cover
Contact Name
Muhammad Aditya Pratama
Contact Email
adityapratama@ikj.ac.id
Phone
+6285693972062
Journal Mail Official
imaji@ikj.ac.id
Editorial Address
Jalan Sekolah Seni No.1 (Raden Saleh, Kompleks Taman Ismail Marzuki Jl. Cikini Raya No.73, RT.8/RW.2, Cikini, Jakarta, Central Jakarta City, Jakarta 10330
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal IMAJI
ISSN : 19073097     EISSN : 27756033     DOI : https://doi.org/10.52290/JI
Core Subject : Humanities, Art,
Journal IMAJI accommodates a collection of various topics of film / audio-visual studies that contain ideas, research, as well as critical, fresh, and innovative views on the phenomenal development of cinema in particular and audio-visual in general. This journal aims to provide research contributions to film and audio-visual media which are expected to encourage the development of film, including photography, television and new media in Indonesia, so that they are superior and competitive at the national level and in the international world.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol. 12 No. 1 (2021): Sinema dan Wacana" : 6 Documents clear
TEKS RUJUKAN SINEMA INDONESIA YANG MENDESAK DIPERBAHARUI Debra H Yatim
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 12 No. 1 (2021): Sinema dan Wacana
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52290/i.v12i1.13

Abstract

Buku Kuasa Dalam Sinema: Negara, Masyarakat dan Sinema Orde Baru karya Krishna Sen, yang merupakan teks wajib di FFTV-IKJ, saat diterjemahkan dan terbit dalam versi bahasa Indonesia saja sudah kedaluwarsa 27 tahun. Sudah saatnya muncul inisiatif akademik untuk melakukan penelusuran ulang terhadap beberapa premis yang ditawarkan oleh Sen saat melakukan penelitiannya pada 1980-1982, mengkaji kembali argumentasi yang disodorkannya tentang kekuatan-kekuatan pembentuk sensibilitas sinema di Indonesia, dan menerima tantangan yang dilemparkannya 27 tahun silam untuk mengamati sumbangsih perempuan dalam perfilman Indonesia.    
KETIKA KOREOGRAFI BERDIALOG DENGAN KAMERA Hanny Herlina
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 12 No. 1 (2021): Sinema dan Wacana
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52290/i.v12i1.14

Abstract

Tulisan ini merupakan penelitian tentang fenomena proses pembelajaran koreografi saat situasi pandemi Covid-19 di Indonesia yang berdampak terhadap aktivitas proses kreatifnya. Seni Tari adalah seni yang diciptakan dari sebuah kreativitas, eksplorasi tubuh, ruang, dan waktu dimana hasil tersebut ruang pertunjukan  menjadi salah satu tempat  dialog antara  karya tari dan penonton. Peristiwa yang tercipta di panggung, terbangun dan menjadi kenikmatan tersendiri bagi sang koreografer untuk memberikan tawaran-tawaran imaginasi dan kreativitas kepada penonton. Gerak tubuh, ekspresi, suasana artistik panggung setiap adegan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh penonton. Pandemi Covid-19 telah merubah konsep pertunjukan panggung di mana koreografer harus merubah cara kebiasaannya  menjadi sebuah pertunjukan secara virtual. Pengamatan peristiwa ini dilakukan pada salah satu mahasiswa tari yang akan melaksanakan Ujian Tahap Akhir dimana koreografi tidak lagi diciptakan untuk sebuah pertunjukan di panggung tetapi menjadi sebuah pertunjukan dalam frame kamera. Karya Medhang, koreografer Lenny Febriani menceritakan perjalanan seorang penari Lengger yang hijrah ke Jakarta untuk mewujudkan impiannya. Metode yang digunakan adalah penyajian data kualitatif deskristif, observasi video, kajian pustaka dan pengamatan langsung.  
PERJALANAN PAHLAWAN PEREMPUAN FILM WONDER WOMAN (2017) DAN MULAN (2020): KRITIK FEMINISME TERHADAP PSIKOANALISIS Erina Adeline Tandian
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 12 No. 1 (2021): Sinema dan Wacana
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52290/i.v12i1.15

