cover
Contact Name
Maria Indira Aryani
Contact Email
maria_indira.hi@upnjatim.ac.id
Phone
+6231-8706369
Journal Mail Official
jgp@upnjatim.ac.id
Editorial Address
Jalan Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya 60294
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Global and Policy Journal of International Relations
ISSN : 23379960     EISSN : 27454274     DOI : -
Global & Policy adalah jurnal ilmiah yang dikelola oleh Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pembangunan "Veteran" Jawa Timur. Global & Policy menerima artikel baik hasil pemikiran maupun hasil penelitian dalam bidang terkait kajian Hubungan Internasional kontemporer. Jurnal Global & Policy diterbitkan dua kali dalam setahun, yaitu setiap bulan Juni dan Desember.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 2 (2021)" : 10 Documents clear
Implementasi Perdagangan Intra-ASEAN: Menuju Integrasi Ekonomi Kawasan Pasca-MEA 2015 Manggabarani, Najihah
Global and Policy Journal of International Relations Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jgp.v9i2.3004

Abstract

AbstractIn 2007, ASEAN member states decided to accelerate the process of regional economic integration by advancing the implementation of the ASEAN Economic Community (EAC) from 2020 to 2015. Statistics from the ASEAN Secretariat in 2019 showed that intra-ASEAN trade in the 2015 AEC period did not increase consistently and tended to stagnate at 20-24 percent. Meanwhile in 2020, it is expected that intra-ASEAN trade can grow by up to 30 percent. This article aims to analyze why there is a phenomenon of inconsistency in the increase in intra-ASEAN trade during the 2015 AEC period taking into account domestic politics and economic interdependence of ASEAN countries. The methods used in this writing are qualitative methods that are analyzed descriptively. Data collection techniques are carried out through library studies, namely the acquisition of data from various sources both books, official news, articles, and other relevant documents. This study shows the results that ASEAN economic integration in addition to being influenced by domestic factors, is also influenced by the economic interdependence of ASEAN countries. Keywords: Regional economic integration, ASEAN Economic Community (AEC), intra-ASEAN tradePada tahun 2007, negara-negara anggota ASEAN memutuskan untuk mempercepat proses integrasi ekonomi regional dengan memajukan implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (EAC) dari tahun 2020 hingga 2015. Data statistik dari Sekretariat ASEAN pada 2019 menunjukkan bahwa perdagangan intra-ASEAN pada periode MEA 2015 tidak meningkat secara konsisten dan cenderung stagnan di 20-24 persen. Sementara itu pada 2020, diharapkan perdagangan intra-ASEAN dapat tumbuh hingga 30 persen. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis mengapa ada fenomena inkonsistensi dalam peningkatan perdagangan intra-ASEAN selama periode MEA 2015 dengan mempertimbangkan politik domestik dan saling ketergantungan ekonomi negara-negara ASEAN.Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode kualitatif yang dianalisis secara deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kajian perpustakaan, yaitu perolehan data dari berbagai sumber baik buku, berita resmi, artikel, dan dokumen terkait lainnya. Studi ini menunjukkan hasil bahwa integrasi ekonomi ASEAN selain dipengaruhi oleh faktor domestik, juga dipengaruhi oleh saling ketergantungan ekonomi negara-negara ASEAN. Kata-kata kunci: Integrasi ekonomi regional, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), perdagangan intra-ASEAN  DOI : https://doi.org/10.33005/jgp.v9i2.3004
Aksi Cyber-Terrorism di Amerika Serikat dalam Perspektif Keamanan Global Iffa Dina, Halida Azalea
Global and Policy Journal of International Relations Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jgp.v9i2.3005

