cover
Contact Name
Harianto GP
Contact Email
hariantogp@sttexcelsius.ac.id
Phone
+6282115511552
Journal Mail Official
hariantogp@sttecelsius.ac.id
Editorial Address
Barata Jaya IV No. 26, 28 Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi dan Pendidikan
ISSN : 26848724     EISSN : 26850923     DOI : https://doi.org/10.51730/ed.v4i2
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi, misiologi, dan Pendidikan Agama Kristen dengan nomor ISSN: 2684-8724 (print) dan e-issn: 2685-0923 (online) yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Excelsius dengan lingkup kajian penelitian adalah: Teologi Biblikal (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) Teologi Sistematika dengan pendekatan non-doktrinal Teologi dan Kontekstual Teologi Pastoral dan Etika Pelayanan Gerejawi Teologi dan Etika Kontemporer Misiologi Biblikal dan Praktikal Pendidikan Kristiani dalam Gereja, Keluarga, dan Sekolah Section Policies
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 1 (2020): Juni 2020" : 8 Documents clear
PANDANGAN ALKITAB MENGENAI PERNIKAHAN YANG TIDAK SEIMAN Victoria Woen
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 4, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v4i1.34

Abstract

General theory: Marriage is an institution authorized by God which involves the union of a man and a woman as "one flesh" in a lifelong relationship. The method used by the authors in this study is a quantitative research method. In this research besides being descriptive, the writer also uses survey method because the survey method is one of the characteristics of descriptive research. The purpose of writing this article is to know the meaning of marriage in the Bible, the Old Testament view of unbelieving marriage, and the New Testament view of unbelieving marriage. The results obtained are, (1) the meaning of marriage in the Bible is an institution authorized by God which involves the union of a man and a woman as "one flesh" in a lifetime relationship. (2) The Old Testament view of unfaithful marriage, as exemplified by the biblical figures in the Old Testament, is known that the Israelites were not accustomed to marrying people from non-nationals or relatives. (3) The New Testament view of unbelieving marriage. II Corinthians 6:14 says: "Do not be an unequal partner with unbelievers." that marrying a partner who is not a believer or having a different religion is strongly opposed by the Bible. God does not want Christians to marry unbelievers because that will require a life-long struggle.AbstrakTeori umum: Pernikahan adalah lembaga yang disahkan Allah yang melibatkan penyatuan seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai “satu daging” dalam suatu hubungan seumur hidup. Metode yang dipakai oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Di dalam penelitian ini selain bersifat deskriptif, penulis juga menggunakan metode survei karena metode survei merupakan salah satu ciri penelitian yang bersifat deskriptif. Tujuan Penulisan Artikel ini adalah mengetahui makna pernikahan dalam Alkitab, Pandangan Perjanjian Lama mengenai pernikahan tidak seiman, dan Pandangan Perjanjian Baru mengenai pernikahan tidak seiman. Hasil yang diperoleh yaitu, (1) makna pernikahan dalam Alkitab adalah lembaga yang disahkan Allah yang melibatkan penyatuan seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai “satu daging” dalam suatu hubungan seumur hidup. (2) Pandangan Perjanjian Lama mengenai pernikahan tidak seiman, sebagaimana teladan tokoh-tokoh alkitab dalam Perjanjian Lama, diketahui bahwa bangsa Israel tidak biasa menikah dengan orang dari bukan sebangsa atau sanak-saudaranya. (3) Pandangan Perjanjian Baru mengenai pernikahan tidak seiman. II Korintus 6:14 mengatakan: “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya”. bahwa menikah dengan pasangan yang tidak seiman atau berbeda agama sangatlah ditentang oleh Alkitab. Allah tidak menginginkan umat Kristen menikah dengan pasangan yang tidak seiman karena hal itu akan membutuhkan pergumulan seumur hidup.
KONSEP IBADAH YANG BENAR DALAM ALKITAB Lucyana Henny
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 4, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v4i1.32

