cover
Contact Name
Harianto GP
Contact Email
hariantogp@sttexcelsius.ac.id
Phone
+6282115511552
Journal Mail Official
hariantogp@sttecelsius.ac.id
Editorial Address
Barata Jaya IV No. 26, 28 Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi dan Pendidikan
ISSN : 26848724     EISSN : 26850923     DOI : https://doi.org/10.51730/ed.v4i2
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi, misiologi, dan Pendidikan Agama Kristen dengan nomor ISSN: 2684-8724 (print) dan e-issn: 2685-0923 (online) yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Excelsius dengan lingkup kajian penelitian adalah: Teologi Biblikal (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) Teologi Sistematika dengan pendekatan non-doktrinal Teologi dan Kontekstual Teologi Pastoral dan Etika Pelayanan Gerejawi Teologi dan Etika Kontemporer Misiologi Biblikal dan Praktikal Pendidikan Kristiani dalam Gereja, Keluarga, dan Sekolah Section Policies
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2019): Juni 2019" : 8 Documents clear
Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan” Menurut Imamat 19:26b dan Pengaruhnya Terhadap Shio Pada Budaya Tionghoa Suryowati Wang
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 3, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v3i1.8

Abstract

Chinese Christianity faces a problem when the congregation begins to doubt the future and wants everything to be fast and instant without wanting to go through a process that feels long. This fact led Christians to turn to Shio's predictions which were nothing more than occult. This study of prediction based on Shio will try to prove that no one in the world can predict what can happen, because God himself plans and regulates everything. True Christianity relies its life on God, its fate is determined by faith and not divination. The history of Shio use in Chinese culture cannot be separated from the origin of its use as a means of making it easier to mark the year and season on the Chinese Luni-Solar calendar. This history and theology is needed for Chinese Christianity to be compatible with the gospel. Kekristenan umat Tionghoa menghadapi masalah ketika jemaat mulai ragu akan masa depan dan menginginkan segala sesuatu serba cepat dan instan tanpa ingin melewati proses yang dirasa lama. Kenyataan ini membawa orang-orang Kristen berpaling pada ramalan Shio yang tidak lebih dari okultisme. Penelitian akan ramalan berdasarkan Shio ini akan berusaha membuktikan bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat meramal apa yang dapat terjadi, karena Allah sendiri yang merencanakan dan mengatur segala sesuatu. Kristen sejati menyandarkan hidupnya kepada Allah, nasibnya ditentukan imannya dan bukan ramalan. Sejarah penggunaan Shio pada budaya Tionghoa tidak bisa terlepas dari asal mula pengunaannya sebagai sarana mempermudah menandai tahun dan musim pada kalender Luni-Solar bangsa China. Sejarah dan teologi ini yang diperlukan bagi Kekristenan Tionghoa agar berpadanan dengan Injil. 
Model Teologi Gereja di Abad XXI: Studi Arah Pengembangan menuju Globalisasi Harianto GP
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 3, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v3i1.1

Abstract

The model (shape, style, paradigm or style) is the most important part of seeing a development, especially the theological church. Theology here is not only interpreted as "knowledge (cognitive) about God" but also changes in the affective and psychomotor of the church towards the knowledge of God. The Church is responsible for laying the cognitive foundation of God and making changes within himself and having the skills to worship and carry out His will. In this context the term "Church Theological Model" appears. The author conducts research based on models of church theology which began from the time of the fathers of the Church to the Church of the XX century. From there it can then be arranged in the direction of development towards globalization which reaches in the direction of the models of Church theology in the Indonesian Churches. Model (bentuk, corak, paradigm atau gaya) merupakan bagian terpenting dalam melihat sebuah perkembangan, khususnya gereja berteologi.  Teologi  di sini bukan saja diartikan sebagai “pengetahuan (kognitif) tentang Tuhan” tetapi juga perubahan afektif  dan psikomotoris gereja terhadap pengetahuan akan Tuhan tersebut. Gereja bertanggungjawab untuk meletakan dasar kognitif akan Tuhan dan melakukan perubahan di dalam diri serta mempunyai keterampilan menyembah dan melaksanakan kehendak-Nya. Dalam konteks ini muncul istilah “Model Teologi Gereja”.  Penulis melakukan penelitian berdasarkan model-model teologi gereja yang dimulai sejak masa bapa-bapa Gereja hingga Gereja masa abad XX. Dari situ kemudian bisa tersusun arah pengembangan menuju globalisasi yang mencapai pada hasil arah model-model teologi Gereja di Gereja-gereja Indonesia.
Pemberitaan Injil di Tengah Masyarakat Pluralis Alvin Kristian
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 3, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v3i1.5

