cover
Contact Name
Yeremias Jena
Contact Email
yeremias.jena@atmajaya.ac.id
Phone
+6221-5708808
Journal Mail Official
ppe@atmajaya.ac.id
Editorial Address
Pusat Pengembangan Etika Gedung Karol Wojtyla Lt. 12 Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jl. Jenderal Sudirman No. 51 Jakarta 12930
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Respons: Jurnal Etika Sosial
ISSN : 08538689     EISSN : 27154769     DOI : https://doi.org/10.25170/respons.v25i02
Respons (p-ISSN 0853-8689/e-ISSN 2715-4769) is a bilingual (Indonesian and English language) and peer-reviewed journal published by Centre for Philosophy and Ethics of Atma Jaya Catholic University of Indonesia. Respons specializes in researched papers related to social ethics, philosophy, applied philosophy from interdisciplinary-methodological point of view. Respons welcomes ethical and philosophical contributions from scholars with various background of disciplines. This journal uses English and Indonesian Language. "Respons" is an open access journal whose papers published is freely downloaded.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 19 No 02 (2014): Respons: Jurnal Etika Sosial" : 6 Documents clear
Irony and Mysticism: the Role of “panakawan” in the Javanese Shadow Play (wayang) Alois A Nugroho
Respons: Jurnal Etika Sosial Vol 19 No 02 (2014): Respons: Jurnal Etika Sosial
Publisher : Center for Philosophy and Ethics

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/respons.v19i02.758

Abstract

Punakawan merupakan lakon yang benar-benar khas dalam pertunjukan wayang Jawa. Punakawan adalah tokoh-tokoh dalam pertunjukan wayang yang biasanya disertai tawa penonton berkenaan dengan tampilan fisik mereka yang jelek serta watak dan perilaku tertentu untuk dicamkan. Tulisan ini akan mengemukakan dua hal. Pertama, bagaimana punakawan menertawakan sifat-sifat yang ada pada manusia pada umumnya dan pada diri mereka sendiri. Kedua, secara implisit pertunjukan ini mau menyatakan derajat metafisis punakawan atau hamba tidak berbeda di bawah derajat kaum brahmana dan ksatria karena mereka pun sesungguhnya putera-putera dewata.
Persoalan ‘Jati Diri’ Moral A. Sudiarja
Respons: Jurnal Etika Sosial Vol 19 No 02 (2014): Respons: Jurnal Etika Sosial
Publisher : Center for Philosophy and Ethics

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/respons.v19i02.759

Abstract

Salah satu topik yang menjadi perdebatan filsafat di akhir abad 20 adalah persoalan ‘jatidiri’ (self). Sejalan dengan surutnya peran metafisika, hilangnya subjek, keraguan pada supremasi rasio, dan runtuhnya pengandaian-pengandaian dasar dalam filsafat, muncul pula kebimbangan mengenai arti ‘jatidiri’. Karangan ini hanya mencoba membuat skema kecil untuk menjelaskan dan membedakan konsep jati diri sebagai batasan yang berakibat pada pengayaan tuntutan perilaku etis.
Gugurnya Kumbakarna: Dharma dan Cinta Herminie Soemitro; Nurul Amzy
Respons: Jurnal Etika Sosial Vol 19 No 02 (2014): Respons: Jurnal Etika Sosial
Publisher : Center for Philosophy and Ethics

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/respons.v19i02.760

Abstract

Istilah “kearifan lokal” dipahami dalam budaya Jawa sebagai mempraktikkan hubungan yang erat antara dharma dan kasih. Hanya orang yang memiliki dharma dan berlaku baik dan menghindarkan yang jahat dalam hubungan dengan sesame manusia. Dharma dinyatakan dalam kasih dan perhatian terhadap pentingnya persatuan Indonesia melalui berbicara dalam satu bahasa yang tidak berasal dari salah satu budaya lokal. Kearifan lokal dengan demikian memaksudkan penguatan rasa cinta tanah air sendiri sebagai dasar untuk mencntai orang dan bangsa lain.
Etika Komunikasi Global Melalui Kearifan Lokal Folklor Kuliner Indonesia Sri Utami
Respons: Jurnal Etika Sosial Vol 19 No 02 (2014): Respons: Jurnal Etika Sosial
Publisher : Center for Philosophy and Ethics

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/respons.v19i02.761

Abstract

Tulisan ini berupaya menunjukkan konsep kearifan lokal dalam folklore kuliner membentuk identitas budaya. Kecnederungan globalisasi menghilangkan hubungan antara kearifan lokal dengan caranya masyarakat merespon pengaruhpengaruh modern yang masuk melalui berbagai media. Untuk mengantisipasi dan mempertahankan kearifan lokal harus ada dialog antar kebudayaan untuk memperoleh saling pengertian dan rasa hormat terhadap perbedaan antar masyarakat. Pentingnya melakukan dialog antar budaya yang dilakukan lewat komunikasi etika global dapat menjelaskan kesamaan, keadilan, dan keberlanjutan pembangunan sebagai perhatian utama semua kebudayaan.
Melihat Ulang Peran Etika Religius Dalam Praksis Hidup Beragama Di Indonesia Hendrikus Endar
Respons: Jurnal Etika Sosial Vol 19 No 02 (2014): Respons: Jurnal Etika Sosial
Publisher : Center for Philosophy and Ethics

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/respons.v19i02.762

Abstract

Etika religius mempersiapkan sarana yang diperlukan bagi dialog antar agama yang berbeda namun menganut ajaran tentang Tuhan yang satu dan sama. Etika religius adalah landasan kokoh untuk mendorong kerja sama antara umat berbeda agama mencapai pemahaman yang sama tentang tujuan akhir hidup manusia adalah pemenuhan hakikat kodratinya sebagai ciptaan rasional. Sebagai ciptaan manusia itu rapuh dan karenanya melawan kehendak Tuhan dengan berbuat dosa dan sebagaimana dinyatakannya dalam peran dan pemelaratan harapan hidup. Konflik antar agama muncul dari pandangan yang picik orang beriman yang tampak saleh tetapi sesungguhnya munafik dan ingat diri. Melalui etika religius orang beragama diusahakan menjadi sadar akan kerentanannya sebagai ciptaan sehingga perlu belajar, berpikir, dan berkerja sama membuka ruang bagi hadirnya terang di tengah-tengah mereka agar kelemahan dan dosa dikalahkan oleh semangat hidup baru yakni panggilan Tuhan bagi semua orang untuk berjalan “bareng” menuju Tuhan sang awal dan akhir pemenuhan hidup manusia.
Dari Manakah Asal-Usul Moralitas? Felix Lengkong
Respons: Jurnal Etika Sosial Vol 19 No 02 (2014): Respons: Jurnal Etika Sosial
Publisher : Center for Philosophy and Ethics

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/respons.v19i02.763

Abstract

Jika kita membaca Kitab Keluaran 20: 1 – 17 dan Kitab Ulangan 5:4 – 21, maka kita bisa menyimpulkan bahwa moralitas diwahyukan Allah kepada manusia melalui dua lok batu yang ditemukan Nabi Musa di Gunung Sinai. Moralitas adalah pengetahuan baik dan buruk yang dijadikan pedoman hidup manusia. Tuhanlah – menurut Kitab Suci – yang menjadi sumber moral bagi manusia.

Page 1 of 1 | Total Record : 6