Abstract

Worship according to the concept of Christianity is God's commandment that must be done by every person who has been redeemed and saved by the Lord Jesus Christ. The purpose of the study is to answer: What is the meaning of worship of believers? What are the elements of worship according to the Bible? How is worship lived in church life? Research using qualitative methods using literature review (library research). The results of the study are: (1) worship truly is a service to God by offering all souls and spirits with various actions and attitudes of respect and adoration, submission, and obedience with a thankful welcome. (2) Worship without doubt is the inner confession of a person who accepts that God is sovereign in power and good. With a series of personal offerings and the offerings of the people, approaching the altar of God by bringing sacrifice. (3) worship lived in church life is Jesus as the subject of worship through hymns, prayers, confessions of sins begging for forgiveness, giving thanks. Church life gives the best offerings to God, body, soul and spirit, which must be accompanied by service to others.AbstrakBeribadah menurut konsep kekristenan adalah perintah Tuhan yang wajib dilakukan oleh setap orang yang sudah di tebus dan diselamatkan oleh Tuhan Yesus Kristus.  Tujuan penelitian adalah menjawab: Apakah makna ibadah persekutuan orang percaya? Apakah unsur-unsur ibadah menurut Alkitab?  Bagaimanakah ibadah dihayati dalam kehidupan bergereja? Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kajian literature (library research). Hasil penelitian adalah: (1) ibadah yang benar adalah  pelayanan kepada Allah dengan mempersembahkan seluruh tubuh jiwa dan roh  dengan aneka tindakan dan sikap penuh hormat dan puja, ketundukan, serta ketaatan dengan penuh ucapan syukur. (2)  unsur-unsur ibadah adalah ungkapan batin seseorang yang mengakui bahwa Allah berdaulat penuh kuasa dan baik. Dengan rangkaian persembahan pribadi maupun persembahan umat, menghampiri mezbah Allah dengan membawa kurban.  (3) ibadah dihayati dalam kehidupan bergereja adalah Yesus sebagai pokok penyembahan melalui nyanyian pujian, doa, pengakuan dosa mohon pengampunan, mengucap syukur. Kehidupan bergereja itu  memberikan persembahan terbaik kepada Tuhan yaitu tubuh, jiwa dan roh, yang harus dibarengi dengan pelayanan kepada sesama. 
INTEGRITAS BERPERILAKU KUDUS BERDASARKAN 1 PETRUS 1:13-25 TERHADAP KOMITMEN PELAYANAN PADUAN SUARA ADONAI Frieska Putrima Tadung
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 4, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v4i1.35

