cover
Contact Name
Joni Setiawan
Contact Email
setiawanjoni@yahoo.com
Phone
+628151657716
Journal Mail Official
redaksi.dkb@gmail.com
Editorial Address
Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No 7 Yogyakarta
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Dinamika Kerajinan dan Batik : MAJALAH ILMIAH
ISSN : 20874294     EISSN : 25286196     DOI : http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v37i1
Majalah Ilmiah : Dinamika Kerajinan dan Batik (DKB) adalah jurnal ilmiah untuk mempublikasikan hasil riset dan inovasi di bidang kerajinan dan batik. Ruang lingkup DKB adalah meliputi aspek bahan baku perekayasaan teknologi, proses produksi, penanganan limbah dan desain kerajinan dan batik. Jurnal ini diperuntukkan bagi para peneliti, akademisi, dan praktisi industri kerajinan dan batik. Majalah Ilmiah : Dinamika Kerajinan dan Batik (DKB) is a scientific journal publishing research and innovation in field of handicrafts and batik. The scope of DKB is include raw materials, production processes, waste treatment and designs in handicrafts and batik sector. The journal is intended for researchers, scholars and practitioners from handicraft and batik.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik" : 7 Documents clear
Potensi Tapioka Sebagai Agen Biosizing Pada Benang Kapas Asmanto Subagyo; Tuasikal Mohammad Amin
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i1.2641

Abstract

ABSTRAKProses penganjian (sizing) adalah proses melapis benang-benang yang akan ditenun dengan campuran  bahan kimia tertentu agar benang-benang tersebut menjadi tahan terhadap abrasi dan mampu  ditenun  dengan baik sesuai dengan hasil yang diharapkan. Benang kapas mudah putus saat ditenun, sehingga diperlukan sizing untuk meningkatkan weaveability. Tapioka berpotensi menjadi agen biosizing yang  lebih ramah lingkungan serta ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi kanji pada nomor benang kapas Ne 50, Ne 32, Ne 21 ,Ne 20, Ne10 dan Ne 7 serta mengetahui pengaruhnya terhadap karakteristik benang kapas, sehingga dapat ditentukan nilai optimalisasi penggunaan tapioka. Penelitian dilakukan dengan perlakuan penganjian variasi konsentrasi kanji yaitu 10 g/l, 20 g/l, 30 g/l, 40 g/l dan 50 g/l pada beberapa nomor benang kapas, pasta pati yang terbentuk diukur viskositasnya. Evaluasi benang yang telah mengalami proses sizing berupa kadar kanji terserap, kuat tarik benang dan elongasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sizing benang kapas dengan kanji konsentrasi 20 g/l menghasilkan kuat tarik yang paling optimum pada benang bernomor Ne 50, Ne 32 dan Ne 21 dengan nilai viskositas 36,33 cP. Sedangkan pada benang Ne 20, Ne 10 dan Ne 7, penganjian benang dengan konsentrasi 30 g/l menghasilkan kuat tarik yang paling optimum dengan nilai viskositas 66,83 cP. Variasi konsentrasi kanji mempengaruhi kadar kanji terserap dan kuat tarik benang, nilai elongasi benang secara umum tidak memiliki hubungan yang signifikan setelah benang mengalami sizing. Kata kunci: sizing, tapioka, benang kapas, kanji, kain ABSTRACTSizing is the process of coating the yarn that will be woven with particular chemical treatment in order to make the yarn become resistant to abrasion and has good weave ability. Cotton yarn is easily broken when woven, so sizing is required to improve the weave ability. Tapioca potentially becomes biosizing agent that is more environmentally friendly and economical. The aim of this study was to determine the concentration of tapioca which gave optimal characteristics on Ne 50, Ne 32, Ne21, Ne 20, Ne 10 and Ne 7 cotton yarns, and to know the effect of concentration of starch in sizing process on characteristics of cotton yarns. In this research, some numbers of cotton yarn were sized with different variation of starch concentration. The variations were 10 g/l, 20 g/l, 30 g/l, 40 g/l and 50 g/l, viscosities of the gelatinized starch was measured. Absorption levels, tensile strength and elongation from sized cotton yarns were analyzed. The result showed that sizing with starch concentration of 20 g/l gave the optimum tensile strength on Ne 50, Ne 32 and Ne 21 cotton yarn with value of viscosity was 36,33  cP. On Ne 20, Ne 10 and Ne 7 cotton yarn, sizing with starch concentration of 30 g/l gave the optimum tensile strength with value of viscosity was 66,83 cP. Variations in the concentration of starch have significant effect on starch absorption and tensile strength, elongation do not have significant relation on sized yarn. Keywords: Biosizing, tapioca, cotton yarn, starch, woven
Pengolahan Batang Kudzu Menjadi Bahan Baku Serat untuk Produk Kerajinan Retno Widiastuti; Dana Kurnia Syabana; Yudi Satria
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i1.1171