Abstract

Abstract Acts of terrorism in the international world today have a close relationship with cyberspace. This is certainly a threat to state sovereignty, as happened in the United States in August 2020. The arrests of three terrorist groups involving the armed groups Al-Qassam, Al-Qaeda, and the Islamic State of Iraq and Syria due to campaign actions and fundraising to support the action. their terror. All of these actions relied on sophisticated cyber instruments and from their actions, these terrorist groups managed to collect millions of US dollars, using around 300 cryptocurrency accounts, 3 websites, and 4 Facebook accounts. The purpose of this study is to analyze the actions of cyber-terrorism in the United States from a global security perspective. The results of the study indicate that this act of terrorism enters into a security dilemma, which means that all efforts are made to achieve its security and will trigger feelings of insecurity for other countries. Keywords: Cyber Crime, Terrorism, Security, USATindak terorisme dalam dunia internasional saat ini memiliki keterkaitan yang erat dengan dunia maya. Hal ini tentu menjadi ancaman atas kedaulatan negara, sebagaimana yang terjadi di Amerika Serikat pada bulan Agustus 2020. Ditangkapnya tiga kelompok teroris melibatkan kelompok bersenjata Al-Qassam, Al-Qaeda, dan Islamic State Iraq and Suriah akibat tindakan kampanye serta penggalangan dana untuk mendukung aksi teror mereka. Seluruh aksi ini mengandalkan instrumen siber yang canggih dan dari aksinya, kelompok-kelompok teroris tersebut berhasil mengumpulkan jutaan dolar AS, menggunakan sekitar 300 akun mata uang kripto, 3 website, serta 4 akun Facebook. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis aksi cyber-terrorism di Amerika Serikat dalam perspektif keamanan global. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aksi terorisme ini pada dasarnya masuk ke dalam security dilemma yang berarti segala upaya yang dilakukan untuk mencapai keamanannya dan akan memicu rasa tidak aman bagi negara lain. Kata Kunci : Kejahatan Siber, Terorisme, Keamanan, Amerika Serikat DOI : https://doi.org/10.33005/jgp.v9i2.3005
Respon India Terhadap Belt Road Initiatives oleh Presiden Xi Jinping Melalui Asia Africa Growth Corridor Salsabillah, Callula; Aryani, Maria Indira
Global and Policy Journal of International Relations Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jgp.v9i2.3012

Abstract

AbstractThe Belt and Road Initiative, which was initiated by China in 2013, is a multilateral foreign policy strategy that is not only in the form of cooperation in an economic scheme, but BRI also provides loans in the form of infrastructure investment to countries that join this project. India, as a country that considers BRI a threat to its country, has made an act to drive an economic scheme called the Asia Africa Growth Corridor with Japan and other countries in Africa. This action was carried out by India by cooperating with countries that have similar views on BRI and countries that have both suffered losses from the establishment of BRI by President Xi Jinping. This phenomenon is a form of balancing, in the theory of Balance of Power by Kenneth Waltz. This article aims to determine the balancing perspective in seeing the formation of AAGC by India as a counter form to China's BRI project. Keywords: India, Balancing, Balance of Power, Asia Africa Growth Corridor, Belt and Road Initiatives.AbstrakBelt and Road Initiative yang diinisiasi oleh Tiongkok pada 2013 lalu adalah strategi politik luar negeri yang bersifat multilateral yang tidak hanya berupa kerjasama dalam skema ekonomi, tetapi BRI juga menyediakan pinjaman dalam bentuk investasi infrastruktur pada negara yang bergabung dalam proyek ini. India sebagai salah satu negara yang menganggap BRI adalah suatu ancaman bagi negaranya, membuat India bertindak untuk menggerakkan sebuah skema ekonomi bernama Asia Africa Growth Corridor bersama Jepang dan negara-negara di Afrika. Tindakan ini dilakukan India dengan menggandeng negara yang memiliki pandangan serupa terhadap BRI dan negara yang sama-sama ditimpa kerugian atas dibentuknya BRI oleh presiden Xi Jinping. Fenomena ini merupakan suatu bentuk Balancing, dalam teori Balance of Power oleh Kenneth Waltz. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perspektif balancing dalam memandang dibentuknya AAGC oleh India sebagai bentuk counter terhadap proyek BRI milik Tiongkok. Kata Kunci: India, Balancing, Balance of Power, Asia Africa Growth Corridor, Belt and Road Initiatives.  DOI : https://doi.org/10.33005/jgp.v9i2.3012
Upaya kerjasama Indonesia-Prancis dalam Meningkatkan Pariwisata Indonesia Melalui Third Joint Working Group on Tourism (JWG) tahun 2016-2018 Sari, Kendalita
Global and Policy Journal of International Relations Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jgp.v9i2.3006