Abstract

Integrity to behave holy is a life that shows as befits the family of God, which is to live a life that matches the calling. A life that should be "blameless, a life of moral integrity and complete surrender. The purpose of this paper is to answer the question: What does Integrity mean is holy? how to prove the integrity of holy behavior is very important as a servant of God and in order to be able to create God's servants who have honesty and pleasing before God? how to prove that the impact of integrity behaving holy towards commitment in service is needed by choir service and in order to create maximum service that pleases God? The research method used is qualitative using a grounded research design. The results of the study are (1) Integrity is a picture of a person who has quality in all dimensions of his life. (2) how to prove the integrity of holy behavior is very important as a servant of God and in order to be able to create servants of God who have honesty and are pleasing before God; (3) Integrity of Holy Behavior in Creating God's Servant who Does Not Obey Lust, Living in Fear of God, and Behaving in Truth Obedient Haw Lust is an earthly system that is contrary to God's plan.AbstrakIntegritas berperilaku kudus merupakan kehidupan yang menunjukkan sebagaimana layaknya keluarga Allah, yakni menjalani kehidupan yang berpapadan dengan panggilan. Kehidupan yang seharusnya “tidak bercacat, kehidupan yang berintegritas moral dan penyerahan yang seutuhnya. Tujuan penulisan ini menjawa pertanyaan: Apakah yang dimaksud dengan Integritas berlaku kudus ? bagaimana membuktikan integritas berperilaku kudus sangatlah penting sebagai seorang pelayan Tuhan dan guna untuk dapat menciptakan pelayan Tuhan yang memiliki kejujuran dan berkenan di hadapan Tuhan? bagaimana membuktikan bahwa dampak integritas berperilaku kudus terhadap komitmen dalam pelayanan sangat dibutuhkan oleh pelayanan paduan suara dan guna untuk menciptakan pelayanan yang maksimal dan menyenangkan hati Tuhan? Metode peneltian yang digunakan adalah kualitatif ini menggunakan desain penelitian  grounded. Hasil penelitian adalah (1)  Integritas merupakan gambaran seorang pribadi yang memiliki kualitas diri dalam segala dimensi kehidupannya. (2) bagaimana membuktikan integritas berperilaku kudus sangatlah penting sebagai seorang pelayan Tuhan dan guna untuk dapat menciptakan pelayan Tuhan yang memiliki kejujuran dan berkenan di hadapan Tuhan; (3) Integritas Berperilaku Kudus dalam Menciptakan Pelayan Tuhan yang Tidak Menuruti Hawa Nafsu, Hidup dalam Takut akan Tuhan, dan Berperilaku Taat Kebenaran Haw Nafsu yaitu sistem duniawi yang bertentangan dengan rencana Allah. 
HAMBA TUHAN DAN SENI MEMBERI Anton Siswanto
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 4, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v4i1.28

Abstract

Abstract God's servant is identical to the example in expressing Christ's love for the congregation and being a public figure in all thoughts, words and actions. In this paper, a Biblical Principle is explained, which is love exhibited by "giving" behavior. And this action starts from the leader and followed by the person who is led. The following will describe a principle that the Lord Jesus taught to humans through a specific New Testament perspective. And it is given that the love shown by a practice of giving will have a tremendous impact on humanity. Certainly as a believer we have the source to give, and that source concerns finance, information, relationships, spirit and time / energy. With sources that all come from God, believers can give joyfully and voluntarily as taught by the Lord Jesus himself. This article on God's Servant and the art of giving uses research methods based on the study of several sources of the New Testament and the study of literature relating to this topic and with the results obtained will also provide application as a concrete step of the spiritual leader that is God's servant in giving who will close this writing to get believers to do the Word of God in concrete steps.AbstrakHamba Tuhan identik dengan contoh dan teladan dalam mengekspresikan kasih Kristus kepada jemaat dan menjadi publik figur dalam segala pikiran, perkataan dan tindakan. Dalam tulisan ini diuraikan sebuah prinsip Alkitab yaitu kasih yang ditunjukkan dengan perilaku “memberi”. Dan tindakan ini dimulai dari pemimpin baru diikuti oleh orang yang dipimpin. Berikut akan diuraikan sebuah prinsip yang Tuhan Yesus ajarkan kepada manusia melalui perspektif Perjanjian Baru secara spesifik. Dan diberikan bahwa kasih yang ditunjukkan dengan sebuah praktik memberi akan mempunyai dampak yang luar biasa kepada umat manusia. Tentu sebagai seorang percaya kita memiliki sumber untuk memberi, dan sumber itu menyangkut keuangan, informasi, hubungan/relasi, roh dan waktu/energi. Dengan sumber-sumber yang semuanya berasal dari Tuhan maka orang percaya bisa memberi dengan sukacita dan sukarela seperti yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Tulisan mengenai Hamba Tuhan dan seni memberi ini menggunakan metode penelitian berdasarkan studi beberapa sumber dari Perjanjian Baru dan studi literatur yang berkaitan dengan topik ini dan dengan hasil yang didapat akan juga memberikan aplikasi sebagai langkah nyata dari pemimpin rohani yaitu hamba Tuhan dalam memberi yang akan menutup tulisan ini untuk mengajak orang-orang percaya melakukan Firman Tuhan dengan langkah nyata.
DOA PUASA DI ANTARA KEPEMIMPINAN PENGGEMBALAAN, ROH KUDUS, DAN PERTUMBUHAN GEREJA Sewie Elia Huang
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 4, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v4i1.29