Abstract

ABSTRAKKudzu (Pueraria sp.) adalah tanaman merambat yang telah dibudidaya untuk dimanfaatkan batangnya  untuk serat tenun/anyaman;  daun untuk pakan ternak; umbi untuk pangan alternatif maupun kosmetik. Potensi Kudzu di Indonesia cukup besar, daerah penghasil pengolahan kudzu adalah Sumatera Utara; Purwakarta dan Magelang. Penelitian ini bertujuan untuk mengolah serat kudzu menjadi bahan baku produk kerajinan. Penelitian yang dilakukan meliputi 2 tahap yaitu tahap  pemisahan batang kudzu menjadi serat dengan fermentasi EM4, tahap pengolahan serat kudzu meliputi pemasakan, pengelantangan, mordant  dan pencelupan dengan zat warna alam, pertenunan. Kemudian diuji ketahanan luntur warna terhadap sinar matahari. Hasil uji menunjukkan bahwa tenunan serat kudzu baik sekali dalam nilai penyerapan zat warna alam, ditunjukkan dengan hasil uji ketahanan luntur mencapai 5 skala abu-abu (grey scale). Nilai rendemen serat kudzu sebesar 1,4 - 1,67 % dari 1 kg batang basah kudzu menghasilkan 14 – 17 g serat kudzu. Kata kunci: produk kerajinan, serat kudzu ABSTRACTKudzu (Pueraria sp.) is a vine that have been cultivated for the stem used for fiber woven / woven ; leaves for fodder ; bulbs for alternative food and cosmetics . Kudzu potential in Indonesia is quite large , kudzu processing producing areas are North Sumatra ; Purwakarta and Magelang . The research was conducted on the two phases: separation of kudzu stem into fibers with EM4 fermentation , fiber processing stage kudzu include cooking , bleaching , mordant , dyeing with natural dyes and weaving. Then tested color fastness to sunlight . The test results showed that kudzu woven fibers excellent in absorption value of natural dyes , indicated by test results fastness reach 5 gray scale . Kudzu fiber yield value of 1.4 to 1.67 % from 1 kg wet bar kudzu produces 14-17 g fiber kudzu .  Keywords: craft product, kudzu fiber
Karakteristik Angklung Berbahan Bambu Apus (Gigantochloa apus) Masiswo Masiswo; Guring Briegel Mandegani; Vivin Atika
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i1.1179

Abstract

ABSTRAKWilayah Indonesia mempunyai potensi bambu yang tersebar luas. Salah satu pemanfaatan bambu adalah sebagai alat musik tradisional angklung. Angklung merupakan alat musik khas daerah Jawa Barat yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Angklung dibuat dengan bambu pilihan berjenis bambu hitam, ataupun bambu apus. Angklung terdiri dari 2-4 buah tabung bambu dengan ukuran tertentu dan dirangkai menjadi sebuah kesatuan dan diikat dengan rotan. Angklung dari tiap jenis bambu memiliki karakter suara masing-masing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik angklung bambu apus dalam menghasilkan nada dan mengetahui perbedaan angklung bambu apus Ciawi dan Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menguji nada angklung yang dihasilkan dan mengukur geometri angklung. Hasil pengukuran diolah dengan menggunakan analisis statistik Anova dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa angklung bambu apus mampu menghasilkan kualitas nada yang mendekati standar frekuensi nada internasional sebagai peralatan musik. Kata kunci: angklung, bambu, frekuensi, geometri, ANOVA ABSTRACT Indonesian region has the potential widespread bamboo. One is the use of bamboo as a traditional musical instrument angklung. Angklung is a musical instrument typical of the region of West Java that has been recognized by UNESCO as world cultural heritage. Angklung is made with bamboo manifold choice of black bamboo, or bamboo lear. Angklung consists of 2-4 pieces of bamboo tubes with specified size and assembled into a unified and tied with rattan. Angklung of each species of bamboo have a sound character of each. The purpose of this study was to determine the characteristics of angklung bamboo lear in generating tones and knowing the difference angklung bamboo smear Ciawi and Tasikmalaya. The method used in this study is a qualitative method to test the angklung tone and measure the resulting geometry angklung. Measurement results were processed using ANOVA statistical analysis with a confidence level of 95%. Results of the study showed that the angklung bamboo lear able to produce a tone quality approaching international standard tone frequencies as musical instruments. Keywords: angklung, bamboo, frequency, geometry, ANOVA
Pemanfaatan Limbah Kulit Jagung untuk Produk Modular dengan Teknik Pilin Artarita Ginting
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i1.1180

