cover
Contact Name
Khoiruddin
Contact Email
khoiruddin@che.itb.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jtki@cheitb.id
Editorial Address
https://www.aptekim.id/jtki/index.php/JTKI/about/contact
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Teknik Kimia Indonesia
ISSN : 16939433     EISSN : 26864991     DOI : http://dx.doi.org/10.5614/jtki
Core Subject : Engineering,
Jurnal Teknik Kimia Indonesia (JTKI) merupakan majalah ilmiah yang diterbitkan oleh Asosiasi Pendidikan Tinggi Teknik Kimia Indonesia (APTEKIM). Versi cetak JTKI telah diterbitkan secara berkala sejak tahun 2001 (p-ISSN 1693-9433). Mulai Volume 18 No. 2 Agustus 2019, terbitan berkala versi daring telah memiliki no. ISSN 2686-4991 (SK ISSN: 0005.26864991/JI.3.1/SK.ISSN/2019.11, 4 November 2019). Seluruh artikel yang diterbitkan telah melalui proses penilaian. Proses ini dilakukan oleh para akademisi dan peneliti pada bidang terkait untuk menjaga dan meningkatkan kualitas penulisan artikel yang dimuat, pada skala nasional khususnya dan internasional umumnya.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 3 (2010)" : 5 Documents clear
Kesetimbangan sorpsi ion seng(ii) pada partikel gambut M Munawar
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 9, No 3 (2010)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2010.9.3.3

Abstract

Extensive exposure of  zinc(II) ions  may cause eminent health problems, such as stomach cramps, skin irritations, vomiting, anaemia, a damage of pancreas, the disturbance of protein metabolism, and also respiratory disorders. Due to these problems, zinc(II) concentration in drinking water should be controlled. Peat is one of the material that can be used  to minimize zinc(II)  ions from  a solution. The study was done to determine the performance and sorption equilibrium of zinc ions onto oligothropic peat particles. The sorption experiments were conducted in a several batch reactor of erlenmeyer flask at a constant temperature of 26 ± 3 oC. The initial zinc ions concentration and pH were varied. Response variable was residual zinc concentration that was measured spectrophotometrically. Experimental data show that the optimum sorption efficiency was about 90% for the initial zinc(II) concentration of 50 mg/L. Sorption equilibrium can be represented by the Freundlich and Langmuir isotherm models. For the initial pH of 6, the optimum sorption capacity, qo was 3,736 mg/g, and the Freundlich’s characteristic  constant, Kf was about 0,342 L/g.    Key words : peat, sorption equilibrium, sorption isotherm, zinc(II) ions AbstrakPaparan ion seng(II) pada kadar tertentu dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti kram perut, iritasi kulit, batuk, anemia, kerusakan pankreas, gangguan metabolisme protein, penyumbatan pembuluh darah, hingga kerusakan sistem pernafasan. Karena itu, seng(II) termasuk kategori unsur yang harus dibatasi konsentrasinya dalam air minum. Gambut adalah salah satu material yang dapat digunakan untuk mengurangi ion seng dari larutan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari performansi dan kesetimbangan sorpsi ion seng(II) pada partikel gambut oligotropik Indonesia. Penelitian dilakukan secara batch di dalam sejumlah labu erlenmeyer pada temperatur konstan 26 ± 3 oC. Eksperimen dilakukan dalam beberapa variasi konsentrasi awal ion seng dan pH. Data primer adalah konsentrasi residual seng dalam larutan yang diukur secara spektrofotometrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi optimum sorpsi mencapai lebih dari 90% untuk konsentrasi awal seng 50 mg/L. Kesetimbangan sorpsi logam seng(II) pada partikel gambut dapat direpresentasikan dengan baik oleh model isoterm Freundlich dan Langmuir. Untuk rentang pH awal 6, nilai kapasitas sorpsi optimum, qo adalah 3,736 mg/g, sedangkan nilai konstanta karakteristik Freundlich, Kf  adalah 0,342 L/g. Kata kunci : efisiensi sorpsi, gambut, isoterm sorpsi, ion seng(II)
Pengaruh perbandingan berat padatan dan waktu reaksi terhadap gula pereduksi terbentuk pada hidrolisis bonggol pisang Sri Rahayu Gusmarwani; M Sri Prasetyo Budi; Wahyudi Budi Sediawan; Muslikhin Hidayat
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 9, No 3 (2010)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2010.9.3.1

