cover
Contact Name
Brury Eko Saputra
Contact Email
brury@sttaletheia.ac.id
Phone
+62341-426617
Journal Mail Official
brury@sttaletheia.ac.id
Editorial Address
Jl. Argopuro No.28-34, Lawang, Kec. Lawang, Malang, Jawa Timur 65211
Location
Kab. malang,
Jawa timur
INDONESIA
Sola Gratia: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika
ISSN : 27232786     EISSN : 27232794     DOI : https://doi.org/10.47596/sg.v1i2
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi di bidang Teologi Biblika dan Praktika. Focus dan Scope penelitian SOLA GRATIA adalah: 1. Teologi Biblikal 2. Teologi Pastoral 3. Teologi Kontemporer
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 2 (2021)" : 6 Documents clear
“SAMPAI MAUT MEMISAHKAN KITA?”: PANDANGAN MENGENAI PERNIKAHAN, PERCERAIAN, DAN PERNIKAHAN KEMBALI BERDASARKAN PERSPEKTIF IMAN KRISTEN Yudi Jatmiko
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v1i2.129

Abstract

Currently, marriage has devaluated. Marriage, divorce, and then remarriage and divorce again have become the game of life. These have caused many couples to take the short-cut when facing problems in marriage. Unfortunately, not few of the divorcees confess that they are Christians. Many people decide separation, divorce and remarriage as solutions of the problem being faced. This is not what God intended when He instituted marriage in the first place. This writing seeks to convey the concept of marriage based on Christian perspective as well as to analyze the problems regarding divorce and remarriage. Furthermore, pastoral ministry steps will be discussed related with the dilemma of pastors’ ministry in handling divorce and remarriage cases while believing that despites of all existing problems, holy marriage is worth continuing to be taught and fought for by every Christian couples. Dewasa ini, pernikahan mengalami devaluasi. Menikah, bercerai, kemudian menikah lagi lalu bercerai lagi seolah merupakan permainan dalam hidup ini. Hal ini membuat banyak pasangan sering mengambil short-cut ketika mengalami masalah dalam pernikahan. Celakanya, tidak sedikit dari mereka yang bercerai mengaku kristen. Banyak orang memutuskan perpisahan, perceraian, dan pernikahan kembali sebagai solusi dari masalah yang sedang dihadapi. Ini bukanlah yang Allah kehendaki ketika Ia menciptakan pernikahan. Tulisan ini berusaha memaparkan konsep pernikahan berdasarkan perspektif iman Kristen serta menganalisis problematika seputar perceraian dan pernikahan kembali. Selain itu, langkah-langkah pelayanan pastoral akan didiskusikan berkaitan dengan dilema pelayanan hamba Tuhan dalam penanganan kasus perceraian dan pernikahan kembali dengan meyakini bahwa terlepas dari berbagai problematika yang ada, pernikahan yang kudus layak untuk terus ditanamkan dan diperjuangkan oleh setiap pasangan Kristen. 
PENDAMPINGAN PASTORAL BAGI ORANG-ORANG SULIT DALAM GEREJA Agung Gunawan
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v1i2.131

Abstract

Abstrak:Keberadaan orang-orang sulit dalam gereja sangat mengganggu kehidupan bergereja khususnya bagi para gembala-gembala jemaat. Banyak gembala-gembala jemaat gereja mengalami kesulitan dalam menghadapi orang-orang yang sulit yang ada disekitar pelayanan mereka. Akibatnya banyak gembala jemaat yang mengalami frustrasi karena tidak tahu bagaimana menghadapi orang-orang seperti itu. Pribadi-pribadi yang sulit dalam gereja membutuhkan pelayanan pendampingan pastoral yang tepat guna agar mereka dapat diubah dari pribadi-pribadi yang sulit menjadi pribadi-pribadi yang mendukung pelayanan gembala jemaat. Ada prinsip-prinsip penting yang perlu dimengerti, dipahami dan dapat digunakan oleh para gembala dalam melakukan pelayanan pendampingan pastoral bagi orang-orangyang sulit dalam gereja. Prinsip-prinsip pelayanan pendampingan pastoral sangat relevan dan efektif untuk menolong orang-orang yang sulit agar mengalami pemulihan sehingga mereka tidak lagi menjadi pribadi-pribadi yang sulit dalam gereja.
MEMBACA TEKS KEKERASAN DALAM YOSUA 11 DAN IMPLIKASINYA BAGI KEKERASAN ATAS NAMA AGAMA DI INDONESIA Stefanus Suheru
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v1i2.120