Abstract

Abstract In international relation, a nation constantly needs help from other countries. A country that wants to support other nation must have a strength of nation’s institution and enormous resources. This study recovers the conditions and the opportunities of Indonesia tourism. In order to develop Indonesia tourism sector, Indonesia has strategic partnership with France. An analysis of developing Indonesia tourism, the Indonesian government not only uses government-to-government relations, but also by evaluating non-government organisations, multi-track diplomacy by cooperating with private actors, and using public diplomacy to understand culture and behavior from each nation. Through this Joint Working Group on Tourism, hopefully this project will contribute to expand Indonesia particularly on tourism sector. Keywords: Tourism Cooperation, Strategic Partnership, Joint Working Group on TourismDalam hubungan internasional, suatu negara pasti membutuhkan bantuan dari negara lain. Hal ini didasarkan karena negara pemberi bantuan memiliki keunggulan dalam sumber daya, dan kekuatan negaranya Tulisan ini akan memaparkan mengenai bagaimana kondisi dan peluang yang dimiliki pariwisata Indonesia. Untuk membangun sektor pariwisatanya, Indonesia melalui kemitraan strategis dengan Perancis melakukan beberapa strategi. Dalam prakteknya, Indonesia tidak selalu melakukan hubungan pemerintah ke pemerintah, Indonesia menggunakan multi track diplomasi dengan menggandeng aktor swasta, dan menggunakan diplomasi publik untuk memahami budaya, perilaku, dan mengatur hubungannya dengan negara lain dalam rangka meningkatkan serta perluasan pasar bagi pariwisata Indonesia. Melalui Joint Working Group On Tourism ini diharapkan menghasilkan peningkatan pariwisata bagi Indonesia. Kata Kunci:Kerja Sama Pariwisata, Kemitraan Strategis, Joint Working Group on Tourism  DOI : https://doi.org/10.33005/jgp.v9i2.3006
Self-Reliance sebagai Strategi Pembangunan Ekonomi Ghana pada Post Covid-19 Era Purnomo, Muhammad Aditya
Global and Policy Journal of International Relations Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jgp.v9i2.3007

Abstract

ABSTRACT In 2019, Ghana was projected as the fastest growing economy in the world. Since 2017, Ghana has been consistently placed among top 10 of the fastest growing economies in Africa. However, the arrival of COVID-19 pandemic since December 2019 from Wuhan, China, made 2020 as difficult period not only for Ghana’s economy, but also worldwide. Impact to global economy caused by COVID-19 was regarded as the largest economic shock since last decades. Since the arrival of the virus in Ghana in March 2020, Ghana’s government has swiftly and responsively prepared and implemented strategic moves in order to respond against COVID-19 as well as recovering the country’s economy. The purpose of this paper is to describe in detail about Ghana’s economic recovery in post covid-19 era. Theory used in this paper is the theory of self-reliance. The writer argues that the important key in Ghana’s economic recovery policy in post covid era is the President of Ghana’s principle that the country must be able to fulfil its own needs while minimizing international aid dependency. It is done by strengthening domestic capabilities and resources, as well as fulfilling basic human needs for its citizen. Keywords: Covid-19; Economic Development Post Covid-19; Ghana; Self-ReliancePada tahun 2019, Ghana merupakan negara yang diproyeksikan sebagai fastest growing economy di dunia. Sejak tahun 2017, Ghana telah konsisten berada pada 10 besar negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Afrika. Namun kedatangan pandemi COVID-19 sejak Desember 2019 dari Wuhan, China, mengakibatkan periode 2020 sebagai masa sulit, tidak hanya bagi perekonomian Ghana, namun juga seluruh dunia. Hantaman terhadap ekonomi dunia akibat COVID-19 dikatakan sebagai largest economic shock sejak beberapa dekade terakhir. Sejak masuknya virus tersebut di Ghana pada Maret 2020, pemerintah Ghana telah secara cepat dan tanggap menyiapkan dan mengimplementasikan langkah-langkah strategis guna merespon COVID-19 serta memulihkan perekonomian negara. Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan secara mendetail strategi pemulihan ekonomi Ghana dalam post covid-19 era. Teori yang digunakan pada tulisan ini adalah teori selfreliance. Penulis berargumen bahwa kunci penting dalam kebijakan pemulihan ekonomi Ghana dalam post covid era terletak pada prinsip Presiden Ghana, Nana Addo Dankwa Akufo Addo, bahwa negara harus mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dengan meminimalisir ketergantungan bantuan internasional. Hal ini dilakukan melalui penguatan kapabilitas dan sumber daya domestik, serta pemenuhan basic human needs bagi masyarakat. Kata-kata kunci: Covid-19; Ghana; Pembangunan Ekonomi Paska Covid-19; SelfReliance  DOI : https://doi.org/10.33005/jgp.v9i2.3007
Optimalisasi Kerjasama Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra di Masa Pandemi Covid-19 Paryadi, Deky
Global and Policy Journal of International Relations Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jgp.v9i2.3008