Abstract

One of the promising biofuel is bioethanol which can be produced from agricultural waste cellulosic biomass such as banana plant waste. Production of banana rhizome waste in Indonesia is about 107.5 Mton annually. Banana rhizome contains 58.89% cellulose material that can be processed to produce bioethanol through biological and chemical processes. Sulfuric acid can be used in hydrolysis of cellulose material in banana plant waste to produce sugars, and Saccharomyces cereviseae can be used to convert  sugars into  bioethanol. This paper presents the result of studies on effects of solid ratio and time in hydrolysis of banana plant waste to produce sugars at 120 oC. One litre of water and 10 mL of sulfuric acid was mixed with various weight of banana plant waste then heated in an autoclave. The liquid samples were taken at various time and its sugar contents were analyzed by Lane and Eynon Methode. The  solid ratio was varied between 1:6.25, 1:5.88, 1:5.55, 1:5.25, 1:5, 1:4.75, 1:4.54, and 1:4.375 and the time was varied between 0 minute and 90 minutse with 10 minutes interval. The highest yield of glucose of 13.08 g/100 mL was achieved in 80 minutes and 1:5 of solid ratio.Keywords: Bioethanol, banana rhizome, hydrolysisAbstrakBioetanol adalah salah satu bentuk energi terbarukan yang menjanjikan. Sumber energi bioetanol dapat berasal dari limbah pertanian yang jarang dimanfaatkan seperti bonggol pisang. Produksi bonggol pisang di Indonesia mencapai 107,5 Mton per tahun. Selulosa yang terkandung dalam bonggol pisang mencapai 58,89% dapat diubah menjadi etanol melalui proses biologi dan kimia (biokimia). Untuk mengubah selulosa menjadi glukosa (gula) diperlukan proses hidrolisis dengan bantuan asam, misalnya asam sulfat (H2SO4), sedangkan untuk mengubah gula menjadi bioetanol dipergunakan ragi Saccharomyces cereviseae. Dalam makalah ini disampaikan pengaruh perbandingan berat padatan dan waktu hidrolisis terhadap glukosa yang terambil pada reaksi hidrolisis untuk mengubah selulosa pada bonggol pisang menjadi glukosa yang dilakukan pada suhu 120oC. Satu liter aquades dan 10 mL larutan asam sulfat pekat ditambahkan pada padatan dengan perbandingan (padatan:air) yang bervariasi dari 1:6,25, 1:5,88, 1:5,55, 1:5,25, 1:5, 1:4,75, 1:4,54, dan 1:4,375. Selanjutnya campuran dipanaskan dalam autoclave sampai suhu yang diinginkan tercapai (120 oC) dan dijaga konstan. Sampel diambil sebanyak 6 mL setiap 10 menit sampai waktu 90 menit tercapai. Analisis glukosa yang terbentuk dilakukan dengan metode Lane-Eynon. Hasil glukosa yang paling baik sebesar 13,08 g/100 mL didapatkan pada suhu 1200C dalam waktu 80 menit dengan perbandingan padatan:aquadest 1:5.Kata Kunci: Bioetanol, bonggol pisang, hidrolisis
Dinamika tetes ekstraksi cair-cair sistem air-metil etil keton (mek)-heksan dalam kolom isian Agus Mirwan; Danu Ariono
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 9, No 3 (2010)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2010.9.3.4