Abstract

Abstract Fasting prayer has a very significant role for the growth of faith and congregation in the growth of the church because fasting prayer is their intimate relationship with God. The purpose of this paper answers the question: What is meant by fasting prayer? What is the relationship between fasting prayer and the Holy Spirit? What is the relationship between fasting prayer and shepherding leadership? What is the relation of fasting prayer in the growth of the Church? The research method uses descriptive literature research. The results of the study are: (1) fasting prayer is abstaining from all physical food for other bodies describing the consequences of fasting, namely: "suffering of the soul". (2) the relationship of fasting prayer with the Holy Spirit is fasting prayer which brings clarity of the way, the voice of the spirit, so that it will be sensitive to the voice of the Holy Spirit to provide guidance in obtaining spiritual and material victory as well. (3) the relationship of fasting prayer with the leadership of the shepherding is a servant of God who truly is a servant of God whose life of prayer is accompanied by fasting. (4) the relation of fasting prayer in the growth of the Church is the pastoral service can help realize the need for maturity and encourage growth in spirituality.AbstrakDoa puasa mempunyai peran yang sangatlah signifikan bagi pertumbuhan iman dan jemaatnya dalam pertumbuhan gereja karena doa puasa merupakan hubungan intim mereka dengan Allah. Tujuan penulisan ini menjawab pertanyaan: Apakah yang dimaksud dengan doa puasa? Bagaimanakah relasi doa puasa dengan Roh Kudus? Bagaimanakah relasi doa puasa dengan kepemimpinan pengembalaan? Bagaimanakah relasi doa puasa dalam pertumbuhan Gereja? Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif literature. Hasil penelitian adalah: (1) doa puasa adalah berpantang dengan semua makanan jasmani untuk tubuh yang lain menggambarkan akibat berpuasa, yaitu: “penderitaan jiwa”. (2) relasi doa puasa dengan Roh Kudus adalah doa puasa mendatangkan kejernihan jalan, akan suara roh, sehingga akan peka dengan suara Roh Kudus untuk memberikan bimbingan memperoleh kemenangan rohani dan materi juga. (3) relasi doa puasa dengan kepemimpinan pengembalaan adalah seorang hamba Tuhan yang sungguh sungguh adalah hamba Tuhan yang hidup doanya disertai puasa. (4) relasi doa puasa dalam pertumbuhan Gereja adalah pelayanan penggembalaan dapat menolong menyadari kebutuhan akan kedewasaan dan mendorong bertumbuh dalam kerohanian.
CINTA LINGKUNGAN SEBAGAI IMPLEMENTASI NILAI KARAKTER RELIGIUS: SUATU PERSPEKTIF BERDASARKAN EFESUS 5:1-21 Dwi Indarti Hutami Dewi; Setiya Aji Sukma
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 4, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v4i1.25