Abstract

Abstract Globalization encourages every country to move to develop innovation. The emergence of globalization certainly has an impact on the life of a country, including Indonesia. Diversification and expansion of exports to non-traditional countries in accordance with the policy direction of Indonesia's international trade cooperation. The expansion of exports to non-traditional markets is one of the strategies undertaken by the Government to anticipate the current global trade conditions, this condition provides an opportunity for Indonesia to open up greater market access and rise faster during this pandemic. This analysis aims to see the effectiveness of international trade cooperation during the COVID-19 pandemic. The research method used are desk research and comparison study, by comparing Indonesia's trade with partner countries that have and have not conducted trade cooperation. Use secondary trade data from the Central Bureau of Statistics before and during the pandemic. Based on this analysis, there are indications that the cooperation carried out by partner countries that have been explored cannot run optimally by looking at the structure of trade value as well as the growth of exports and imports of Indonesia with partner countries. Keywords: International Trade Cooperation, Pandemic Covid 19, Export ImportGlobalisasi mendorong setiap negara untuk bergerak mengembangkan inovasi. Munculnya globalisasi tentunya membawa dampak bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Diversifikasi dan perluasan ekspor ke negara non tradisional sesuai dengan arah kebijakan kerjasama perdagangan internasional Indonesia. Perluasan ekspor ke pasar non tradisional tersebut merupakan salah satu strategi yang dilakukan Pemerintah guna mengantisipasi kondisi perdagangan global saat ini, kondisi ini memberikan kesempatan Indonesia untuk membuka akses pasar yang lebih besar serta bangkit lebih cepat di masa pandemi ini. Analisis ini bertujuan untuk melihat efektivitas kerjasama perdagangan internasional dimasa pandemi covid 19. Metode penelitian yang akan digunakan adalah comparison studydan desk research, dengan membandingkan kerjasama Inonesia dengan negara lain tanpa adanya perjanjian perdagangan. Data perdagangan menggunakan sekunder dari Badan Pusat Statistik sebelum dan saat pandemi. Berdasarkan analisis ini terdapat indikasi bahwa kerjasama yang dilakukan oleh negara mitra yang sudah dijajaki tidak dapat berjalan optimal dengan dengan melihat struktur nilai perdagangan serta pertumbuhan ekspor dan impor Indonesia dengan negara mitra. Kata kunci: Kerjasama Perdagangan Internasional, Pandemic Covid 19, Ekspor Impor  DOI : https://doi.org/10.33005/jgp.v9i2.3008
Geoekonomi Papua: Analisis Untung Rugi Akuisisi Saham Freeport Adriani, Faradilla; W.S, Hawa Ridhani; A.R, Hendrina Nur
Global and Policy Journal of International Relations Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jgp.v9i2.3009

