2013.119-127

Abstract

Abstrak. Eucalyptus pellita merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang mempunyai potensi tinggi untuk industri pulp. Tanaman E. pellita diyakini mempunyai adaptibilitas yang baik pada tanah-tanah yang kurang subur, namun kenyataannya E. pellita tumbuh tidak optimal dan produktivitasnya masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk (i)menginvestigasi model hubungan karakteristik tanah dengan produksi tanaman dan (ii) menentukan kontribusi karakteristik tanah terhadap kelas produksi tanaman E. pellita. Penelitian ini berlangsung selama lima bulan mulai dari Desember 2012 sampai dengan April 2013. Penelitian menggunakan metode survei eksplorasi dengan mengumpulkan data karakteristik tanah dan produktivitas pohon aktual di lima distrik, yaitu: Rasau Kuning, Sorek, Malako, Nilo, dan Duri I di Provinsi Riau. Data diolah menggunakan analisis regresi linier berganda dan analisis diskriminan. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa karakteristik tanah yang berpengaruh nyata dengan korelasi negatif terhadap produksi tanaman E. pellita yaitu: kalium dapat dipertukarkan (K-dd), Mg-dd, P-total, lereng, dan Al-dd, sedangkan Kejenuhan Basa (KB), N-total, dan kandungan liat berpengaruh nyata dengan korelasi positif. Berdasarkan analisis diskriminan, karakteristik tanah yang berkontribusi tinggi terhadap kelas produksi tanaman E. pellita, yaitu: K-dd, Kapasitas Tukar Kation (KTK), Al-dd, dan Mg-dd.
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar Asam Humat dan Asam Fulvat Tanah Wiwik Hartatik; Sarmah Sarmah
Jurnal Tanah dan Iklim (Indonesian Soil and Climate Journal) Vol 37, No 2 (2013)
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jti.v37n2.2013.79-86

Abstract

Abstrak. Asam humat dan asam fulvat adalah senyawa aktif dalam humus. Pemberian pupuk organik diharapkan dapat meningkatkan kadar asam humat dan asam fulvat tanah. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh pemberian beberapa jenis pupuk organik terhadap kadar asam humat dan asam fulvat tanah serta produksi sayuran di lahan pertanian organik. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang (pukan) ayam dan kambing yang dikombinasikan dengan hijauan Tithonia diversifolia, kirinyu (Chromolaena odorata), kompos batang pisang, kompos sisa tanaman, arang sekam dan benguk (Mucuna sp.). Tanaman indikator berupa tumpangsari bawang daun (Allium fistulosum L.) dan kembang kol (Brassica oleracea). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan beberapa jenis pupuk organik umumnya mampu meningkatkan kadar C organik tanah sebesar 0,33%. Kadar asam humat dan asam fulvat tanah tidak berbeda nyata akibat pemberian pupuk organik yang berbeda. Kadar asam humat dan asam fulvat tertinggi (0,28 dan 0,71%) pada perlakuan pukan ayam 25 kg bedeng-1 yang luasnya 10 m2 (kontrol) pada pengamatan 30 HST. Kombinasi pukan ayam 10 kg bedeng-1 dan hijauan Tithonia 5 kg bedeng-1 dapat memberikan produksi bawang daun dan kembang kol yang cukup tinggi dan tidak berbeda nyata dengan praktek petani.

Page 1 of 1 | Total Record : 8