Abstract

ABSTRAKPengembangan industri kreatif tanpa limbah merupakan persyaratan penting bagi keseimbangan yang baik antara peningkatan usaha industri, daya dukung alam dan kesejahteraan manusia yang tinggal di lingkungan tersebut. Sangat sedikit usaha para pelaku industri untuk mengoptimalkan manfaat sebuah hasil alam hingga tidak menghasilkan limbah sama sekali. Kulit jagung merupakan salah satu limbah rumah tangga dan industri kecil yang jumlahnya berlimpah namun kurang optimal dalam pemanfaatannya. Produksi dan konsumsi jagung merupakan bagian dari satu sistem kehidupan yang utuh sehingga patut dipertimbangkan strategi pelaksanaannya agar daya dukung lingkungan tetap kuat. Penelitian eksperimental bahan kulit jagung ini bertujuan memanfaatkan limbah kulit jagung sebagai bahan alternatif produk kerajinan secara optimal tanpa menghasilkan limbah kembali. Dalam penelitian yang menggunakan metode penelitian eksperimen bahan posttest-only, diperoleh kesimpulan bahwa pengawetan dengan rendaman CH3COOH selama 24 jam dan proses penjemuran selama 3 jam pada jam 9 pagi hingga jam 12 siang menghasilkan serat kulit jagung yang memiliki kekuatan tarik paling tinggi dan warna yang cerah. Sedangkan teknik pemilinan membantu untuk menambah kekuatan tarik melalui kepadatan dari hasil pilinan kulit jagung. Hasil penelitian eksperimen bahan digunakan untuk membuat spesifikasi performa produk bagi konsep perancangan desain rak anyam modular yang diwujudkan dengan teknik sambung pasak yang praktis dalam penggunaannya. Kata kunci: tanpa limbah, pilinan kulit jagung, kaleng bekas, modular ABSTRACT  The development of zero waste creative industry is a vital prerequisite for a healthy balance between industrial development, nature support capacity and community welfare within the area. There are only a few number of industries that consider to optimalized their raw materials towards zero waste goal. Corn husk is one of the industrial and residential waste that is under utilize although available in abundance. Production and consumption is a part of the whole living system therefore both should be parts of the industrial consideration in asssuring nature support capability. This posttest-only experimental research of corn husk is intended to optimally utilize corn husk as a raw material alternative in craft industry towards zero waste production. The highest tensile force and the brightest color is attained by soaking corn husk in CH3COOH chemical liquid and drying them for 3 hours from 9.00 AM to 12.00PM. The twisting technic has enhanced its tensile capability through its twisting density. The result of the material experimental research is used to create a product performance specification for designing a modular woven rack, produced by using a practical rod pegs connection. Keywords: zero waste, twisted corn husk, used tin can, modular
Preface DKB Vol.32 No.1 Redaksi, Tim
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i1.2284

Abstract

Pengaruh Variasi Bahan Pra Mordan pada Pewarnaan Batik Menggunakan Akar Mengkudu (Morinda citrifolia) Farida Farida; Vivin Atika; Agus Haerudin
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i1.1164