Abstract

AbstractIn the Timika area, Papua, Indonesia has a Freeport mine which is one of the largest mines in the world. Freeport is managed by PT Freeport Indonesia, a mineral mining company which is an affiliate of Freeport-McMoRan and Mining Industry Indonesia (MIND ID). This mining company, which became the beginning of foreign investment in Indonesia, at the end of 2019, a 51.23% stake has officially become the owner of the Indonesian government. The acquisition of these shares is expected to be a new beginning for Indonesia to regain the 'rights' that should have been obtained long ago. In the acquisition of shares of 51%, observers have seen indications of losses in the success, so the authors are interested in examining how much the comparison of the profits obtained with the threat of future losses is. In this research method, the author uses a descriptive research method by analyzing the profit and loss of the acquisition of Freeport shares. The conclusion of the analysis states that Indonesia gains greater benefits from the threat of losses obtained after the acquisition of shares. Keywords: Freeport, Papua, Share Divestment, Share Acquisitions AbstrakDi daerah Timika, Papua, Indonesia memiliki tambang Freeport yang merupakan salah satu tambang terluas di dunia. Freeport dikelola oleh PT Freeport Indonesia, perusahaan tambang mineral yang merupakan hasil afiliasi dari Freeport-McMoRan dan Mining Industry Indonesia (MIND ID). Perusahaan tambang yang menjadi awal mula adanya investasi asing di Indonesia ini pada akhir tahun 2019, saham sebesar 51,23% telah resmi menjadi pemilik pemerintah Indonesia. Akuisisi saham ini diharapkan dapat menjadi awal baru bagi Indonesia untuk mendapatkan kembali ‘hak-hak’ yang semestinya bisa didapatkan sejak dulu. Dalam akuisisi saham sebesar 51%, para pengamat telah melihat adanya indikasi kerugian dalam keberhasilan tersebut, sehingga penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar perbandingan keuntungan yang diperoleh dengan ancaman kerugian di masa depan. Dalam metode penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan menganalisis mengenai untung rugi akuisisi saham Freeport. Kesimpulan analisis tersebut menyatakan bahwa Indonesia mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari ancaman kerugian yang didapat pasca akuisisi saham. Kata Kunci: Freeport, Papua, Divestasi Saham, Akuisisi Saham  DOI : https://doi.org/10.33005/jgp.v9i2.3009
Perspektif Liberalisme dalam Analisis Kepentingan Nasional Jepang pada ASEAN+3 Anggraheni, Palupi; Pratama, Cakra Diaz; Izulhaq, Mohammad Daffa; Sitompul, Gogo Mikhael; Nugraha, Raditya Abdurrahman
Global and Policy Journal of International Relations Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jgp.v9i2.3010

Abstract

AbstrakJepang memiliki sejarah yang Panjang dalam posisi geopolitik di Kawasan Asia Timur, baik dari sudut pandang ekonomi maupun keamanan. Berdasarkan aspek historis Jepang sudah menjadi kekuatan unggul di Asia Timur, namun pada perkembangan politik kontemporer saat ini posisi Jepang mendapatkan tantangan dari negara kompetitornya, termasuk Tiongkok. Perubahan okonstelasi politik luar negeri di Kawasan Asia Timur mendorong Jepang untuk lebih adaptif, termasuk menjajakikerjasama dengan organisasi regiona di Kawasan sekitarnya terasuk ASEAN. Platform kerjasama ASEAN+3 mewadahi Kerjasama ASEAN dengan beberapa negara strategis di Kawasan Asia Timur. Artikel ini berfokus untuk mendeskripsikan kepetingan nasional Jepang yang mendasari negara tersebut untuk bergabung dalam ASEAN+3, termasuk kemungkinan untuk meningkatkan posisi tawar geopolitik dari Tiongkok, sekaligus memperkuat pasar domestic yang mengalami stagnansi ekonom sejak krisis 1997. Perspektif Liberalisme Institusional digunakan untuk melihat motif bergabungnya Jepang dalam ASEAN+3 Kata Kunci: Jepang, ASEAN+3, Kepentingan Nasional  DOI : https://doi.org/10.33005/jgp.v9i2.3010
Intervensi Amerika Serikat dalam Perang Sipil Suriah, 2011– 2017 Adipura, Andri Ramawan; Wardoyo, Broto
Global and Policy Journal of International Relations Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jgp.v9i2.3011