Abstract

Mass transfer process occurs as effect of contact between continuous phase from above and dispersed phase from underside column. With existence of size and type of packing in column, that caused interfacial area to become bigger and residence time more and older so that improvement of mass transfer process. The aim of this research is to observe drop dynamics or movement behavior of drop in which the drop diameter size grouped based on current regime deputizing with Reynolds Number (Re) and to study mass transfer liquid-liquid extraction in packed column based on drop diameter size influenced by flow rate and packing type. Observation of drop behavior is done by using length square column transparent so that visually drop dynamics can be observed and recorded at every segment of column height using digital camera. This research will be done by varying packing type and flow rate of the dispersed phase and continuous phase to know behavior of drop. The research will be done by using water–MEK (methyl ethyl ketone)–n-hexane system. The result of this research for packing type of sphere and raschig ring show that more and more big dispersed phase flow rate and height from under side column (distributor), hence drop is more and more small with number of which more and more many. This caused significant increase on overall mass transfer coefficient.Keywords: drop distribution, sphere, raschig ring, drop diameter Abstrak Proses perpindahan massa ekstraksi cair-cair dalam kolom isian terjadi akibat adanya kontak antara fase kontinu dan fase dispersi yang dialirkan secara berlawanan. Berbagai macam ukuran dan jenis isian yang digunakan dalam kolom, menyebabkan luas permukaan kontak menjadi lebih besar dan waktu kontak makin lama sehingga terjadi peningkatan proses perpindahan massa. Penelitian ini bertujuan mengamati dinamika pergerakan tetesan dengan cara mengelompokkan ukuran diameter tetesan berdasarkan pada rezim aliran yang diwakilkan dengan Bilangan Reynold (Re) dan mempelajari perpindahan massa pada ekstrasi cair-cair dalam kolom isian yang didasarkan ukuran diameter tetesan yang dipengaruhi laju alir dan jenis isian. Pengamatan perilaku tetesan dilakukan dengan menggunakan kolom persegi panjang yang transparan sehingga secara visual dinamikanya dapat diamati dan direkam pada tiap segmen ketinggian kolom menggunakan kamera digital. Percobaan dilakukan dengan menggunakan sistem air-MEK (metil etil keton)-n-heksan. Hasil penelitian untuk jenis isian bola padat dan raschig ring menunjukkan bahwa makin besar laju alir fase dispersi dan ketinggian dari bagian bawah (distributor), maka tetesannya makin kecil dengan jumlah yang makin banyak. Hal ini menyebabkan kenaikan yang signifikan terhadap koefisien perpindahan massa keseluruhan.Kata kunci: distribusi tetesan, bola, raschig ring, diameter tetesan.
Application of ionic liquids for separation of propyne from propylene: solubility and selectivity studies Jelliarko Palgunadi; Antonius Indarto; Haryo Winoto; Hoon Sik Kim
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 9, No 3 (2010)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2010.9.3.5