Abstract

The world of education is increasingly confronted with various challenges that complicate and demand that education increasingly innovate in developing educational products. Research Objectives: What is the meaning of Environmental Care according to the Bible and experts? Does caring about the environment support the effectiveness of learning? What is the perspective of Ephesians 5: 1-21 regarding Environmental Care as an Implementation of Religious Character Values? The research method used is exposition and literature research. The results of the study are: (1) the meaning of caring for the environment is loving the dimensions of the space into which the learning activities take place, caring for the environment is everyone's obligation. This needs to be instilled in students to grow into a generation that can take part in preserving the natural environment and the social environment. (2) environmental care attitude (in family, school, and community) is realized through obedience in realizing environmental preservation efforts. Obedience must be based on love, because by loving, humans will automatically have a sense of caring. The environment as a container for the formation of a person's character. (3) Christ is the only example in terms of love, Christians must understand Christ for themselves, then apply the love of Christ to the environment, so as to create a healthy and loving environment in the world of Indonesian education..AbstrakDunia pendidikan semakin hari semakin dihadapkan dengan berbagai tantangan yang mempersulit dan menuntut supaya pendidikan semakin berinovasi dalam mengembangkan produk pendidikan. Tujuan penelitian: Apakah makna Cinta Lingkungan menurut Alkitab dan para ahli?  Apakah sikap Cinta lingkungan menunjang efektifitas pembelajaran? Bagaimanakah perspektif Efesus 5:1-21 mengenai Cinta Lingkungan sebagai Implementasi Nilai Karakter Religius? Metode penelitian yang digunakan adalah eksposisi dan penelitian literature. Hasil penelitian adalah: (1) makna cinta lingkungan adalah mengasihi dimensi ruang yang menjadi tempat melakukan kegiatan pembelajaran, cinta lingkungan adalah kewajiban semua orang. Hal ini perlu ditanamkan kepada peserta didik agar bertumbuh menjadi generasi yang dapat ambil bagian dalam rangka melestarikan lingkungan alam maupun lingkungan pergaulan. (2) sikap cinta lingkungan (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) diwujudkan melalui ketaatan dalam mewujudkan upaya pelestarian lingkungan. Ketaatan tersebut haruslah berdasarkan pada kasih, karena dengan mengasihi, manusia akan dengan otomatis memiliki rasa peduli. Lingkungan tersebut sebagai wadah pembentukan karakter seseorang. (3) Kristus adalah satu-satunya teladan dalam hal mengasihi, orang Kristen harus memahami Kristus atas diri masing-masing, lalu menerapkan kasih Kristus kepada lingkungan, agar tercipta lingkungan yang sehat dan penuh kasih di dunia pendidikan Indonesia.
PENDOSA TERBESAR YANG MENERIMA KESELAMATAN (LUKAS 19:1-10) Sri Suwantie
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 4, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v4i1.33

Abstract

The Bible states that all have sinned and have lost God's glory. The fact that all have sinned and have lost God's glory can only be resolved by God himself. All forms of human effort can never save him. God must come into the world in Jesus Christ to give salvation to sinners. For the Son of Man came to seek and save the lost. This is the purpose and mission of the coming of the Lord Jesus into the world that Luke the Gospel writer wants to convey. God often initiates His meetings with people He wants to be blessed with. God so loved a Zacchaeus who had been ostracized by his own people. God rejects the view of many people that staying in a sinner's house means taking part in the wrong way of life. God also rejects the view that the greatest sinner is far beyond the salvation that God has given. God states that the salvation that He has given to all people, for all nations. Zacchaeus found the Messiah, Jesus. He received Jesus joyfully. He found the Savior, he got salvation. His life underwent a change. The greatest sinner becomes justified. Religious leaders and many people are just busy justifying themselves. They considered Zacchaeus more sinful than them. Their views make it difficult for them to open their hearts to understand the salvation that God has given through Jesus Christ. Their eyes and ears became blind and deaf to see and hear God's work of salvation through Jesus Christ. Even their hearts are dull to feel the mercy of Jesus to sinners.Alkitab menyatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Kenyataan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah hanya dapat diselesaikan oleh Allah sendiri. Segala bentuk usaha manusia tidak akan pernah bisa menyelamatkan dirinya. Allah harus hadir ke dunia dalam Yesus Kristus untuk memberi keselamatan kepada orang berdosa. Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Inilah tujuan dan misi kedatangan Tuhan Yesus ke dalam dunia yang ingin disampaikan oleh Lukas si penulis Injil tersebut. Allah sering kali memprakarsai pertemuaanNya dengan orang-orang yang hendak dikaruniaiNya. Allah begitu mengasihi seorang Zakheus yang telah mengalami pengucilan oleh bangsanya sendiri. Allah menolak pandangan orang banyak bahwa menumpang di rumah seorang pendosa berarti mengambil bagian dalam cara hidupnya yang salah. Allah juga menolak pandangan bahwa seorang pendosa terbesar berada jauh di luar keselamatan yang Allah berikan. Allah menyatakan bahwa keselamatan yang diberikanNya untuk semua orang, untuk semua bangsa. Zakheus menemukan Mesias yaitu Yesus. Ia menerima Yesus dengan sukacita. Ia menemukan juruselamat, ia mendapatkan keselamatan. Hidupnya mengalami perubahan. Seorang pendosa terbesar menjadi seorang yang dibenarkan. Pemuka agama dan orang banyak hanya sibuk membenarkan diri mereka sendiri. Mereka menganggap Zakheus lebih berdosa dari mereka. Pandangan mereka membuat mereka sukar membuka hati mereka untuk mengerti keselamatan yang Allah berikan melalui Yesus Kristus. Mata dan telinga mereka menjadi buta dan tuli untuk melihat dan mendengar karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus. Bahkan hati mereka tumpul untuk merasakan belas kasihan Yesus kepada para pendosa.
MANUSIA DAN DUNIA: KONSEP KRISTOLOGI DENGAN PERSPEKTIF REFORMED Suryowati Wang
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 4, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v4i1.31