Abstract

In the midst of the plurality of the people of this world. Then it cannot be denied that there are differences between one another. That diversity and differences is what is termed pluralism. As well as religion which is an important part of society, even each individual has a plurality phenomenon whose influence in society has a huge impact on the thinking of each individual. The differences between each religion and the truth claims and absolutes of each religion often cause considerable friction in society. In fact, it is not uncommon for many people to judge and make religion a tool of violence. Ditengah-tengah kemajemukkan masyarakat dunia ini. Maka tidak bisa dipungkiri adanya perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Keragaman dan perbedaan-perbedaan itulah yang disebut dengan istilah pluralisme. Sebagaimana juga agama yang merupakan bagian yang penting dalam masyarakat, bahkan tiap-tiap individu mempunya fenomena pluralitas yang pengaruhnya di dalam masyarakat mempunyai dampak yang sangat besar bagi pemikiran tiap-tiap individu. Perbedaan masing-masing agama dan klaim-klaim kebenaran serta kemutlakan tiap-tiap agama sering menimbulkan gesekan-gesekan yang cukup keras dalam masyarakat. Bahkan tidak jarang banyak orang menilai dan menjadikan agama sebagai alat kekerasan.
Hamba Tuhan sebagai Aktor Utama di Era Transisi dari Specialization kepada Globalization (Eksposisi Konteks Postmodern dan Teks Efesus 5:15-21) Stevri Indra Lumintang
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 3, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v3i1.7

Abstract

The movement of globalization caused postmoderns to "replace the modern worldview" with "postmodern worldview". That means there are massive and fundamental changes. Therefore, this transition period is a period of great change, which is not easily accepted by many people because it has caused many major problems with humanity. Globalization presses in many directions, so that nothing is lost. Globalization has made many people and organizations become voracious and ferocious. That means using the time available. Nothing is greater than God's will. The will of globalization is under God's will. This is the strong foundation of a servant of God acting as the main actor of globalization. The main role of God's servants as the main actor of globalization, namely preaching the Word.  Gerakan globalisasi menyebabkan kaum postmodern “mengganti worldview modern” dengan “worldview postmodern”. Itu artinya terjadi perubahan besar-besaran dan mendasar. Karena itu, masa peralihan ini merupakan masa perubahan besar, yang tidak mudah diterima oleh banyak orang karena telah menyebabkan banyak masalah yang besar terhadap humanistas.  Globalisasi menekan ke banyak arah, sehingga tidak ada yang luput dari pengaruhnya. Globalisasi telah membuat banyak orang dan organisasi tertentu menjadi rakus dan ganas tiada ampun. Itu artinya menggunakan waktu yang ada. Tidak ada yang lebih hebat dari pada kehendak Allah. Kehendak globalisasi berada di bawah kehendak Allah. Inilah dasar yang kuat dari seorang hamba Tuhan berperan sebagai aktor utama globalisasi. Peran utama hamba Tuhan sebagai aktor utama globalisasi, yaitu memberitakan Firman.
TANTANGAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KRISTEN UNTUK ANAK USIA DINI Areyne Christi
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 3, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v3i1.9

Abstract

Early childhood is the period beginning the most important and fundamental throughout the range of growth and development of human life. In early childhood, all children's potential is growing very fast. The facts found by the expert-ahlineurologi, stated that about 50% of the capacity of human intelligence has occurred when the age of 4 years and 80% had occurred when he was 8 years old. Growth functional nerve cells require a variety of educational situations that supports both the educational situation of families, communities and schools. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada masa usia dini, semua potensi anak berkembang sangat cepat. Fakta yang ditemukan oleh ahli-ahlineurologi, menyatakan bahwa sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4 tahun dan 80% telah terjadi ketika berusia 8 tahun. Pertumbuhan fungsional sel-sel syaraf tersebut membutuhkan berbagai situasi pendidikan yang mendukung, baik situasi pendidikan keluarga, masyarakat maupun sekolah.
Ekologi Penciptaan dalam Kejadian 1-3 sebagai Landasan Evaluasi Kritis terhadap Perilaku Ekologis Para Teolog Reformed Indonesia Masa Kini Agustina Pasang
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 3, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v3i1.2