Abstract

Separation or removal of propyne from propylene, generated by naptha cracking process, is one of the most important processes in petrochemical industries because ppm level of propyne contained in feed olefins can serve as catalyst poisons in the polymerization of olefins. Recently, room temperature ionic liquids (RTILs) were introduced as novel solvents for the separation of various gases and hydrocarbons. RTIL is a salt composed of unsymmetrical organic cation and organic/inorganic anion which melts at room temperature. Prior to the decision of material selection for the effective separation of propyne/propylene employing RTIL, solubility behaviors and selectivities of propyne and propylene in various RTILs were investigated. For the solubility of propyne and propylene in 1-R-3-methylimidazolium-based RTILs, solubility measurement, thermodynamic analysis, and computational calculation strongly imply that the solubility of propyne is controlled by a trade-off between a specific solute-solvent interaction (hydrogen bonding of propyne-anion) and non bonding interaction (solubility parameter). In contrast, the solubility of propylene seems to be much strongly dependent on non-bonding interaction (solubility parameter) closely related to the physical attractive forces as suggested by regular solution theory. Thus, to achieve high selectivity of propyne over propylene, a RTIL with smaller-size and stronger hydrogen bonding ability should be employed.Keywords: propyne, propylene, solubility, selectivity, ionic liquidsAbstrakPemisahan senyawa propuna dari propena, yang dihasilkan oleh proses fraksionasi nafta adalah salah satu proses yang paling penting dalam industri petrokimia. Kontaminan propuna yang terkandung dalam umpan olefin dapat menjadi racun katalis dalam proses polimerisasi olefin. Kini cairan ionik temperatur ruang (RTIL) diperkenalkan sebagai pelarut baru untuk pemisahan berbagai gas dan hidrokarbon. RTIL adalah garam yang terdiri dari kation organik dan anion organik/anorganik asimetrik yang meleleh pada suhu kamar. Pemilihan senyawa pelarut RTIL yang tepat untuk pemisahan propuna / propena akan dibahas dalam tulisan ini. Dalam proses pelarutan propuna dalam RTIL berbasis 1-R-3-metilimidazolium, pengukuran kelarutan, analisis termodinamika, dan pemodelan mengisyaratkan bahwa kelarutan propuna dikendalikan oleh kompromi antara interaksi spesifik solut-pelarut (ikatan hidrogen propuna-anion) dan interaksi tak mengikat  (parameter kelarutan). Sebaliknya, kelarutan propena sangat bergantung pada interaksi tak mengikat (parameter kelarutan) yang erat hubungannya dengan ikatan fisik seperti dipaparkan dalam teori larutan biasa (regular solution theory). Dengan demikian, untuk mencapai selektivitas tinggi terhadap propuna dibandingkan dengan propena, disarankan untuk menggunakan senyawa RTIL dengan ukuran molekul lebih kecil yang memiliki ikatan hidrogen lebih kuat.Kata Kunci: propuna, propena, kelarutan, absorpsi, cairan ionik
Pembuatan karbohidrazida dari hidrazin dan asam sianurat I Dewa Gede Arsa Putrawan; Alfandra Ihsan; S Sofyan
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 9, No 3 (2010)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2010.9.3.2

Abstract

Hydrazine is commonly used as an oxygen scavenger in boiler feed water treatment. However, this compound is very flammable and is a carcinogenic substance. The industries in developed countries has studied the alternatives for hydrazine since long time ago and started to replace hydrazine. Carbohydrazide is known to be a good alternative for hydrazine. This research is aimed to understand the synthesis routes of carbohydrazide and to determine the best route as well as to develope a detail procedure of carbohydrazide preparation for local application. Literature study showed that carbohydrazide can be made by reacting hydrazine and cyanuric acid, phosgene, dimethyl carbonate or diphenyl carbonate. The synthesis path which is appropriate to be applied in Indonesia is that via cyanuric acid. From laboratory testing, a detail procedure for making carbohydrazide from hydrazine and cyanuric acid has been developed. In the range of experimental conditions studied, carbohydrazide with purity of 90-92% could be obtained with yield of 20-60%.Keywords: Carbohydrazide, cyanuric acid, hydrazine AbstrakHidrazin umumnya digunakan sebagai pengikat oksigen dalam pengolahan air umpan boiler. Akan tetapi, senyawa ini merupakan bahan kimia yang mudah terbakar dan bersifat karsinogenik. Industri-industri di negara maju sudah lama mengkaji alternatif pengganti hidrazin sebagai pengikat oksigen dan sudah mulai meninggalkan hidrazin. Senyawa yang diperkirakan potensial untuk menggantikan hidrazin adalah karbohidrazida. Tujuan  penelitian ini adalah untuk memahami rute sintesis karbohidrazida dan menentukan rute yang tepat serta menyusun langkah-langkah detil proses pembuatan karbohidrazida untuk penerapan lokal di tanah air. Studi literatur menunjukkan bahwa karbohidrazida dapat diperoleh dengan mereaksikan hidrazin hidrat dan asam sianurat, fosgen, dimetil karbonat atau difenil karbonat. Alur yang diperkirakan tepat untuk dikembangkan di Indonesia adalah alur melalui asam sianurat. Melalui uji coba di laboratorium, prosedur pembuatan karbohidrazida dari hidrazin dan asam sianurat yang detil telah disusun. Pada kondisi yang dikaji, karbohidrazida dengan kemurnian90-92% dapat disintesis dengan perolehan pada rentang 20-60%.Kata kunci: karbohidrazida, asam sianurat, hidrazin.

Page 1 of 1 | Total Record : 5