Abstract

Film Wonder Woman (2017) dan Mulan (2020) memiliki kemiripan pola struktur naratif. Namun, beberapa fase perjalanan pahlawan perempuan Maureen Murdock dirasa kurang relevan dalam menjelaskan struktur naratif dua film tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji alur perjalanan pahlawan perempuan kedua film. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian literatur dan pendekatan observasi sinema dengan analisis tekstual dalam visual. Terdapat delapan fase perjalanan pahlawan perempuan di kedua film: dunia biasa, kesadaran untuk pergi, mempersiapkan perjalanan, dunia laki-laki, cobaan, krisis, kebangkitan, dan kehidupan baru. Perjalanan pahlawan perempuan kedua film juga berisi kritik feminisme terhadap pandangan psikoanalisis.
FILM DAN REPRESENTASI SISTEM HUKUM (SEBUAH PENGANTAR) Kemala Atmojo
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 12 No. 1 (2021): Sinema dan Wacana
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52290/i.v12i1.16

Abstract

Film dapat merepresentasikan sistem hukum yang berlaku di mana film itu dibuat. Maka menonton film tak sekadar menikmati cerita yang disampaikan, tetapi sekaligus bisa belajar bagaimana kondisi sosial, budaya, politik, dan hukum di negeri film itu diproduksi. Twelve Angry Man adalah salah satu contoh film yang dapat menggambarkan perbedaan sistem hukum di Amerika Serikat (common law) dan Indonesia (civil law). Namun dunia yang makin menyatu membuat kedua sistem hukum itu mulai bercampur di beberapa bidang.
FILM DAN ARAH KEBUDAYAAN Nurman Hakim
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 12 No. 1 (2021): Sinema dan Wacana
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52290/i.v12i1.17

Abstract

Manusia adalah makhluk yang selalu mencari makna dirinya dan relasinya dengan kehidupan. Untuk itulah mereka menciptakan kebudayaan. Salah satu dari produk kebudayaan adalah film, yang mengalami transformasi terus menerus seiring dengan berlangsungnya kehidupan sosial budaya yang berjalin kelindan dengan masyarakatnya. Melalui film sebagai produk kebudayaan, tulisan ini dengan menggunakan perspektif antropologi budaya, ingin menunjukan dan menjelaskan persinggungan dan ketegangan antara sineas sebagai aktor/agen kebudayaan dengan struktur kebudayaan yang beroreantasi pada suatu ideologi tertentu yang kemudian mentransfigurasi struktur itu sendiri atau justru memperkukuh struktur kebudayaan yang sudah ada.
PERAN MASYARAKAT FILM INDONESIA (MFI) DALAM MENDUKUNG DEMOKRATISASI INDONESIA (2007-2009) Aulia Tiara Solechan; Indriana Oktavia; Julita Pratiwi
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 12 No. 1 (2021): Sinema dan Wacana
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52290/i.v12i1.44

Abstract

Masyarakat Film Indonesia merupakan bagian dari masyarakat sipil Indonesia yang memiliki perhatian dalam perkembangan perfilman Indonesia. Penelitian ini membahas tentang upaya MFI dalam mendorong demokratisasi di Indonesia. Mereka menuntut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman perlu direvisi, karena dianggap tidak relevan. Teori yang akan digunakan dalam artikel ini untuk menganalisis upaya MFI adalah teori masyarakat sipil dan perannya dalam mendukung demokratisasi oleh Larry Diamond dan Els van Enckevort. Temuan artikel ini adalah; MFI berhasil mendorong Mahkamah Konstitusi untuk merevisi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1992 tentang Film dengan menjadikan IMLPC (Indonesian Media Law and Power Centre) sebagai konsultan, mencari saksi dan mengumpulkan bukti yang terkait dengannya, membuat perbandingan dengan UUD 1945 sebagaimana telah diubah, dan mempublikasikan komunitas.

Page 1 of 1 | Total Record : 6