Abstract

Humans are special creatures of God with their true nature as guardians of the earth. The purpose of writing to find answers about human meaning, the meaning of the world, and how human relationships and their world? The study uses qualitative methods with a philology approach. The results of the study are: (1) man is not just a creation, he is also a person. Being a person means being able to make decisions, set goals, and move towards those goals. Humans are not robots whose actions are determined by forces outside themselves. To be one person means to be a "creation that has a choice". (2) the world is: First, in the perspective of the Bible is "creation", the whole existence of a place in which humans live with all the good blessings of God. Second, from a perspective outside the Bible, the world is identified with all sources of evil, containing: evil, bad, negative and imperfections. (3) the relationship between humans and the world is that humans must be missionaries in a Christological framework that has the duty to serve in the world as a source of evil. Humans become the "salt" and "light" of Christ fighting the source of evil.            AbstrakManusia adalah makhluk ciptaan Allah yang istimewa dengan hakekat sejatinya sebagai pemelihara bumi. Tujuan penulisan menemukan jawaban tentang makna manusia, makna dunia, dan bagaimanakah hubungan manusia dan dunianya? Penelitian menggunakan metode kualitatif  dengan pendekatan filologi. Hasil penelitian adalah: (1) manusia adalah bukan sekedar hanya ciptaan, ia juga satu pribadi. Menjadi suatu pribadi berarti mampu membuat keputusan, menetapkan tujuan, dan bergerak ke arah tujuan-tujuan itu. Manusia bukan robot yang tindakannya ditentukan oleh kekuatan di luar dirinya. Menjadi satu pribadi berarti menjadi “ciptaan yang memiliki pilihan”. (2) dunia adalah: Pertama, dalam perspektif Alkitab adalah  “tata cipta”, seluruh keberadaan tempat yang di dalamnya manusia hidup dengan segala berkat yang baik dari Allah. Kedua, dalam perspektif di luar Alkitab, dunia  adalah diidentikkan segala sumber kejahatan, berisi: hal-hal yang jahat, buruk, negatif dan ketidaksempurnaan. (3) hubungan manusia dan dunia adalah manusia mesti menjadi misioner dalam kerangka pikir Kristologi yang mempunyai tugas untuk melayani di dunia sebagai tempat sumber kejahatan. Manusia menjadi “garam” dan “terang” Kristus memerangi sumber kejahatan..

Page 1 of 1 | Total Record : 8