Abstract

AbstractThis article discusses United States’ intervention in the Syrian civil war during 2011-2017 period. It asks a question of why the United States employs covert non-military regime change instead of overt military regime change as in the other previous cases of United States’ intervention. An offensive regime change, as in the case of Syria, according to theory, has a lower probability of success in comparison to other types of regime change. It argues that the decision taken by the United States government is due to the high cost and lower possibility of success for overt military intervention that United States would have to bear. However, pressures from ideological allies and the quest to gain strategic benefits have led to United States’ decision to intervene in Syrian civil war. Keywords: intervention, foreign-imposed regime change, Syrian civil war, United StatesAbstrakTulisan ini membahas intervensi Amerika Serikat dalam perang sipil Suriah tahun 2011-2017. Pada awal perang sipil, Amerika Serikat lebih memilih intervensi secara tertutup dalam mendorong perubahan rezim di Suriah. Namun, di pertengan perang sipil Amerika Serikat mengubah intervensinya dengan menggunakan intrumen militer. Pertanyaan yang diajukan dalam tulisan ini adalah mengapa Amerika Serikat memilih opsi intervensi non-militer di awal-awal perang sipil dan tidak langsung melakukan intervensi militer seperti yang dilakukan dalam kasus-kasus upaya paksa perubahan rezim sebelumnya. Secara teoritik, upaya paksa perubahan rezim non-militer secara tertutup yang berkarakter ofensif memiliki probabilitas keberhasilan yang rendah sehingga pilihan Amerika Serikat di Suriah tersebut menarik untuk dibahas. Argumen utama tulisan ini adalah bahwa opsi intervensi non-militer tertutup dipilih karena pertimbangan biaya dan kalkulasi keberhasilan sedangkan intervensi itu sendiri dilakukan karena tekanan aliansi ideologis dan pertimbangan keuntungan stratejik. Kata Kunci: intervensi, upaya paksa penggulingan rezim, perang sipil Suriah, Amerika Serikat DOI : https://doi.org/10.33005/jgp.v9i2.3011
Peran Foundation for Education and Development Terhadap Pekerja Migran Myanmar di Thailand Selatan 2015-2018 Melalui Participation, Empowerment dan Mediator (PEM)
Global and Policy Journal of International Relations Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jgp.v9i2.3039

Abstract

AbstractThailand is the largest destination country for migrant workers from Myanmar. Migration is carried out because of the necessities of living, work and natural disasters. However, the life of Myanmar migrant workers in Thailand is vulnerable and does not rid of problems as exploitation, violence, discrimination, HIV AIDS, abortion. Moreover, they commonly also work in unskilled sector due to the low level of education and the quality of human resources. FED, an NGO, as a non-state actor comes to assist in solving these problems. FED seeks to support the needs of migrant workers, especially in improving education and human resources. This paper will explain the role of the FED towards Myanmar migrant workers in Thailand in 2015-2018. To analyze it, the writer used the role of NGO theory which consists of participation, empowerment and mediator. The results in the study show that the FED has met three roles as an NGO. The role of participation is manifested in activities that require the activeness of migrant workers through educational programs, especially for children. Second, the concept of empowerment is realized through training programs in an effort to develop the capacity of migrant workers. Lastly is the role as a mediator, namely FED's efforts to bridge the migrant worker with the global community through its programs both through digital and non-digital mediation.Keywords : Migran workers, FED’s roles, Participation, Empowerment, MediatorAbstrakThailand menjadi negara destinasi terbesar pekerja migran asal Myanmar. Migrasi dilakukan karena faktor kebutuhan hidup, pekerjaan dan bencana alam. Namun kehidupan pekerja migran Myanmar di Thailand rentan dan tidak luput dari permasalahan-permasalahan seperti eksploitasi, kekerasan, diskriminasi, penyakit HIV AIDS, aborsi. Selain itu, mereka umumnya juga bekerja di sektor yang masuk kualifikasi unskilled. Hal ini dikarenakan rendahnya pendidikan dan kualitas sumber daya manusia. FED, sebuah NGO, sebagai aktor non negara hadir untuk membantu dalam penyelesaian masalah tersebut. FED berusaha untuk menyokong kebutuhan pekerja migran khususnya dalam peningkatan pendidikan dan sumber daya manusia. Tulisan ini akan menjelaskan peran FED terhadap pekerja migran Myanmar di Thailand tahun 2015-2018. Untuk menganalisisnya, penulis menggunakan teori peran NGO yang terdiri dari participation, empowerment dan mediator. Hasil dalam penelitian menunjukkan bahwa FED telah menjadi tiga peran sebagai NGO. Peran participation diwujudkan dengan kegiatan-kegiatan yang menuntut keaktifan pekerja migran melalui program-program pendidikan khususnya untuk anak-anak. Kedua, konsep peran empowerment diwujudkan melalui program- program pelatihan dalam upaya pengembangan kemampuan para pekerja migran. Terakhir adalah peran sebagai mediator yaitu upaya FED menjembatani pekerja migran Thailand dengan masyarakat global melalui program-programnya baik melalui mediasi digital maupun non digital.Kata Kunci : Pekerja Migran, Peran FED, Participation, Empowerment, Mediator

Page 1 of 1 | Total Record : 10