Abstract

ABSTRAKPenelitian Pengaruh Variasi Bahan Pra Mordan pada Pewarnaan Batik Menggunakan Akar Mengkudu (Morinda citrifolia) bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan pra mordan pada pewarnaan batik menggunakan akar mengkudu (Morinda citrifolia). Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan variasi bahan pra mordan (tawas, tawas-jambal, tawas-kemiri) dan pH pencelupan (asam, basa, netral). Batik yang telah diwarnai dengan ekstrak akar mengkudu kemudian diuji arah dan ketahanan luntur warnanya. Dari pengujian didapatkan hasil arah warna batik cokelat kemerahan sampai cokelat muda, sedangkan nilai rata-rata ketahanan luntur terhadap pencucian adalah 4 (baik) dan gosokan basah 4 (baik). Dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa penambahan kayu jambal dan kemiri sebagai bahan pra mordan dibarengi pengaturan pH pada pewarnaan batik dengan ekstrak akar mengkudu memberikan variasi arah warna serta nilai ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan gosokan basah dengan hasil rata-rata baik. Perlakuan dengan pra mordan tawas-kemiri dengan kondisi derajat keasaman netral memberikan hasil paling baik pada ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan gosokan. Kata kunci: pra mordan, pH pencelupan, akar mengkudu, ketahanan luntur warna, arah warna, batik  ABSTRACTEffect of Pre Mordant Materials Variety on Batik Dyeing Using Morinda Root (Morinda citrifolia) research was aimed to determine the effect of pre mordant materials in batik dyeing using the roots of morinda (Morinda citrifolia). The method used was experimental with variations including pre mordant materials (alum, alum-jambal, alum-kemiri) and dyeing acidity (acid, base, neutral). Batik that had colored with morinda root extract then tested by the color shades and fastness properties. From the test results it was obtained that the color shades were reddish brown to light brown, while the average value of fastness to washing and rubbing were 4 (good). It can be concluded that the addition of jambal wood extract and hazelnut oil in pre mordant process together with acidity regulation in batik dyeing with morinda root extract provide color shades variations and good  average value of color fastness to washing and rubbing. Pre mordant alum-kemiri treatment with neutral acidity give best result on color fastness to washing and rubbing. Keywords: pre mordant, staining acidity, morinda root, color fastness, color shades, batik
Pengembangan Motif Batik Khas Bali Irfa'ina Rohana Salma; Masiswo Masiswo; Yudi Satria; Anugrah Ariesahad Wibowo
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i1.1168

Abstract

ABSTRAKIndustri batik berkembang pesat di Bali, namun motif-motif batiknya tidak mencerminkan identitas khas daerah. Oleh karena itu perlu diciptakan desain motif batik khas Bali yang sumber inspirasinya digali budaya dan alam Bali. Tujuan penelitian dan penciptaan seni ini adalah untuk menghasilkan motif batik yang mempunyai bentuk  unik dan karakteristik sehingga dapat mencerminkan budaya dan alam Bali. Metode yang digunakan yaitu pengumpulan data, perancangan motif, perwujudan menjadi batik, serta uji estetikanya. Dari penciptaan seni ini berhasil diciptakan 5 motif batik yaitu: (1) Motif Jepun Alit; (2) Motif Jepun Ageng; (3) Motif Sekar Jagad Bali; (4) Motif Teratai Banji; dan (5) Motif Poleng Biru. Berdasarkan hasil penilaian “Selera Estetika” diketahui bahwa motif yang paling banyak disukai adalah Motif Jepun Alit, Motif Sekar Jagad Bali,  dan Motif Teratai Banji. Kata kunci: Motif Jepun Alit, Motif Jepun Ageng, Motif Sekar Jagad Bali, Motif Teratai Banji, Motif Poleng Biru ABSTRACT Batik industry is growing rapidly in Bali, but its batik motifs do not reflect the typical regional identities. Therefore, it is necessary to create a distinctive design motif source of Bali excavated  from the repertoire of traditional Balinese arts and culture. The purpose of this research and its art creation is to produce batik motifs that have a unique shape and characteristics  to reflect the Balinese culture and natural surroundings. The method used by gathering and collecting data, designing motifs to  become the embodiment of batik. From the creation of this art had been created 5 motifs, namely: (1) Motif Jepun Alit; (2) Motif Jepun Ageng; (3) Motif Sekar Jagad Bali; (4) Motif Teratai Banji; and (5) Motif Poleng Biru. Based on the results of aesthetical assessment known that the most preferred motif are  Motif Jepun Alit, Motif Sekar Jagad Bali, and Motif Teratai Banji. Key words: Motif Jepun Alit, Motif Jepun Ageng, Motif Sekar Jagad Bali, Motif Teratai Banji, Motif Poleng Biru

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2015 2015


Filter By Issues
All Issue Vol 40, No 1 (2023): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 39, No 2 (2022): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 39, No 1 (2022): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 38, No 2 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 38, No 1 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 37, No 2 (2020): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 37, No 1 (2020): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 36, No 2 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 36, No 1 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 35, No 2 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 35, No 1 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 34, No 2 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 34, No 1 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 33, No 2 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 33, No 1 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 2 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 2 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 1 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 30, No 2 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 30, No 1 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 2 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 1 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 28, No 1 (2011): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 27, No 1 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 28 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 26 (2009): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 25 (2008): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 24 (2007): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 23 (2006): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 22 (2005): Dinamika Kerajinan dan Batik No 21 (2004): Dinamika Kerajinan dan Batik No 19 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik No 18 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik No 16 (1997): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik No 10 (1992): Dinamika Kerajinan dan Batik No 9 (1991): Dinamika Kerajinan dan Batik No 8 (1988): Dinamika Kerajinan dan Batik No 7 (1987): Dinamika Kerajinan dan Batik More Issue