Abstract

Ecological (environmental) problems are the responsibility of all human beings, both personal and group, including the responsibilities of all religions or beliefs. Even so, it must be admitted that the topic of ecology and all its problems are lacking or not or even not getting attention as they should. Ecological topics tend to be distinguished, not or lacked attention by both churches and Christian theologians and reform theologians in particular with indications of a lack of Christian literature that addresses topics concerning ecology. There is no or lack of studies (seminars, lectures) on ecology both in the church environment, Christian institutions and theological colleges, besides that there is a misunderstanding which feels that ecology does not touch or come into contact with theology. This understanding appears in behavior that is not or less responsible for the environment (not friendly to the environment), for example by littering, spitting carelessly and so on.  Permasalahan ekologis (lingkungan) merupakan tanggung jawab semua manusia baik bersifat pribadi maupun kelompok, termasuk di dalamnya tanggung jawab semua agama atau aliran kepercayaan. Meskipun demikian harus diakui bahwa topik ekologi dan semua permasalahannya kurang atau belum atau bahkan tidak mendapat perhatian sebagaimana seharusnya. Topik ekologi cenderung dianaktirikan, tidak atau kurang mendapat perhatian baik oleh gereja-gereja maupun para teolog Kristen dan teolog reform pada khususnya dengan indikasi kurangnya literatur-literatur Kristen yang membahas topik mengenai ekologi. Tidak ada atau kurangnya kajian-kajian (seminar, ceramah) mengenai ekologi baik di lingkungan gereja, lembaga-lembaga Kristen dan Sekolah Tinggi Teologi, selain itu adanya salah pengertian (misunderstanding) yang merasa bahwa ekologi tidak bersinggungan atau bersentuhan dengan teologi. Pemahaman ini nampak dalam perilaku yang tidak atau kurang bertanggung jawab terhadap lingkungan (tidak ramah terhadap lingkungan), misalnya dengan membuang sampah sembarangan, meludah sembarangan dan lain sebagainya.
Tantangan Pastoral Care bagi Transgender Dwi Indarti Hutami Dewi
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 3, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v3i1.10

Abstract

The existence of transgender people in the community cannot be denied. Some of them also have achievements both nationally and internationally. Some transgender individuals have strong self-esteem that persist in the midst of a society where the majority ignore and even reject them. Others experience feelings of grief and even despair until suicide due to severe rejection especially from the family. The church as a family home that must love and protect each member of the congregation must not be favoritism. The church needs to reach out to transgender people through pastoral care. Counseling services also need to be opened for them so that mental recovery can occur. Keberadaan orang transgender dalam komunitas tidak dapat disangkal. Beberapa dari mereka juga memiliki prestasi baik secara nasional maupun internasional. Beberapa individu transgender memiliki harga diri yang kuat yang bertahan di tengah-tengah masyarakat di mana mayoritas mengabaikan dan bahkan menolak mereka. Yang lain mengalami perasaan sedih dan bahkan putus asa sampai bunuh diri karena penolakan yang parah terutama dari keluarga. Gereja sebagai rumah keluarga yang harus mencintai dan melindungi setiap anggota jemaat tidak boleh pilih kasih. Gereja perlu menjangkau orang-orang transgender melalui perawatan pastoral. Layanan konseling juga perlu dibuka untuk mereka sehingga pemulihan mental dapat terjadi.
Theories of Leadership and Church Management Joseph Tong
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 3, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v3i1.6

Abstract

Management is the integration and coordination of resources to effectively move the organization towards the desired goals. The concepts and key elements in management are organizations. This organization is also divided into two namely: voluntary organizations and voluntary organizations. The objectives of this management are: (1) Vision and mission for existence; (2) Objectives and targets; (3) The desired destination and floating destination. Management effectiveness refers to how well an organization reaches its goals over a period of time. This emphasizes goals or mission (long distance) and goals (short term). Effectiveness contrasts with efficiency. Efficiency is a short-term measure of how well an organization uses resources. Healthy organization management must be effective and efficient. Leadership relates to people, while management pays more attention to tasks and performance. As far as the organization is concerned, these two things have the same function in promoting the well-being and development of healthy organizations to achieve organizational goals.  Manajemen adalah integrasi dan koordinasi sumber daya untuk menggerakkan organisasi secara efektif menuju tujuan yang diinginkan. Adapun konsep dan elemen kunci dalam manajemen yaitu organisasi. Organisasi ini pun dibagi menjadi dua yakni: organisasi sukarela dan organisasi tidak sukarela. Tujuan dari manajemen ini adalah: (1) Visi dan misi untuk eksistensi; (2) Tujuan dan target; (3) Tujuan yang diinginkan dan tujuan mengambang. Efektivitas manajemen mengacu pada seberapa baik sebuah organisasi untuk mencapai tujuannya selama periode waktu tertentu. Hal ini menekankan pada tujuan atau misi (jarak jauh) dan tujuan (jangka pendek). Efektivitas kontras dengan efisiensi. Efisiensi adalah ukuran jangka pendek seberapa baik sebuah organisasi menggunakan sumber daya. Manajemen organisasi yang sehat harus efektif dan efisien. Kepemimpinan berkaitan dengan orang, sedangkan manajemen lebih memperhatikan tugas dan kinerjanya. Sejauh menyangkut organisasi, dua hal ini memiliki fungsi yang sama dalam mempromosikan kesejahteraan dan pengambangan organisasi yang sehat untuk mencapai tujuan organisasi.

Page 1 of 1 | Total Record : 8