Abstract

AbstractThis research addresses the problem of violence in the name of religion increasingly widespread in Indonesia. Ironically, the violence is getting legitimacy of scriptural texts, including the Bible. This means, that violence is not only driven by external motives such as political, economic and social development. Internal motives can also make a major contribution, even a major problem. Violence has theological roots, one of them, related to the interpretation of religious texts which, when understood literally, is able to present the figure of a violent religion. Solutions offered in this study is the reading of narratives of violence, with the text of Joshua 11 as an example, using the method of narrative analysis. The results showed that the text of Joshua 11 violence can not justify a Christian to be violent. The image of God as the Divine Warrior is ambiguous, kherem implementation that does not ignore the grace of salvation for outsiders to be insiders, and Israel's war put the violence in the name of religion in a position that is not relevant to the lives of Indonesia plural. Violence texts as core testimonies need to be matched with texts of peace as counter testimonies.AbstrakPenelitian ini membahas masalah kekerasan atas nama agama yang semakin marak di Indonesia. Ironisnya, kekerasan ini mendapatkan legitimasi dari teks-teks kitab suci, termasuk Alkitab. Hal ini berarti, kekerasan tidak hanya dipicu oleh motif-motif eksternal seperti kepentingan politik, ekonomi dan sosial.  Motif internal juga dapat memberikan kontribusi yang besar, bahkan merupakan masalah utama.  Kekerasan memiliki akar teologis, yang salah satunya, terkait dengan interpretasi teks-teks keagamaan yang ketika dipahami secara literal, mampu menghadirkan sosok agama yang penuh kekerasan. Solusi yang penulis tawarkan dalam penelitian ini adalah pembacaan narasi kekerasan, dengan teks Yosua 11 sebagai contoh, dengan menggunakan metode analisis naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teks kekerasan Yosua 11 tidak bisa dijadikan pembenaran orang Kristen untuk melakukan kekerasan. Citra Allah sebagai Divine Warrior yang ambigu, pelaksanaan kherem yang tidak menutup anugerah keselamatan bagi outsiders sehingga menjadi insiders, dan perang Israel yang bersifat kasuistik, menempatkan kekerasan atas nama agama pada posisi yang tidak relevan dengan kehidupan Indonesia yang majemuk.Teks-teks kekerasan sebagai core testimony perlu ditandingkan dengan teks-teks perdamaian sebagai counter testimony.
Effective Intercultural Communication:A Christian Perspective Mark Simon
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v1i2.135

Abstract

Book review by Mark Simon, Ridley College, Melbourne
ANALISA WACANA KRITIS IDEOLOGI NARASI KEPAHLAWANAN ESTER PEREDAKSIAN PERTAMA PERSPEKTIF NORMAN FAIRLOUGH Mahattama Banteng Sukarno
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v1i2.111

Abstract

Abstrak Sebagai media pengajaran umat, narasi dalam Kitab Suci termasuk dalam media komunikasi massa sekaligus merupakan bagian dari kebudayaan. Sebagai media dan kebudayaan, narasi dalam Kitab Suci tidak bisa dilepaskan dari ideologi yang menjadi bagian utama dalam proses produksi dan peredaksian narasi Kitab Suci, termasuk juga narasi dalam Kitab Ester. Analisa wacana kritis dalam perspektif Norman Fairlough dipergunakan untuk menganalisa bahasa sebagai praktik kekuasaan atau ideologis. Wacana ideologi narasi Kitab Ester pada peredaksian pertama bertujuan menjadi media propaganda bagi integrasi dan kohesi masyarakat Yahudi sekaligus sebagai counter ideologi yang perkembang dan mempengaruhi bangsa Yahudi pada masa peredaksian pertama. Kata Kunci: Ideologi; Narasi; Ester; Peredaksian; Mitologi; Babel; Elam
KAJIAN TEOLOGIS TERHADAP AJARAN PREDESTINASI Adi Putra
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v1i2.128

Abstract

This research was conducted to provide theological clarification on the teachings of Predestination. Where not all churches believe this teaching. In this study, researchers used a qualitative method using theological studies based on each theological literature to understand the experts' arguments about the teachings of predestination. After going through a careful study and paying close attention to the biblical witness regarding this teaching, the researcher concludes that the doctrine of predestination is a biblical teaching. In addition, this teaching also places sovereignty and determination in the most decisive place in the context of salvation. Conversely, human will is limited to responding only. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan klarifikasi teologis terhadap ajaran Predestinasi. Di mana tidak semua gereja mempercayai ajaran ini. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan kajian teologis yang didasarkan pada setiap literatur teologi untuk memahami argumentasi para ahli tentang ajaran predestinasi. Setelah melalui sebuah kajian yang teliti dan memperhatikan dengan seksama kesaksian Alkitab tentang ajaran ini, maka peneliti menyimpulkan bahwa ajaran predestinasi merupakan ajaran yang alkitabiah. Selain itu, ajaran ini juga menempatkan kedaulatan dan ketetapan pada tempat yang paling menentukan dalam konteks keselamatan. Sebaliknya, kehendak manusia hanya sebatas merespons saja. 

Page 1 of 1 | Total Record : 6